Konten dari Pengguna

Santri Zaman Now: Ngaji Iya, Medsos Juga Jalan

Muhammad Abdul Aziz
Freelance Writer, Education Consultant, Div of Education Alumni Connect PPI Dunia & IAPPI
13 Oktober 2024 10:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Abdul Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustras Santri Zaman Now I Dok: Pribadi, Muhammad Abdul Aziz
zoom-in-whitePerbesar
Ilustras Santri Zaman Now I Dok: Pribadi, Muhammad Abdul Aziz
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di zaman modern ini, label "Santri Zaman Now" mungkin membuat kita tersenyum. Gambaran santri yang dulu identik dengan kehidupan sederhana di pesantren, jauh dari hiruk-pikuk dunia teknologi, kini semakin berubah. Kalau dulu santri lebih dikenal karena kedalaman ilmu agamanya, sekarang mereka juga mulai dikenal sebagai kaum yang "melek teknologi." Bahkan, jangan heran kalau santri zaman now sekarang tidak hanya menguasai kitab kuning, tetapi juga handal dalam urusan media sosial.
ADVERTISEMENT
Santri Kekinian: Ngaji dengan Smartphone di Tangan
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi telah merambah hampir semua aspek kehidupan, termasuk dunia pesantren. Menurut survei dari We Are Social dan Hootsuite pada tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215 juta orang, dengan 191 juta di antaranya aktif di media sosial. Lalu, apakah santri zaman now ketinggalan tren ini? Tentu saja tidak! Data menunjukkan bahwa sekitar 75% santri di berbagai pesantren di Indonesia kini memiliki akses ke smartphone dan menggunakan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Fenomena ini tentu mengubah wajah pendidikan agama di pesantren. Jika dulu belajar ngaji identik dengan lembaran kitab yang berwarna kuning dan berdebu, sekarang banyak santri yang menggunakan aplikasi digital seperti Qur'an digital, e-kitabul Hikmah, dan platform pembelajaran Islam online lainnya. Uniknya, saat waktu istirahat, mereka tidak hanya memanfaatkan waktu untuk tadarus, tetapi juga untuk scroll Instagram, upload konten dakwah di TikTok, atau bahkan live streaming diskusi agama di YouTube.
ADVERTISEMENT
Santri Multitasking: Belajar Fiqh Sambil Live Streaming
Dulu, ada pepatah klasik yang mengatakan, "Jangan bermain-main ketika sedang belajar." Tapi, santri zaman now membuktikan kalau pepatah itu tidak selalu relevan. Mereka mampu menghafal ayat Al-Qur'an sambil mengedit video dakwah dengan efek keren di aplikasi smartphone mereka. Bahkan, tak sedikit santri yang menjadi selebgram Islami atau TikTokers dakwah dengan ribuan, bahkan jutaan pengikut.
Contoh menarik adalah kisah Ahmad Rifai, seorang santri di pesantren modern yang berhasil meraih popularitas di TikTok karena konten dakwahnya yang kreatif dan unik. Ahmad sering menggabungkan nasihat-nasihat Islami dengan parodi lucu dan musik latar kekinian. Pesannya tetap serius dan mendalam, tapi caranya menyampaikan membuat banyak anak muda tertarik dan terinspirasi.
ADVERTISEMENT
Santri Influencer: Mengubah Medsos Menjadi Ladang Dakwah
Dengan semakin banyaknya santri yang menggunakan media sosial, platform ini telah berubah menjadi ladang dakwah yang efektif. Dalam studi dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), disebutkan bahwa sekitar 60% pengguna media sosial di Indonesia adalah generasi muda. Santri zaman now melihat ini sebagai peluang emas untuk menyebarkan kebaikan dan memperkenalkan ajaran Islam dengan cara yang menarik dan relevan.
Misalnya, kita bisa menemukan santri yang rajin membuat konten Q&A (Questions and Answers) tentang masalah agama di Instagram Stories atau bahkan membuat video pendek di TikTok tentang tips memperbaiki bacaan Al-Qur'an dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Jadi, jika dulu berdakwah identik dengan khutbah di masjid, sekarang ceramah juga bisa dilakukan dalam bentuk reels Instagram atau video TikTok.
ADVERTISEMENT
Antara Gaya Hidup dan Etika Santri di Dunia Maya
Meskipun demikian, di balik semua kehebohan ini, santri zaman now tetap harus menghadapi tantangan besar: bagaimana menjaga etika dan akhlak Islami di dunia maya. Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga tutur kata dan adab, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Maka dari itu, santri zaman now harus pandai-pandai menyesuaikan diri, tetap aktif di media sosial tanpa mengesampingkan etika Islami.
Bagi para santri, keberadaan media sosial bukan hanya sekadar untuk hiburan, melainkan juga sebagai platform untuk mempraktikkan nilai-nilai agama. Ketika mereka menyampaikan konten dakwah, santri diajarkan untuk berhati-hati dalam memilih kata-kata, menjaga perasaan orang lain, dan menghindari konten yang bisa memicu konflik atau perdebatan yang tidak produktif.
ADVERTISEMENT
Santri Zaman Now: Menjaga Tradisi, Mengikuti Inovasi
Santri zaman now adalah bukti bahwa modernisasi dan teknologi tidak selalu harus berlawanan dengan nilai-nilai agama. Mereka membuktikan bahwa menjadi seorang santri tidak berarti harus ketinggalan zaman. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform dakwah, santri zaman now tidak hanya belajar agama untuk diri sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan kepada masyarakat luas.
Pesantren yang dulu identik dengan kesederhanaan kini mulai bertransformasi menjadi pusat pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Teknologi tidak lagi dipandang sebagai ancaman bagi tradisi, tetapi sebagai alat untuk memperluas jangkauan dakwah dan penyebaran ilmu agama.
Santri Zaman Now, Generasi Pembawa Perubahan
Santri zaman now adalah generasi yang mampu menggabungkan kecerdasan intelektual dan spiritual dengan kreativitas di dunia digital. Mereka tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai tradisional, tetapi juga menjadi pembawa perubahan yang positif di era modern. Dengan semangat ngaji yang tetap kuat dan semangat berdakwah yang semakin inovatif, santri zaman now telah membuktikan bahwa "Ngaji Iya, Medsos Juga Jalan" bukanlah sekadar slogan, tetapi sebuah realitas.
ADVERTISEMENT
Santri zaman now menginspirasi kita bahwa menjadi religius dan modern tidak harus terpisah. Mereka adalah generasi yang bisa menjalani hidup dengan nilai-nilai agama yang kuat sambil tetap berinovasi, menciptakan perubahan, dan menginspirasi banyak orang melalui teknologi. Santri zaman now bukan hanya bagian dari sejarah pesantren, tetapi juga bagian dari masa depan bangsa yang berwawasan global namun tetap berpijak pada nilai-nilai luhur agama.