Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapresiasi Sastra: Merayakan Kekuatan, dan Tentu Saja Keindahan, Kata
6 Mei 2024 7:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Meicky Shoreamanis Panggabean tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin menggapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra kalian hanya tinggal hewan yang pandai," demikianlah suatu saat Juffrouw Magda Peters bertutur. Dalam novel ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toer, Magda adalah guru Sastra di Hogere Burgerschool (HBS).
ADVERTISEMENT
Sangat mungkin akan ada yang menganggap kalimat tersebut berlebihan. Dalam konteks ini, mari tinggalkan cara memaknai kata secara literal. Kita tangkap saja apa esensinya: Hanya manusia yang bisa menghargai keindahan dan kekuatan kata. Hewan, secerdas apapun, tak diberkati dengan kemampuan tersebut.
Pemahaman ini adalah salah satu faktor yang mendasari lahirnya Malam Apresiasi Sastra di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang. Pada 30 April 2024 kegiatan ini diselenggarakan untuk keempat kalinya, selang satu tahun dari acara ketiga yang diadakan pada 2023. Adapun dua lainnya diselenggarakan sebelum pandemi Covid terjadi.
‘Narasi dari Penjuru’ sebenarnya adalah proyek dari mata kuliah program Pendidikan Bahasa Indonesia. Namun, acara sepanjang 3 jam ini juga dimeriahkan oleh penampilan mahasiswa dan mahasiswi dari 9 program lainnya yang bernaung di bawah payung Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).
ADVERTISEMENT
Acara ini juga melibatkan siswa-siswi Sekolah Lentera Harapan (SLH) Moria dan SLH Curug. Dosen dan staff administrasi Fakultas Ilmu Pendidikan juga terlibat aktif. Mereka membawa tarian daerah, bermain band, dan mengajak penonton yang jumlahnya hampir 1200 orang untuk menyanyi dan berjoget sama-sama.
’Narasi dari Penjuru’ bercerita tentang mahasiswa FIP UPH yang saat lulus harus siap dikirim ke mana pun sejauh itu masih masuk wilayah Indonesia: Bisa saja mereka mengajar di tempat yang sekota dengan keluarga. Namun, selalu saja ada kemungkinan mereka kelak terpisah ribuan kilometer dari orang terkasih.
Kisah yang disodorkan memotret dinamika rasa yang ada di antara sepasang kekasih di kampus yang ternyata ditempatkan mengajar di sekolah yang berbeda jarak lebih dari 6000 kilometer:Nias dan Papua. Menarik untuk melihat bahwa kisah ini dipertunjukkan hanya dua hari sebelum penempatan mengajar diumumkan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, mahasiswa-mahasiswi terkait dapat memproyeksikan kira-kira bagaimana peristiwa yang akan mereka alami dua hari sesudah pentas berlangsung. Apa kira-kira reaksi mereka nanti? Drama ini lantas jadi pengingat bahwa Sastra dapat membantu para penikmatnya untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik.
Sastra juga mampu membuka wawasan baru tentang dunia di sekitar kita. Dengan amat baik, cerita yang disajikan lantas mempersiapkan mahasiswa untuk bisa lebih pasrah menerima hasil pengumuman. Pentas Seni (pensi) bukanlah peristiwa langka. Di awal 2015, sebuah survey menunjukkan bahwa pensi adalah kegiatan yang amat ditunggu banyak siswa SMA.
Pensi bukan hanya ajang adu bakat melainkan juga ajang adu gengsi. Inilah wadah untuk pamer kekuatan finansial, kuatnya kemampuan bernegosiasi, dan luasnya jaringan kerja sebuah sekolah. Keberadaannya melampaui gedung sekolah: Tak jarang siswa-siswi SMA berekspansi ke stadium dan mengundang selebriti papan atas.
ADVERTISEMENT
Tentu saja kegiatan semacam ini menggali beragam potensi siswa. Selain menyalurkan bakat dan meningkatkan rasa percaya diri siswa seperti yang pernah diangkat Kumparan , pensi juga mempertajam kemahiran mengelola konflik, kepiawaian dalam berorganisasi, dan sebagainya.
Di tingkat universitas, ekspektasi yang ditanamkan naik jadi lebih tinggi karena pelakunya adalah para siswa yang sudah berstatus maha. Hal inilah yang diincar FIP UPH melalui Malam Apresiasi Sastra: Standar yang lebih tinggi, peningkatan aspek diri yang melampaui kemampuan olah pikir yaitu kecakapan mengelola rasa.
Sebagai penerima beasiswa yang tinggal di asrama bersama dengan teman dari puluhan provinsi, kemampuan mengelola konflik para mahasiswa secara otomatis terasah selama mereka menjalankan studi. Adapun kapasitas mereka dalam berorganisasi berkembang melalui berbagai kegiatan yang mereka ikuti baik sebagai peserta maupun panitia.
ADVERTISEMENT
Di sinilah lantas pembeda fungsi sebuah Malam Apresiasi Sastra: Acara ini bukan hanya jadi wadah terkait kognisi dan kemampuan sosial tapi juga sarana untuk mengasah kemampuan estetika:Menghargai keindahan, menajamkan cita rasa serta memperdalam kemampuan untuk memaknai gerak, bunyi, dan warna. Sastra juga adalah katarsis untuk mengatasi emosi yang sulit atau negatif.
Frekuensi perguruan tinggi mengadakan acara seperti ini masih jauh di bawah kekerapan SMA menyelenggarakan pensi. Adapun jumlah perguruan tinggi yang rutin mengadakan pentas musik sepertinya masih lebih banyak dibandingkan jumlah yang secara reguler menyelenggarakan pentas yang di dalamnya mempertunjukkan lebih banyak ragam seni: Drama, tari, sekaligus pembacaan puisi, misalnya. Padahal, bagi orang dewasa termasuk mahasiswa dan dosen serta staff, performing arts membawa segudang manfaat bagi kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Clive Stapel Lewis adalah seorang sastrawan Inggris yang menulis novel ‘Chronicles of Narnia’, buku yang telah diterjemahkan ke dalam sekitar 50 bahasa dan terjual lebih dari 120 juta kopi. Lewis pernah berujar,"Literature adds to reality, it does not simply describe it. It enriches the necessary competencies that daily life requires and provides.”
Oleh karena itulah, akan sangat baik jika acara seperti Malam Apresiasi Sastra ini diadakan secara reguler oleh lebih banyak fakultas atau universitas seperti halnya pensi yang rutin diselenggarakan oleh banyak sekolah menengah atas.