Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Maraknya "ORDAL" dan Pudarnya Integritas di Dunia Pesantren
21 Oktober 2024 16:07 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Abdul Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesantren telah lama menjadi institusi pendidikan yang mengajarkan tidak hanya ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai moral yang luhur. Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang berintegritas, jujur, dan bertanggung jawab. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan fenomena yang mengkhawatirkan: maraknya praktik Orang Dalam (Ordal) dalam berbagai aspek kehidupan pesantren, yang berdampak pada memudarnya integritas di lembaga pendidikan tersebut. Fenomena ini merusak kepercayaan publik terhadap pesantren dan menimbulkan kekhawatiran akan masa depan pendidikan Islam di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fakta & Bagaimana Praktik Ordal di Dunia Pesantren?
Orang Dalam, atau yang lebih dikenal dengan istilah "ordal," merujuk pada praktik nepotisme atau favoritisme di mana individu atau kelompok mendapatkan perlakuan istimewa karena memiliki hubungan dekat dengan pihak penguasa atau otoritas tertentu di sebuah lembaga. Di dunia pesantren, ordal bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti pemberian posisi atau jabatan kepada orang/kerabat tertentu karena kedekatan dengan kyai/ketua yayasan/pengurus pesantren lainnya, penerimaan santri tanpa memenuhi persyaratan yang jelas, hingga pemberian nilai atau kelulusan yang tidak berdasarkan pada kemampuan akademik santri, melainkan hubungan personal.
Fakta lapangan menunjukkan bahwa ordal di pesantren bukanlah sekadar isu minor. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta pada 2020, ditemukan bahwa beberapa pesantren di Jawa mengalami peningkatan jumlah laporan terkait praktik nepotisme dalam penerimaan santri dan penempatan jabatan penting di pesantren. Praktik ini sering kali tidak terlihat dari luar, karena pesantren sebagai lembaga yang tertutup dan otonom jarang diawasi secara eksternal. Namun, dampak ordal terhadap kualitas pendidikan dan moralitas di pesantren sangat signifikan.
ADVERTISEMENT
Fakta lain yang mendukung adanya praktik ordal di pesantren adalah kurangnya sistem pengawasan dan transparansi dalam manajemen pesantren, lemahnya regulasi dan pengawasan dari pemerintah, pengaruh budaya feodal yang masih kuat di beberapa pesantren. Dalam banyak kasus, pesantren dikelola sebagai lembaga keluarga yang diwariskan turun-temurun. Hal ini menciptakan kecenderungan kuat untuk mengutamakan keluarga atau kerabat dalam berbagai keputusan penting, termasuk dalam hal penempatan jabatan dan pemberian fasilitas.
Dampak Ordal pada Integritas di Pesantren
Ordal memiliki dampak merusak pada integritas pesantren, yang seharusnya menjadi lembaga pendidikan berbasis moral dan etika. Ketika nepotisme merajalela, pesantren kehilangan esensinya sebagai lembaga yang mengajarkan keadilan, tanggung jawab, dan ketulusan dalam beribadah. Praktik ordal menciptakan ketidakadilan di antara santri dan pengajar, di mana mereka yang tidak memiliki "hubungan dalam" merasa diperlakukan secara tidak adil.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak paling nyata dari ordal di pesantren adalah munculnya perpecahan internal di kalangan santri dan pengurus. Santri yang merasa diabaikan atau diperlakukan tidak adil akan kehilangan motivasi belajar dan meragukan nilai-nilai moral yang diajarkan di pesantren.
Selain itu, ordal juga berdampak buruk pada kualitas pendidikan. Ketika santri yang tidak kompeten mendapatkan posisi penting atau kelulusan dengan mudah, pesantren gagal memproduksi lulusan yang berkualitas. Hal ini berimplikasi langsung pada masa depan para santri, di mana mereka mungkin kesulitan berkompetisi di dunia luar yang semakin global dan kompetitif. Pada akhirnya, pesantren berisiko kehilangan reputasinya sebagai lembaga pendidikan yang bermutu dan berintegritas.
Berkaitan dengan kompetensi, sebagian kita mungkin tidak asing dengan sebuah hadits yang menceritakan tanda kiamat di antaranya adalah ketika amanah sudah disalahgunakan. Kemudian, bentuk penyalahgunaan amanah dalam hadits tersebut yaitu apabila suatu perkara atau jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya. Hadits tersebut adalah:
ADVERTISEMENT
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Artinya: “Apabila amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu (Arab Badui) bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi saw menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR. Al-Bukhari).
Secara gamblang, makna hadits di atas mempertegas ketika peran-peran penting di tengah masyarakat diberikan pada sosok yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian dalam memimpin, mengelola dan mengurus maka kehancuran pun akan datang.
Membangun Kembali Integritas di Dunia Pesantren
Untuk mengatasi masalah ordal dan memudarnya integritas di dunia pesantren, langkah-langkah konkret perlu diambil;
Pertama, pesantren harus mengadopsi prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya. Penerapan sistem manajemen yang terbuka, di mana keputusan penting dibuat secara kolektif dan transparan, akan membantu mengurangi praktik nepotisme.
ADVERTISEMENT
Kedua, pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap pesantren, tidak hanya dalam hal administratif, tetapi juga terkait integritas dan etika. Kementerian Agama dapat bekerja sama dengan lembaga independen untuk mengawasi tata kelola pesantren dan memastikan tidak ada diskriminasi dalam penerimaan santri atau pemberian jabatan.
Ketiga, pendidikan karakter di pesantren harus diperkuat. Pesantren perlu kembali kepada esensi mereka sebagai lembaga yang menanamkan nilai-nilai moral dan kejujuran. Para pengasuh dan pengajar harus menjadi teladan bagi santri, dengan menunjukkan sikap adil, jujur, dan tidak berpihak dalam setiap keputusan.
Maraknya ordal dan memudarnya integritas di dunia pesantren adalah tantangan serius yang mengancam masa depan pendidikan Islam di Indonesia. Jika tidak segera diatasi, praktik ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pesantren dan menghambat upaya mencetak generasi yang berintegritas. Dengan reformasi yang tepat, pesantren dapat kembali menjadi benteng moral yang kokoh dan pusat pendidikan yang unggul bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT