Konten dari Pengguna

Klikbait atau Kredibilitas? Ujian Kode Etik di Era Media Digital

meisya faizatun nafiqoh
Mahasiswa Universitas Pancasila
16 November 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari meisya faizatun nafiqoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sebuah klikbait yang memiliki daya tarik dan bahaya yang melekat,adalah cerminan dari bagaimana sistem ekonomi digital saat ini bekerja ( sumber foto : freepik )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sebuah klikbait yang memiliki daya tarik dan bahaya yang melekat,adalah cerminan dari bagaimana sistem ekonomi digital saat ini bekerja ( sumber foto : freepik )
ADVERTISEMENT
Era digital telah menjadi pisau bermata dua bagi dunia jurnalisme. Di satu sisi, digitalisasi membuka peluang untuk penyebaran informasi yang lebih luas, cepat, dan efisien. Namun di sisi lain, tekanan ekonomi dan teknologi yang mengiringinya sering kali mengorbankan nilai-nilai dasar jurnalisme, terutama ketika media lebih fokus pada jumlah klik dibandingkan dengan kualitas informasi. Fenomena ini dikenal sebagai "klikbait," sebuah strategi kontroversial yang menjadi pusat debat mengenai kredibilitas media di era modern.
ADVERTISEMENT
Klikbait, dengan segala daya tarik dan bahaya yang melekat, adalah cerminan dari bagaimana sistem ekonomi digital saat ini bekerja. Dalam dunia yang didominasi algoritma, di mana pendapatan media sering kali ditentukan oleh jumlah kunjungan halaman, konten sensasional menjadi senjata utama untuk bertahan. Judul-judul yang menyesatkan atau provokatif diciptakan untuk menarik perhatian pembaca, meskipun isi artikel sering kali tidak memiliki relevansi atau kualitas yang sebanding. Akibatnya, kode etik jurnalistik, yang dirancang untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik, berada dalam tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebagai landasan profesional, kode etik jurnalistik menuntut setiap jurnalis untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip seperti akurasi, objektivitas, dan keadilan. Namun, realitas industri media digital sering kali bertolak belakang. Ketika setiap klik bernilai ekonomi, godaan untuk mengabaikan prinsip-prinsip ini menjadi sangat besar. Dalam ekosistem informasi yang didorong oleh kecepatan dan popularitas, pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana jurnalisme dapat bertahan tanpa mengorbankan kredibilitasnya?
ADVERTISEMENT
Dampak klikbait tidak hanya dirasakan oleh media, tetapi juga oleh masyarakat yang mengonsumsi informasi. Dalam upaya untuk menarik perhatian, media sering kali memanfaatkan emosi pembaca, seperti rasa takut, marah, atau penasaran. Strategi ini, meskipun efektif dalam jangka pendek, memiliki konsekuensi jangka panjang yang merusak. Pembaca yang terus-menerus terpapar pada konten sensasional cenderung mengembangkan kebiasaan membaca yang dangkal, dengan fokus hanya pada headline tanpa mengeksplorasi isi artikel. Hal ini tidak hanya merugikan literasi media masyarakat, tetapi juga membuka pintu bagi penyebaran disinformasi dan polarisasi opini publik.
Ilustrasi salah satu dampak klikbait yaitu sering kali memanfaatkan emosi para pembaca ( sumber foto : freepik )
Selain itu, klikbait juga menciptakan budaya media yang mengutamakan sensasi di atas substansi. Ketika media berlomba-lomba untuk menarik perhatian, berita-berita penting yang membutuhkan analisis mendalam sering kali diabaikan atau disederhanakan. Dalam konteks ini, media tidak hanya gagal menjalankan tanggung jawabnya sebagai penyedia informasi yang andal, tetapi juga kehilangan peran edukatifnya dalam masyarakat. Keadaan ini menunjukkan bahwa klikbait bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah etis yang menuntut refleksi mendalam dari seluruh ekosistem media.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak semua harapan hilang. Tantangan yang dihadapi oleh media digital sebenarnya dapat menjadi peluang untuk memperkuat jurnalisme yang beretika. Langkah pertama adalah mengubah paradigma ekonomi media, dari yang berbasis klik menjadi berbasis kepercayaan. Media harus menyadari bahwa meskipun klik memberikan pendapatan jangka pendek, kredibilitas adalah investasi jangka panjang yang jauh lebih berharga. Dengan membangun reputasi sebagai sumber berita yang dapat dipercaya, media dapat menciptakan basis pembaca yang loyal, yang pada akhirnya lebih menguntungkan secara finansial.
Peran platform digital juga tidak kalah penting. Algoritma yang digunakan oleh mesin pencari dan media sosial harus dirancang untuk mendukung konten berkualitas, bukan hanya konten yang populer. Dalam hal ini, kerja sama antara media, regulator, dan perusahaan teknologi menjadi krusial. Regulasi yang jelas dan transparan dapat membantu menciptakan ekosistem informasi yang sehat, di mana kode etik jurnalistik dihormati dan ditegakkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, literasi media masyarakat harus menjadi prioritas. Dalam dunia di mana informasi tersedia dalam jumlah yang melimpah, kemampuan untuk membedakan antara berita yang bermutu dan konten yang menyesatkan menjadi keterampilan yang sangat penting. Edukasi tentang cara kerja media digital, termasuk bagaimana klikbait memengaruhi pola konsumsi informasi, dapat membantu masyarakat menjadi konsumen informasi yang lebih kritis dan cerdas. Dengan demikian, literasi media tidak hanya melindungi pembaca dari manipulasi, tetapi juga mendorong media untuk lebih bertanggung jawab.
Meskipun tantangan yang dihadapi oleh media digital sangat besar, era ini juga memberikan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk memperkuat kredibilitas jurnalisme. Teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendukung jurnalisme yang beretika. Dari verifikasi fakta otomatis hingga analisis data yang lebih mendalam, teknologi dapat membantu media menghasilkan konten yang lebih akurat, relevan, dan bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan media dan masyarakat. Apakah kita akan membiarkan klikbait mendikte arah jurnalisme, ataukah kita akan berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai yang membuat jurnalisme menjadi pilar demokrasi? Klik mungkin menjadi mata uang di era digital, tetapi kredibilitas tetap menjadi nilai yang tak tergantikan. Untuk menjaga relevansi dan kepercayaan publik, media harus kembali kepada prinsip-prinsip dasar jurnalisme yang berakar pada kebenaran, keadilan, dan etika.