Konten dari Pengguna

Hari Buku Nasional: Penerapan Literasi Berkelanjutan bagi Anak Bangsa

Meirinda Dyah Anugrah
Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Jurnalistik, UPN Veteran Yogyakarta.
13 Mei 2025 13:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meirinda Dyah Anugrah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peringatan Hari Buku Nasional. Kredit foto by: Meirinda Dyah Anugrah (dok: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Hari Buku Nasional. Kredit foto by: Meirinda Dyah Anugrah (dok: Freepik)
ADVERTISEMENT
Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei setiap tahunnya. Hari yang didedikasikan untuk mengenang dan merayakan peran vital buku dalam kehidupan masyarakat. Buku bukan hanya sebagai media yang menyimpan kumpulan cerita atau informasi, melainkan alat penting dalam membentuk pola pikir, memperluas wawasan, dan memperkaya budaya bangsa. Di era digital seperti sekarang, perayaan ini semakin penting karena kita dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan kebiasaan membaca di tengah banjirnya informasi digital.
ADVERTISEMENT
Di tengah derasnya arus informasi digital dan kemajuan teknologi yang begitu pesat, tantangan besar muncul dalam menjaga minat baca masyarakat tetap tinggi. Dalam berbagai fenomena menunjukkan pergeseran adanya pola konsumsi informasi, yang seringkali lebih memprioritaskan kecepatan dan kemudahan daripada kedalaman dan kualitas bacaan.
Sebagai seorang yang suka dan mencintai buku, saya percaya bahwa membaca buku memiliki dampak yang sangat besar pada perkembangan pribadi dan masyarakat. Buku bukan hanya sebagai sumber pengetahuan tetapi juga sarana untuk memperluas wawasan, meningkatkan kreativitas dan membangun empati. Namun, dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya penggunaan media sosial, banyak orang yang mulai meninggalkan kebiasaan membaca buku.
Literasi sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia, maka peringatan ini harus dioptimalkan tidak sekadar seremonial, melainkan menjadi wadah aksi nyata untuk memperkuat kecintaan membaca di berbagai lapisan masyarakat, khususnya pada negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut data dari badan Pusat Statistika (BPS), tingkat literasi masyarakat Indonesia masih relatif rendah. Pada tahun 2020, tingkat literasi masyarakat Indonesia hanya sekitar 95,6%, yang berarti masih banyak orang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi upaya meningkatkan literasi dan membaca di Indonesia.
Bahkan UNESCO juga menyebutkan bahwa indeks minat membaca masyarakat Indonesia hanya di angka 0,001% atau dari 1000 orang di Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Dalam konteks ini, perayaan Hari Buku Nasional adalah kesempatan penting untuk merenungkan bagaimana buku dapat berkontribusi pada kehidupan sehari-hari, mendorong berbagai pemikiran dan inisiatif untuk membangun serta mengembangkan budaya literasi yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia.
Peringatan Hari Buku Nasional. Kredit foto by: Meirinda Dyah Anugrah (dok: Freepik)

Buku sebagai Sumber Pengetahuan dan Pembangun

Di era digital, buku seringkali dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan tidak relevan bagi sebagian orang. Namun, tidak dapat disangkal bahwa buku masih menjadi sumber pengetahuan dan pembangunan karakter yang paling efektif. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa buku masih sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pertama, buku menyediakan akses pengetahuan yang luas dan mendalam. Dengan membaca buku dapat memperluas wawasan dan memperoleh pengetahuan baru tentang berbagai topik baik dari sains, teknologi, sejarah hingga kebudayaan. Buku memungkinkan kita untuk mempelajari pengalaman dan perspektif dari orang lain, yang dapat membantu memahami dunia dengan lebih baik.
Buku dapat membantu kita membangun karakter yang kuat. Dengan membaca buku, kita dapat belajar tentang nilai-nilai seperti kerja keras, discipline dan empati. Buku juga dapat membantu kita mengembangkan keterampilan yang dapat memperoleh inspirasi dan motivasi untuk mencapai tujuan kita dan menjadi versi terbaik.
Selain itu, buku mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan analitis untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen dan membuat keputusan. Buku tidak hanya sebagai pengetahuan dan keterampilan melainkan mengembagkan empati dan pemahaman yang dapat membantu kita bisa lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Buku juga dapat membantu kita mengembangkan kemampuan untuk berpikir dari sudut pandang orang lain. Oleh karena itu buku memberikan manfaat sumber pengetahuan dan pembangun karakter yang sangat berharga.
ADVERTISEMENT

Membangun Ekosistem Literasi

Mengingat literasi merupakan fondasi utama dan penting dalam membangun masyarakat cerdas, kritis dan inovatif. Kemampuan membaca, menulis dan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Namun, sayangnya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki akses memadai terhadap pendidikan dan sumber daya literasi.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membangun ekosistem literasi yang kuat. Literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk memahami dan menganalisis informasi.
Menurut data dari UNESCO, tingkat literasi di Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 95,4% (UNESCO, 2020). Angka ini masih di bawah rata-rata tingkat literasi di Asia Tenggara, yaitu sekitar 96,5% (ASEAN, 2020). Selain itu, hasil survei yang dilakukan oleh Kemendikbud Ristek pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 12,3% siswa SD yang memiliki kemampuan membaca yang baik (Kemendikbud Ristek, 2020).
ADVERTISEMENT
Membangun ekosistem literasi yang kuat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, meningkatkan akses kepada buku dan sumber daya literasi lainnya. Menurut data dari Perpustakaan Nasional, hanya 10% dari total penduduk Indonesia yang memiliki akses kepada perpustakaan (Perpustakaan Nasional, 2020). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan jumlah perpustakaan dan akses kepada buku, terutama di daerah-daerah terpencil.
Kedua, meningkatkan kualitas pengajaran literasi di sekolah. Guru-guru perlu dilatih untuk menggunakan metode pengajaran yang efektif dan menarik, sehingga siswa dapat memahami dan menikmati proses belajar. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap kurikulum literasi yang digunakan, untuk memastikan bahwa siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan abad 21.
Ketiga, mengembangkan program literasi yang berbasis masyarakat. Program-program seperti ini dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah daerah. Dengan demikian, dapat dibangun ekosistem literasi yang kuat dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, telah dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas literasi di Indonesia. Misalnya, program "Gerakan Literasi Nasional" yang diluncurkan oleh Kemendikbud Ristek pada tahun 2019, yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia menjadi 100% pada tahun 2030 (Kemendikbud Ristek, 2019). Selain itu, beberapa organisasi non-pemerintah seperti "Indonesia Mengajar" dan "Litara" juga telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas literasi di Indonesia.
Membangun ekosistem literasi yang kuat adalah kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan meningkatkan akses kepada buku dan sumber daya literasi, meningkatkan kualitas pengajaran literasi di sekolah, dan mengembangkan program literasi yang berbasis masyarakat, kita dapat membangun masyarakat yang cerdas dan berkualitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang serius dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas literasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demi mensukseskan kan meningkatkan kualitas literasi, mulailah dari diri kita sendiri untuk membiasakan diri dan menantang diri kita sendiri untuk bisa membaca minimal satu bacaan di setiap harinya.