Konten dari Pengguna

Tentang Mengasihi Satu Sama Lain

Meiske Yoe
I play with public data at Pados Indonesia and filing a gap inside myself through @SabangMeraukeID. I run & trail run, in between i sometimes dance.
1 Maret 2017 10:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meiske Yoe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tentang Mengasihi Satu Sama Lain
zoom-in-whitePerbesar
Repost from my FB Note, 14 February 2017
Di hari kasih sayang sekaligus minggu tenang sebelum pemilihan kepala daerah serentak besok, saya ingin menuliskan pemikiran saya. Bukan kampanye. Bukan membela siapapun. Bukan jawaban untuk tulisan siapa. Ini adalah refleksi saya pribadi yang harapannya bisa mengingatkan, paling tidak menggugah teman2 seiman dalam musim drama pilkada ini untuk tetap menjaga lisan maupun perbuatan.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang Kristen, saya mengimani Firman Allah dalam kitab Yohanes 15:12. Dalam versi Terjemahan Sederhana Indonesia, dituliskan bahwa "Inilah perintah yang Ku-berikan kepadamu: Hendaklah kamu saling mengasihi satu sama lain, sama seperti Aku mengasihi kamu." Ada tafsir yang mengatakan satu sama lain ekuivalen dengan sesamamu manusia, artinya tidak ada batasan siapa yang harus saya kasihi. Lalu masih perihal iman, kalimat 'seperti Aku mengasihi kamu' disebutkan merujuk pada kasih Allah yang tak bersyarat, demikian kata Bapak Pendeta saya di gereja minggu lalu. Wow, manis dibaca tapi ternyata sulit dilakukan. Sulit sekali.
Ayat tersebut cukup menampar saya secara pribadi dalam dinamika pilkada DKI 2017 ini. Ingat ya, buat saya pribadi. Kenapa? Pertama, perintah ini adalah Firman Tuhan yang saya imani, jadi wajib saya lakukan. Kedua, tidak semua orang yang sesamamu manusia ini mudah untuk dikasihi tanpa syarat. Ketiga, mengasihi tanpa syarat tidak sama juga dengan memuja tanpa batas. Tapi nyatanya perintah Yang Kuasa itu cenderung saya terapkan hanya ke sebagian manusia, itupun seringkali dengan banyak syarat.
ADVERTISEMENT
Apakah mengasihi manusia bisa membuat kecewa? Tentu bisa sekali. Tapi dalam kekecewaan dan ketidaksepakatan, saya merasa jangan sampai saya kehilangan kasih itu. Toh yang berdiri di panggung politik saat ini juga sesamaku manusia, yang notabene harus dikasihi. Manusia bisa khilaf, dengan atau tanpa kekuasaan.
Apakah sah bila saya yang juga punya potensi kekhilafan yang sama ikut menghakimi hanya karena sekedar mendengar atau membaca dari media? Apakah adalah tindakan kasih bila saya ikut mengumpat dan mencerca karena suatu 'katanya' yang juga didengungkan oleh orang kesekian? Apakah negara ini akan merasakan kasih kalau saya merasa pandangan saya adalah yang paling benar?
Jadi saya rasa baik adanya untuk tetap menyelaraskan kasih dalam ucapan maupun perbuatan sambil tetap mengaktivasi otak yang sudah diberikan Tuhan dalam menanggapi pemberitaan yang ada hingga merespon yang berbeda dengan kita. Sah saja, namanya juga sedang pesta ide. Harap diingat setelah ini hubungan-hubungan kita dengan sesama manusia lain *tanpa memandang kubu manapun* akan tetap berjalan :)
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya pemimpin terpilih nanti adalah yang terbaik yang sudah digariskan olehNya. Sebagai warga, saya diwajibkan untuk hormat dan mendukung. Sebagai warga, akan amat baik bila saya tetap kritis dalam berpikir namun tidak serta merta anarkis melawan. Rasanya banyak cara untuk bersuara maupun berkontribusi dengan damai nan bernas, dan diam sajapun bukanlah hal bijak.
Selamat (sama-sama belajar) mengasihi satu sama lain. Cerdik seperti ular, tulus seperti merpati.