Konten dari Pengguna

World Food Programme : El Nino dan Krisis Pangan di Afrika Selatan

Meimbarasi Irene Christyn Wau
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
19 Oktober 2024 2:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meimbarasi Irene Christyn Wau tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masyakarat Afrika Selatan/Sumber: YouTube CBS Evening News
zoom-in-whitePerbesar
Masyakarat Afrika Selatan/Sumber: YouTube CBS Evening News
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir tahun 2024 beberapa lembaga bantuan internasional melaporkan bahwa kekeringan di Afrika bagian selatan masih tergolong sangat parah. Pada Juni, USAID, lembaga bantuan dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa kekeringan ini merupakan yang terburuk dalam 100 tahun terakhir. Menurut PBB, Kekeringan yang berlangsung selama beberapa bulan akibat fenomena cuaca El Nino telah mempengaruhi lebih dari 27 juta orang dan memicu krisis kelaparan terburuk di wilayah ini selama beberapa dekade,
ADVERTISEMENT
World Food Programme (WFP) memperingatkan bahwa kondisi ini bisa menjadi bencana sosial yang melumpuhkan beberapa sektor industri bagi lima negara yaitu Lesotho, Malawi, Namibia, Zambia, dan Zimbabwe yang juga telah menyatakan keadaan darurat nasional terkait kekeringan dan kelaparan. WFP memperkirakan sekitar 21 juta anak di Afrika bagian selatan mengalami malnutrisi akibat gagal panen. Puluhan juta penduduk di wilayah ini bergantung pada pertanian skala kecil yang bergantung pada hujan untuk memperoleh makanan dan pendapatan.
Lembaga bantuan sebelumnya telah memperingatkan potensi bencana sejak akhir tahun lalu, karena El Nino, fenomena alam yang menyebabkan penurunan curah hujan, diperburuk oleh pemanasan global terkait perubahan iklim. "Ini adalah krisis pangan terburuk dalam beberapa dekade terakhir," kata juru bicara WFP, Tomson Phiri. Dia menambahkan bahwa bulan Oktober menandai dimulainya musim paceklik di Afrika bagian selatan, dan kondisi diperkirakan akan semakin memburuk hingga panen pada bulan Maret dan April tahun depan. "Panen gagal, ternak mati, dan anak-anak hanya beruntung jika bisa makan sekali sehari," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Lima negara yang menyatakan bencana kekeringan telah meminta bantuan internasional, sementara Angola dan Mozambik juga terdampak parah. Phiri mengatakan WFP membutuhkan sekitar $369 juta untuk memberikan bantuan mendesak, tetapi hanya menerima seperlima dari jumlah itu di tengah kurangnya donasi. WFP telah mulai memberikan bantuan pangan dan dukungan lainnya atas permintaan pemerintah di wilayah tersebut.
Phiri juga mencatat bahwa krisis ini terjadi ketika "kebutuhan global meningkat," dengan bantuan kemanusiaan yang juga sangat dibutuhkan di Gaza, Sudan, dan daerah lainnya. El Nino, fenomena cuaca alami yang memanaskan bagian tengah Samudra Pasifik, memiliki dampak yang berbeda di seluruh dunia. El Nino terakhir dimulai pertengahan tahun lalu dan berakhir pada bulan Juni, dan bersama dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, fenomena ini dianggap memicu gelombang panas dan cuaca ekstrem sepanjang tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Di Afrika bagian selatan, harga pangan melonjak tajam di banyak wilayah terdampak kekeringan, memperparah penderitaan. Dampak lainnya termasuk pemadaman listrik di Zambia akibat ketergantungan pada Bendungan Kariba, yang level airnya turun drastis sehingga hampir tidak bisa menghasilkan listrik. Zimbabwe, yang berbagi bendungan ini, juga mengalami pemadaman listrik. Namibia dan Zimbabwe bahkan harus membunuh satwa liar, termasuk gajah, untuk menyediakan makanan bagi warga yang kelaparan. Para ilmuwan mengatakan bahwa sub-Sahara Afrika adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim karena ketergantungan yang tinggi pada pertanian tadah hujan dan sumber daya alam, sementara negara-negara miskin di kawasan ini kesulitan mendanai upaya mitigasi perubahan iklim.