Konten dari Pengguna

Sisi-sisi LinkedIn yang Perlu Dicermati Para Guru

Meicky Shoreamanis Panggabean
Teacher-educator, penulis biografi Munir dan Basuki Tjahaja Purnama.
22 September 2020 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meicky Shoreamanis Panggabean tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Situs untuk profesional, LinkedIn. Foto: Robert Galbraith/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Situs untuk profesional, LinkedIn. Foto: Robert Galbraith/Reuters
ADVERTISEMENT
Oleh:Meicky Shoreamanis Panggabean*
Di media ini, kumparan, pada 13 September 2020 penulis mengeluarkan ‘Mungkin, Sudah Saatnya Para Guru Aktif di LinkedIn.’ Tulisan ini adalah lanjutannya.
ADVERTISEMENT
Tulisan pertama membahas apa saja keuntungan yang didapat guru jika bergabung di LinkedIn. Sekarang, mari kita lihat sisi lain dari platform ini. Tak ada sesuatu yang melulu bagus di muka bumi, termasuk LinkedIn.
Apa saja yang sebaiknya diperhatikan guru?
Pertama, untuk menggunakan LinkedIn secara maksimal, pengguna harus berlangganan LinkedIn premium. Bagi guru pada umumnya, biayanya termasuk mahal. Salah satu fitur premium yang menarik adalah video LinkedIn Learning. Sangat cocok untuk pelaku bisnis dan juga berguna bagi guru.
Bagaimanapun, mengenai pendidikan ada banyak sumber yang lebih relevan: Common Sense, Teaching Channel, TedX Edu, REFO di Youtube, dan lain-lain.
Kesimpulannya, bagi guru versi tak berbayar sudah lebih dari cukup. Namun, bagi guru yang berminat untuk alih profesi dan mengincar dunia bisnis sebagai sasaran, membayar LinkedIn Premium bisa dianggap sebagai sebuah investasi.
ADVERTISEMENT
Kedua, masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat tingkat stress guru meningkat sedangkan natur LinkedIn cukup serius. Perhatikan saja, emoji-nya hanya ada sekitar lima dan semuanya ‘santun’. Misalnya, tak ada emoji marah atau tertawa terbahak-bahak.
Untuk cari hiburan, platform lain menyodorkan jauh lebih banyak pilihan dibandingkan LinkedIn.
Ketiga, sulit untuk mengetahui karakter asli pengguna lain karena postingan di LinkedIn sangat jarang yang berkaitan dengan aspek pribadi. Bagi penulis, karena saya bukan psikolog, mustahil bisa menganalisa karakter orang di LinkedIn karena postingan pengguna rata-rata sifatnya profesional dan normatif.
Walau begitu, penulis sejauh ini menemukan ada satu profil yang ‘berbohong’ (?). Ada seseorang yang kualifikasi dan karakteristik postingannya terlihat tidak pas, ada yang janggal. Ternyata, jabatan orang ini jauh lebih rendah dibandingkan yang ia cantumkan. Namun, ia piawai menata kata.
ADVERTISEMENT
Jadi, ia “tidak bohong-bohong amat” mengenai jabatan yang ia tulis. Tapi, juga “tidak jujur-jujur amat.” LinkedIn memang bukan tempat yang steril dari penipu. Di sini bahkan juga ada catfish. (orang yang memalsukan foto profil, identitas, dan kisah hidup).
Nah, lalu, untuk tahu karakter asli pengguna LinkedIn caranya bagaimana? Hmm… Mungkin lebih baik jawab dulu pertanyaan ini: Untuk apa? Kalau tidak perlu, tidak usah. Jangan over-analysis, capek. Lebih baik pakai waktu dan tenaga untuk eksplorasi hal terkait pendidikan.
Jika guru aktif di LinkedIn, kerja sama yang ditawarkan biasanya memberi training atau jadi pembicara. Cari saja informasi seputar acara: Siapa penyelenggaranya, akan dapat honor atau tidak, minta Terms of Reference, dan lain-lain. Kalau kurang yakin, minta saja mereka buat surat perjanjian atau sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Keempat, postingan di LinkedIn yang normatif dan motivasional jumlahnya banyak. Maklum saja, postingan seperti ini lebih berpotensi memberi kesan profesional dibandingkan posting soal liburan atau hewan peliharaan.
Postingan positif-moralis-optimistis seperti itu sebenarnya adalah salah satu kelebihan LinkedIn. Tulisan macam ini banyak sekali yang likes. Jadi, kadang yang menuliskannya terlalu banyak sehingga penulis merasa agak bosan.
Semua kata sifat yang bagus, jika depannya ditambah kata ‘terlalu,’ pasti akan berubah buruk, bukan? Syukurlah, solusinya mudah: Lewati saja tulisan itu.
Demikianlah empat hal tentang LinkedIn yang sebaiknya dicermati guru. Bandingkan dengan tulisan sebelumnya yang mengulas kelebihan-kelebihan LinkedIn bagi guru.
Jadi, bagaimana kesimpulannya? Sebaiknya pakai LinkedIn atau tidak?
ADVERTISEMENT
Buat saja dulu akun tersebut dan gunakanlah. Jawaban hanya bisa diperoleh jika kita sudah berada di dalamnya.
*gurupenulis.weebly.com