Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Keunikan Kisah Perang Johor dengan Pulau Penyengat Kepulauan Riau
15 Desember 2020 15:00 WIB
Tulisan dari Mega Zulaila Dinni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi sastra Johor-Riau pada abad ke-19 memproduksi puisi atau narasi yang berjumlah besar dalam bentuk syair, yang dikenal sebagai syair. Manuskrip yang berjudul “Collective volume with texts in Malay, Jawi (Nos. 1, 2) and Rumi (No. 3) script” dengan subtitle Syair perang Johor dan di tulis oleh Engku Haji Ahmad berbahasa Melayu dan Jawa saya temukan dalam publikasi Digital Collections oleh Leiden University Libraries.
ADVERTISEMENT
Manuskrip ini membahas tentang sejarah dan kisah Perang Johor yang dijadikan Syair. Syair Perang Johor merupakan manuskrip yang ditulis oleh Engku Haji pada 4 Dhulhijjah 1260 (1844). Satu salinan manuskrip terdapat di Perpustakaan Universiti Leiden. Pada halaman 1-34 terdiri dari yang terdiri Syair Perang Johor dan Kisah Engku Puteri pada halaman 35-59.
Engku Haji atau nama aslinya Raja Ahmad bin Raja Haji, kerap kali di kenal sebagai Raja Hitam, yang merupakan seorang penulis dan pujangga Melayu klasik. Beliau merupakan putera Raja Haji yang keempat. Beliau dilahirkan di Pulau Biram Dewa di Sungai Carang, Pulau Bintan. Ibunya adalah Encik Mariam dari Riau. Engku Haji dipercayai mengarang Tuhfat al-Nafis, yang kemudiannya dilengkapi oleh anak lelakinya, Raja Ali Haji. Beliau ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November 2004.
ADVERTISEMENT
Manuskrip ini dipercayai ditulis di Pulau Penyengat, Riau, yang saat ini telah menjadi objek wisata di Kepulauam Riau. Pulau penyengat disebut juga sebagai pulau kecil yang jaraknya kurang lebih hanya 2KM dari Kota Tanjungpinang, pusat kota pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Terdapat banyak sekali sejarah-sejarah seperti Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makan raja, pahlawan nasional seperti ayahnya Engku Haji yaitu Raja Ali Haji, benteng pertahanan di Bukit Kursi dan Komplek Istana Kantor. Menariknya pulau ini telah dicalonkan oleh UNISCO sebagai salah satu sejarah warisan dunia.
Manuskrip ini terdiri daripada 6,253 perkataan dalam 1,420 rangkap. Ia dikatalog oleh H.H. Juynboll, Catalogus van de Maleische en Sundaneesche Handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek. Trankripsi bertaip disediakan secara bebas oleh J. van der Putten dan I. Proudfoot pada tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya manuskrip ini, berasal dari Melayu-Kepulauan Riau khususnya pengadilan viceregal di Pulau Penyengat, diproduksi dari tahun 1844 sampai 1893. Menggunakan kerangka konseptual Puitika Sastera Melayu oleh Muhammad Haji Salleh, uniknya pada manuskrip ini terdapat fitur-fitur sastra seperti suara naratif, fokalisasi, konteks produksi dan makna narasi sejarah dalam syair tersebut. Ini mencoba untuk menyelidiki puisi para penulis Melayu pada munculnya kekuatan kolonial di abad ke-20. Manuskrip ini juga mengkaji cara penulis tradisi sastra Johor-Riau menanggapi peristiwa sejarah dalam karya mereka.