Konten dari Pengguna

Polemik Politik Amerika Serikat: Persaingan Politik Hingga Penembakan Trump

Mehaga L Ginting
Mahasiswa Hukum Tata Negara FH USU
29 Juli 2024 9:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mehaga L Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gedung Putih Amerika Serikat Sumber: Canva Design
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Putih Amerika Serikat Sumber: Canva Design

“Politik adalah perang tanpa adanya pertumpahan darah. Dan perang adalah politik dengan pertumpahan darah”.

ADVERTISEMENT
Begitulah diksi yang dicetuskan oleh salah satu tokoh politik asal China, Mao Zedong. Apa yang kemudian menjadi makna dalam ungkapan tersebut adalah nyata terjadi dalam kehidupan politik. Sejatinya, politik adalah cara ataupun jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tanpa adanya pertumpahan darah. Dalam ilmu politik, salah satu konsep yang mendasari politik itu sendiri adalah kompromi atau consensus. Dalam teori ini, politik dianggap sebagai suatu resolusi konflik yang dilakukan melalui metode kompromi (pendekatan persuasif) dan bukan melalui jalan kekerasan ataupun bisa dibilang melalui aplikasi kekuasaan yang nyata. Bernard Crick dalam bukunya "In Defence Of Politics", teori kompromi ini lahir dilatarbelakangi karena ketika terjadi suatu konflik kepentingan dalam suatu Negara dan kelompok-kelompok sosial dalam Negara tersebut sama-sama memiliki kekuasaan, maka tak mungkin mereka dapat dihancurkan begitu saja. Maka diperlukanlah suatu metode yang dapat menyelesaikan masalah ini tanpa menimbulkan dampak akhir yang buruk. Metode itu bernama Politik.
ADVERTISEMENT
Kompromi merupakan satu dari banyaknya konsep dasar politik. Mengingat politik itu sangat luas dan mencakup berbagai aspek. Politik pada dasarnya tercipta bukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Tapi politik lahir untuk menciptakan suasana bernegara yang sehat. Namun, tak jarang juga politik akhirnya melatarbelakangi terjadinya sebuah kekerasan yang akhirnya menghasilkan pertumpahan darah. Salah satunya terjadi pada kasus penembakan Calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat dirinya melakukan kampanye politik di Pennsylvania.
Pada hari sabtu, 13 Juli 2024 terjadi peristiwa yang mengejutkan dunia. Saat itu, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump ditembak oleh seseorang sehingga dirinya mengalami luka serius pada bagian telinga sebelah kanan. Peristiwa tersebut terjadi pada saat beliau berpidato di acara kampanye dirinya di Pennsylvania. Penembakan tersebut sejatinya merupakan upaya pembunuhan terhadap Trump. Dan peristiwa ini juga terjadi pada masa-masa politk menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat. Maka jelaslah bahwa peristiwa ini dilatarbelakangi oleh politik.
ADVERTISEMENT
Kemudian banyak teori-teori konspirasi bermunculan di media sosial mengenai peristiwa ini. Mulai dari hubungannya peristiwa ini dengan pesaing Trump yaitu Joe Biden, peristiwa ini merupakan rekayasa, hubungannya peristiwa ini dengan konflik Israel-Palestina, dan masih banyak lagi. Namun pada dasarnya, teori-teori tersebut adalah teori yang tidak berdasar. Artinya, tidak ada fakta yang akhirnya dapat membenarkan teori-teori tersebut. Tapi marilah kita menyoroti satu aspek terkait peristiwa ini, yaitu Demokrasi.
Dalam demokrasi, rakyat punya kadaulatan tertinggi dalam pemerintahan suatu negara. Artinya, rakyat berwenang untuk menentukan siapa yang kemudian akan menjadi pemimpin Negara tersebut. Itu merupakan salah satu bentuk demokrasi dari sekian banyaknya bentuk-bentuk pelaksanaan demokratisasi dalam sistem pemerintahan demokratis. Amerika merupakan salah satu Negara yang menganut sistem demokrasi terbaik di dunia. Dan saya merasa bahwa peristiwa ini merupakan sebuah upaya pelaksanaan demokrasi yang benar-benar nyata. Dimana sang pelaku penembakan yang notabenenya tidak menginginkan Trump menjadi Presiden, melakukan sebuah upaya pembunuhan. Tujuannya, agar Trump tidak menjadi presiden. Secara gamblang, inilah demokrasi. Rakyat berwenang untuk menentukan siapa yang layak untuk menjadi pemimpinnya. Namun, hal ini tidak dapat dibenarkan dalam menjalankan sebuah demokrasi. Hal ini tidak dapat dibenarkan dalam menjalankan politisasi. Karena peristiwa ini termasuk ke dalam kekerasan politik.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, perlu kita ingat kembali bahwa hadirnya sistem politik bukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Tapi sistem politik hadir di tengah-tengah kita untuk menciptakan suasana bernegara yang jauh dari kata anarkis. Sehingga konsep komromi dan consensus bukan hanya lahir sebagai sebuah konsep, melainkan lahir sebagai sebuah kekuatan penuntun menuju keberadaban yang menjauhkan masyarakat dari pertumpahan darah.