Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri: Puisi Keluhan dan COVID-19
9 Desember 2020 8:12 WIB
Tulisan dari Mega Purnaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak tahu dengan Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau lebih akrab disapa dengan Gus Mus. Dia lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944. Dia adalah salah satu tokoh dari Nahdlatul Ulama dan seorang budayawan yang karyanya tidak dapat dianggap remeh sehingga pada 13 Agustus 2015 dia mendapat penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Jokowi. Penikmat sastra pasti mengethaui banyak puisi Gus Mus yang dirasa cukup aneh namunmengandung makna yang mendalam. Disamping budayawan, Gus Mus merupakan seorang penyair dan penulis kolom yang terkenal di kalangan sastrawan. Sudah banyak sekali karya-karya dan buku yang telah diterbitkan seperti; Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, Mutiara-mutiara benjol, Pahlawan dan Tikus dll.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan membahas salah satu puisi dari Gus Mus yang berjudul “Keluhan” dan bagaimana kepedulian Gus Mus terhadap masyarakat akan pandemi virus COVID-19 sekarang ini. berikut kutipan puisi Gus Mus “Keluhan”.
Keluhan (1990)
Oleh: K H A Mustofa Bisri
Tuhan, Kami sangat sibuk.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan karya sastra puisi itu? bagaimana analisis penulis terhadap cara pandang Gus Mus dalam menuangkan ide terhadap karya-karyanya yang kontroversial.
Mursal Esten (Esten, 1978: 9) berpendapat bahwa Sastra dan Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia. Puisi menurut KBBI adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Kita semua tahu banyak karya-karya puisi dari Gus Mus yang mengedepankan nilai-nilai spiritual yang tinggi. Tidak tanggung-tanggung Gus Mus terkenal dengan karya puisi yang sarat akan religiusitas, selain itu karya dari Gus Mus terkenal menggunakan bahasa yang berani, kritik kehidupan sosial dan politik, konkret, puitis, humor, penuh dengan ironi dan sindiran, dan bahasa yang khas pesisiran.
ADVERTISEMENT
Menurut Sutardji Calzoum Bachri dan K.H. D. Zawawi Imron gaya menulis Gus Mus dalam setiap puisinya terlihat sangat sederhana, tidak mengada-ngada, dan ingin menunjukkan hal yang sebenar-benarnya. Berdasarkan kajian penulis terkait hasil karya puisi Gus Mus yang kental akan unsur keagamaan setidaknya kita dapat merasakan atmosfer berbeda saat membaca puisi-puisi karya Gus Mus. Kita dapat merasakan suasana seperti sedang belajar agama dengan sebenar-benarnya seperti belajar di pondok pesantren. Meskipun puisi-puisi Gus Mus disampaikan secara gamblang dan terang-terangan hal ini tidak membuat puisinya hambar dan klise, Justru dengan blak-blakan dan kesederhanaan dari puisi Gus Mus hal ini membuat pembaca semakin antusias dalam memaknai setiap kata yang serunya penuh dengan makna dan kebanyakan berisi tentang ironi-ironi dalam kehidupan sosial beragama. Hal ini merupakan salah satu daya tarik paling kuat dari puisi yang diciptakan Gus Mus dari sekian banyak keunggulan puisi-puisinya.
ADVERTISEMENT
Menilik puisi Gus Mus yang berjudul “keluhan” puisi ini diciptakan pada tahun 1990, yang menarik dengan puisi ini adalah jumlah dari baitnya yang hanya berjumlah satu bait dan berbunyi “ Tuhan, Kami sangat sibuk.” . Sebenarnya apa tujuan dari Gus Mus dengan membuat puisi yang terdiri dari satu bait saja. Hasil dari kajian dan analisis penulis tentang pemaknaan setiap kata dari puisi kontroversial ini, bait ini sejatinya seperti menggambarkan keadaan dimana manusia mengeluh terhadap tuhannya bahwa kehidupannya sangat sibuk sekali seperti tiada waktu untuk beribadah terhadap Tuhan. “Aku sangat sibuk” hal ini menggambarkan keadaan manusia di zaman sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan duniawi dibanding dengan tujuan akhir kenapa dia diciptakan dan kepada siapa dia harus percaya (Tuhan).
ADVERTISEMENT
Melihat sepak terjang dari Gus Mus yang merupakan seorang tokoh penting agama islam di Indonesia, mengapa dalam puisi ini Gus Mus lebih menggunakan kata Tuhan daripada Allah yang sejatinya menggambarkan religiusitas yang lebih spesifik. Menurut analisis penulis kata Tuhan menggambarkan suatu keadaan masyarakat sosial di suatu tempat yang terdapat berbagai macam keyakinan. Dapat dikatakan negara Indonesia merupakan cerminan pas dari tempat yang memiliki berbagai macam keyakinan yang hidup berkelompok di dalamnya. Kata tuhan ditujukan sebagai representatif dari setiap masyarakat di Indonesia yang memiliki keyakinan yang berbeda. Mereka (kebanyakan masyarakat Indonesia) dikatakan sebagai manusia yang sibuk, sibuk dalam artian mengejar segala sesuatu yang berbau duniawi. Sehingga mereka melupakan hal penting seperti kewajiban beribadah terhadap Tuhan mereka masing-masing. Sejatinya beribadah kepada Tuhan merupakan tujuan terpenting dari mengapa manusia diciptakan. Berbanding terbalik dengan bagiamana mereka mengeluhkan segala kepenatan akan kesibukan yang terjadi dan semena-mena melukapakan kewajiban mereka untuk beribadah dan bersyukur kepada semua "apa-apa" yang telah Tuhan berikan.
ADVERTISEMENT
Jika dihubungkan dengan keadaan dunia saat ini yang sedang dilanda kegalauan, kesedihan, keputusasaan dan ketidaksiapan akan pandemi dari virus COVID-19. Tentunya puisi ini dapat menggambarkan keadaan masyarakat, pekerja medis, dan semua khalayak yang menerima dampak dari wabah virus baru ini. Semua mengeluh akan keadaan yang sedang terjadi, tetapi yang bisa kita lakukan sekarang hanya berdoa dan memohon ampunan kepada Tuhan. Bisa jadi kejadian sekarang ini merupakan bentuk peringatan dari Tuhan kepada manusia agar kita mengingat kembali kepadaNya, memohon ampunan, berserah diri, dan berusaha menjaga solidaritas antar sesama di seluruh permukaan bumi. Sejatinya manusi diciptakan untuk beribadah dan percaya kepada Tuhan. Pesan Gus Mus kepada seluruh umat manusia dikutip dari facebook;
ADVERTISEMENT
Kita yang selama ini lupa—dibuat lupa oleh pesona dunia dan fanatisme golongan—diingatkan kembali kepada firman-Nya Surat Al-Hujurat ayat 13; bahwa kita Ia ciptakan dari laki-laki dan perempuan dan Ia jadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal. Saling peduli,” tulis Gus Mus melalui akun facebook-nya, Sabtu (21/3) sore.
Gus Mus mengingatkan kepada setiap manusia untuk menjaga solidaritas dan sejatinya wabah yang terjadi sekarang merupakan peringatan yang datang dari Allah. Dia juga mengingatkan kepada kita untuk menyerahkan semua kepada yang maha Kuasa. Sembari mengingat kan kita akan pentingnya protokol kesehatan dan social distancing, Gus Mus juga mengingat kan kita untuk memohon ampunan, berikhtiar, berzikir dan berdoa dengan tujuan semoga kejadian luar biasa ini segera berakhir. Gus Mus juga mengingatkan demi tercapai segala sesuatu masing-masing pihak harus bekerja sama dan mengoptimalkan segala kemampuan sesuai porsi dan kedudukannya.
ADVERTISEMENT