Pengalaman Mengambil Ujian Google Certified Educator

Meicky Shoreamanis Panggabean
Teacher-educator, penulis biografi Munir dan Basuki Tjahaja Purnama.
Konten dari Pengguna
29 Desember 2020 18:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meicky Shoreamanis Panggabean tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
00:00:09…
00:00:08…
00:00:07…
Waktu untuk mengerjakan ujian, habis. Tiga jam yang melelahkan. Saya mengklik tombol submit beberapa detik sebelum menit ke-180 usai. Hasilnya langsung keluar.
ADVERTISEMENT
Nilai minimal kelulusan 80, nilai saya 78. “Reseh amat. Cuma beda segitu doang dah,”begitulah saya mengeluh tentang selisih 2 poin yang membuat saya tidak lulus ujian Google Certified Educator (GCE) Level 1.
GCE adalah ujian yang diselenggarakan Google for Education tentang penggunaan Google tools for education. Sertifikasinya berlaku internasional.
Google tools for education adalah produk Google yang semuanya bisa diakses gratis:Gmail berikut ‘jeroan’-nya seperti Drive, Sheets, Classroom, dan lain-lain. Ada juga Extensions, Maps, Earth serta Youtube sebagai tambahan. Pemanfaatan fitur-fitur ini membuat para pendidik bisa bekerja dengan lebih efisien.
Cerita soal GCE berawal di tahun 2014 ketika saya hadir di acara Google Educator Group-West Jakarta. Pendiri komunitas ini adalah Steven Sutantro, seorang guru SMA yang sekarang menjadi lead coach di REFO.
ADVERTISEMENT
Saya lalu rutin mengikuti acara GEG-WJ. Tahun 2017, saya mengambil ujian level 1. Isi ujian adalah 11 praktik dan 20an pilihan ganda. Modul pelatihannya gratis tapi untuk ujian kita bayar US$10.
John Swash, seorang Google Certified Trainer asal Amerika, pernah mengatakan bahwa sekitar 30% peserta yang mengambil ujian Level 1 untuk pertama kalinya, tidak lulus. Nah, saya ya termasuk yang 30% ini.
Juni 2020, saya ikut ujian lagi. Saya mengerjakannya sekitar 1 jam 15 menit. Lulus. Desember 2020, saya mengambil ujian level 2 yang terdiri dari 25 pilihan ganda dan 12 praktik. Saya selesaikan sekitar 2,5 jam. Lulus juga.
ADVERTISEMENT
Seperti materi level 1, materi level 2 juga bisa diakses gratis. Adapun harga voucher ujian level 2 adalah US$25. Waktu yang diberikan untuk ujian online ini adalah 3 jam.
Jika peserta berada dalam kondisi khusus, misalnya mengalami disleksia atau gangguan penglihatan, peserta bisa mengontak Google 2-3 minggu sebelum ujian berlangsung untuk mendapatkan perpanjangan waktu.
Selain Google Certified Educator Level 1 dan 2, Google for Education juga punya program Google Certified Coach, Google Certified Trainer, dan Google Certified Innovator.
Kendati ujian level 1 dan 2 saya sama-sama lulus, ada dua perbedaan,
Pertama, ujian level 1 menggunakan bahasa Inggris dan persiapannya juga dalam bahasa Inggris. Adapun level 2 persiapan dan ujiannya berlangsung dalam bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kedua, saya belajar sendirian untuk ujian level 1 tapi belajar rame-rame saat persiapan level 2.
Persiapan ujian level 2 awalnya sama:Sendirian. Saya sering ketiduran karena bosan. Saya kerap ngoceh sendiri,”Cari add-ons Drive. Buat canned response. Bikin hypertext, bla..bla…bla….” Akhirnya saya rekam suara sendiri. Tetap ketiduran.
Oleh karena itulah saya senang sekali waktu tahu REFO menyelenggarakan Bootcamp untuk persiapan ujian. Bootcamp punya beberapa pertemuan rutin dan ada interaksi, kemungkinan saya tertidur jadi sangat kecil. Selain itu ada kesempatan untuk bertukar informasi, baik dengan pelatih maupun peserta lain.
Di luar pertemuan rutin, tentu peserta harus sering berlatih mandiri. PRnya banyak, sangat membantu untuk belajar intensif dengan lebih terarah. Beda kondisinya dengan berlatih sambil ngoceh sendirian.
ADVERTISEMENT
Beberapa teman mengutarakan niatnya untuk belajar lalu mengambil ujian. Tingkat keberhasilan jauh lebih tinggi jika kita ditopang support system. Di sini support system yang dimaksud bukan sekedar lingkungan yang mendukung kita maju namun juga orang-orang yang memiliki minat dan tujuan serupa.
Saya pernah mengajak beberapa teman yang tertarik pendidikan untuk berlatih sama-sama. Dari 4-5 orang yang saya ajak, yang datang hanya 1, ini pun malas-malasan. Saya coba lagi membentuk kelompok baru, gagal juga.
Penyebabnya adalah karena walau mereka tertarik pendidikan, mereka tidak tertarik dengan pemanfaatan teknologi dalam kelas pada umumnya dan tidak berminat dengan Google tools pada khususnya.
Support system yang isinya orang-orang dengan minat dan tujuan sama saya dapatkan di GEG-WJ dan Bootcamp. Walau ujian gagal, saya tetap berinteraksi dengan teman-teman GEG-WJ. Jadi, motivasi untuk menggunakan Google tools tidak berkurang.
ADVERTISEMENT
Percayalah, walau kita sudah review modul berkali-kali, kalau jarang menggunakan toolsnya, saat ujian pasti gagal.
Jadi, jika mau paham materi dan sukses ujian, sebaiknya kita membentuk atau mencari support system. Sekali lagi, bukan hanya support system berisikan orang-orang yang senang lihat kita maju melainkan lebih dari itu: Support system yang terdiri dari orang-orang dengan minat dan tujuan serupa dengan kita.