news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pandemi COVID-19: Perpusnas Membuka Layanan 2.000 Pengunjung, Efektifkah?

Mela Arta Melia
Mahasiswa D3 Perpustakaan dan Arsip, Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
20 Mei 2021 16:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mela Arta Melia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku merupakan Sumber Ilmu. Foto: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Buku merupakan Sumber Ilmu. Foto: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Apa yang terlintas di otak Anda jika mendengar kata "buku"? Siapa sih yang masih asing dengan istilah ini? Apakah buku memiliki sejuta manfaat?
ADVERTISEMENT
Istilah "buku adalah jendela dunia" dapat kita artikan sebagai kegiatan membaca buku guna mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya agar kita mengetahui apa pun yang ada di dunia ini. Berbicara tentang buku, koleksi buku biasanya disimpan di perpustakaan.
Perpustakaan merupakan wadah penyalur informasi yang menyimpan berbagai macam buku dan informasi yang ada di dalamnya. Perpustakaan di zaman sekarang telah melakukan banyak perubahan, pastinya masyarakat akan lebih senang untuk mengunjungi perpustakaan, salah satu contohnya adalah Perpustakaan Nasional.
Siapa yang tidak kenal dengan Perpustakaan Nasional? Perpustakaan tertinggi di dunia ini terletak di Jalan Merdeka Selatan No.11 Jakarta Pusat. Perpustakaan ini terkenal akan kekiniannya dalam menyediakan berbagai macam fasilitas yang lengkap, kita sebagai masyarakat tentunya dapat menikmati fasilitas Perpustakaan Nasional dengan mudah dan nyaman, menarik bukan?
ADVERTISEMENT
Namun, sejak adanya virus mematikan yang mewabah di tanah air, menyebabkan hampir seluruh aktivitas masyarakat mulai dibatasi dan mengakibatkan WFH atau Work From Home. Tentu, hal tersebut berpengaruh pada perpustakaan yang berperan aktif sebagai lembaga informasi. Perpustakaan yang melayani kita secara offline harus mengganti seluruh mekanisme pelayanan melalui media online.
Pada situasi yang seperti ini, pustakawan harus memutar otak untuk menciptakan berbagai macam metode dan alternatif baru untuk melayani kita, salah satunya yaitu melalui website ataupun aplikasi digital. Metode baru yang diciptakan oleh pustakawan diharapkan tidak hanya berpengaruh terhadap sarana pembelajaran, tetapi juga untuk meningkatkan wawasan kita dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku ke arah yang lebih baik sehingga kita selalu up to date saat berada di situasi pandemi COVID-19.
Pengunjung membaca buku di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (5/8/2020). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Setelah dikeluarkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19), Perpustakaan Nasional akhirnya resmi beroperasi kembali pada 19 Juni 2020.
ADVERTISEMENT
Perpustakaan Nasional di era new normal membuka kapasitas pengunjung sebanyak 1.000 orang per hari, tentunya tidak terlepas dari protokol kesehatan yang telah disediakan.
Antusiasme masyarakat mengenai pembukaan Perpustakaan Nasional sangat fantastis, masyarakat silih berganti berdatangan mengunjungi Perpustakaan Nasional sehingga pihak pengelola berinisiatif untuk menambah kuota pendaftar pengunjung dari 1.000 orang per hari, menjadi 2.000 orang per hari.
Terhitung sejak 4 Maret 2021 penambahan kuota pengunjung dilaksanakan, hal itu disampaikan melalui akun Instagram pribadi milik Perpustakaan Nasional.
Antusiasme masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati fasilitas yang disuguhkan oleh Perpustakaan Nasional menjadi perbincangan hangat di beberapa media sosial. Meskipun hal tersebut dapat meningkatkan antusiasme minat baca masyarakat, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu penambahan kuota pengunjung dan jam operasional Perpustakaan Nasional.
ADVERTISEMENT
Apakah dampak dari permasalahan tersebut? Apakah hal tersebut merupakan kewaspadaan bagi kita?
Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah membuat keputusan Nomor HK.01.07/Menkes/328/2020 mengenai pemberlakuan new normal di Indonesia, alangkah lebih baik jika pihak pengelola Perpustakaan Nasional mempertimbangkan kembali mengenai keputusan penambahan kuota pengunjung.
Mengapa demikian? Karena pada situasi pandemi, walaupun kita sudah mematuhi protokol kesehatan yang ketat, hal tersebut tetap dapat memunculkan kemungkinan penyebaran virus COVID-19.
Karena semakin banyaknya pengunjung berada di dalam suatu gedung yang tertutup, maka akan semakin besar pula peluang virus dapat menular ke diri kita. Mengingat kita sebagai masyarakat awam yang baru mengenal COVID-19, sehingga kita perlu menerima edukasi lebih mendalam mengenai COVID-19.
Dalam hal ini, seharusnya kuota pengunjung disarankan tidak melebihi dari 1.000 orang, ditambah problem mengenai jam operasional perpustakaan yang tergolong membebaskan kita untuk mengakses informasi di perpustakaan, hal ini dinilai kurang efektif jika diterapkan di masa pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana solusi yang dapat kita berikan kepada Perpusnas untuk menangani permasalahan tersebut agar perpustakaan dapat berjalan secara optimal di masa pandemi ini?
Dapat dilihat dari aktivitasnya, jika kita terlalu berlama-lama di dalam ruangan dengan kapasitas pengunjung yang tidak sedikit dapat dikatakan jika hal tersebut merupakan sebuah tindakan yang dinilai kurang efektif.
Dilansir dari beberapa jurnal online mengenai panduan aman di dalam ruangan di era new normal, jika pengunjung berada di suatu ruangan yang sama sebaiknya lama waktu berkunjung ke Perpustakaan Nasional dipersingkat dari waktu normal sebelum adanya pandemi, sehingga penyebaran virus tidak meluas di kawasan Perpustakaan Nasional.
Oleh sebab itu, untuk menanggapi situasi tersebut disarankan agar kuota pengunjung di Perpustakaan Nasional lebih diperhatikan sehingga di kemudian hari tidak memunculkan kasus penyebaran COVID–19 untuk yang kedua kalinya karena kasus pertama sudah terjadi pada September tahun 2020. Kejadian tersebut dikarenakan beberapa staf Perpustakaan Nasional terinfeksi virus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selain itu, untuk meminimalkan penyebaran COVID-19 di Perpustakaan Nasional, disarankan kepada pihak pengelola agar tetap mengembangkan penyediaan akses pengunjung secara digital sehingga pengunjung tidak perlu datang langsung ke perpustakaan, karena kita tahu bahwa penyebaran virus COVID-19 ini belum sepenuhnya berakhir dan dengan cara seperti inilah dapat membantu kita untuk mencegah serta melawan virus COVID-19.
-------------------------------------------------------------------------
Oleh:
Christina Sthefani
Mela Arta Melia
Krisna Bayu Syahputra
Ghiananda Aprillia
Mahasiswa Perpustakaan dan Arsip, Universitas Brawijaya.