Jejak Penjajahan Jepang di Makam Syekh Magribi di Bangkalan

Konten Media Partner
16 April 2018 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bungker dari zaman Jepang di Madura (Foto: Dok. Media Madura)
zoom-in-whitePerbesar
Bungker dari zaman Jepang di Madura (Foto: Dok. Media Madura)
ADVERTISEMENT
Bangkalan, (Media Madura) - Salah satu makam keramat di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, adalah makam Raden Jakandar. Letaknya di Desa Ujung Piring, sekitar 2 kilometer setelah Pasarean Syaikhona Cholil di Desa Martajesah.
ADVERTISEMENT
Raden Jakandar dikenal juga dengan sebutan 'Syekh Magribi'. Rofiqi (28), seorang pemuda setempat, bercerita bahwa julukan itu diberikan karena konon pusaranya memancarkan cahaya tiap kali waktu magrib tiba.
Fauzi, seorang peziarah yang ditemui usai berdoa, menuturkan konon makam Syekh Magribi ditemukan orang buta. Lewat mata batinnya, orang buta itu kerap melihat cahaya di pesisir pantai Desa Ujung Piring.
Setelah ditengok oleh warga, ditemukanlah satu komplek pemakaman kuno dan salah satunya diyakini sebagai pusara Raden Jakandar yang juga disebut Sunan Bangkalan keturunan dari Kerajaan Pelajaran.
Di Kelilingi Bungker
Kuburan ini menarik tidak hanya karena sosok Raden Jakandarnya. Tetapi juga karena di sekeliling kompleks makam terdapat bungker peninggalan zaman penjajahan Jepang.
ADVERTISEMENT
Kodim 0829 Bangkalan mencatat jumlah bungker yakni 20 buah. Bungker tersebut tersebar di lahan seluas 1 hektar di sekitar makam. Kondisi bungker banyak yang rusak dan pintu besinya raib.
Namun, ada salah satu bungker yang kondisinya masih utuh yang letaknya dekat pintu masuk makam. Bungker itu hanya 50 meter dari tempat parkir, tertutup rimbun perdu, pohon pisang, dan rumput gajah. Dari kejauhan hanya tampak atap saja, seolah menyembul dari gundukan tanah.
Pintu masuk bungker terletak di sisi timur, baru terlihat setelah menyibak tanaman liar. Suasana di sekitarnya gelap pekat dan harus berjongkok untuk masuk ke bungker itu. Di langit-langit terdapat potongan besi tembus ke atas. Sementara di salah satu dindingnya tampak tulisan dengan huruf Jepang.
ADVERTISEMENT
"Bungker ini dulunya buat pembangkit listrik, pipa besi di atapnya itu berfungsi sebagai cerobong udara," kata Teriyanto, seorang musafir yang bermukim di makam Raden Jakandar, Minggu (15/4). Teriyanto mengaku kerap menyepi di dalam bungker itu.
Sekitar 500 meter dari bungker pertama, terdapat bungker lain yang juga masih utuh. Bentuknya lebih besar, kemungkinan dahulu difungsikan untuk penyimpanan senjata. Selain itu, juga ada benteng dengan lubang di tengahnya mengarah ke laut, diduga untuk lubang meriam.
Tak jauh dari benteng, ada bungker lain yang kondisinya sudah hancur dan hanya menyisakan fondasi saja. Pada bagian tengahnya tampak kubangan besar dan di dindingnya terdapat lubang seperti bekas tembakan. Kondisi itu menandakan pernah terjadi pertempuran sengit di sana.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, situs bersejarah ini tak terawat dan akses jalan ditumbuhi pohon liar. Padahal bungker tersebut merupakan situs penting yang bisa dijadikan tempat wisata edukasi sejarah perjuangan di Pulau Madura.
Penulis: Mukmin Faisal Editor: Ist