Periset BRIN Ungkap Respons Hutan Tropis Terhadap Perubahan Iklim

Melani Kurnia Riswati Riswati
Pranata Humas Ahli Muda-BRIN
Konten dari Pengguna
18 November 2022 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Melani Kurnia Riswati Riswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ekositem mangrove berguna dalam mencegah abrasi dan melindungi pantai dari gelombang. Foto Dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
zoom-in-whitePerbesar
Ekositem mangrove berguna dalam mencegah abrasi dan melindungi pantai dari gelombang. Foto Dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
ADVERTISEMENT
Makin menipis nya sumber daya alam dan tingginya ancaman terhadap ekosistem, mengharuskan kegiatan pertanian dan perlindungan lingkungan bersinergi kuat. Upaya pelestarian flora fauna Indonesia sudah tak dapat di tawar lagi. Hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan keanekaragaman hayati sebagai dampak negatif berbagai aktivitas pembangunan. Tak hanya itu, para ahli telah banyak membahas akan dampak lain terhadap kehilangan keanekaragaman hayati berupa terjadinya perubahan iklim. Imbas nya memaksa tumbuhan maupun hewan beradaptasi. Baik melalui pergeseran habitat, perubahan siklus hidup atau pun perubahan fenologi.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim merupakan fenomena alam global terkait gejala gejala peningkatan suhu bumi dari waktu ke waktu, yang diakibatkan rusaknya lapisan ozon di atmosfer oleh gas-gas rumah kaca seperti karbon, nitrit dan gas-gas lainnya. Hal ini menimbulkan berbagai implikasi global pada kelangsungan kehidupan. Manusia di tuntut untuk melakukan inovasi dan kreatif dalam melakukan upaya perlindungan lingkungan
Efek berantai perubahan iklim sudah menjadi hal nyata dan sulit dihindari. Untuk dapat bertahan dengan kondisi tersebut, manusia harus dapat mengembangkan pola adaptasi dalam berbagai aspek. Saat ini kejadian bencana alam terkait iklim terus meningkat. Bencana banjir, tanah longsor, topan dan gelombang pasang seperti sudah menjadi hal biasa. Kehancuran lingkungan lainnya seperti : kebakaran hutan, kekeringan dan serangan hama penyakit menjadi hal mendesak untuk segera diatasi. Perlu solusi tepat agar makhluk hidup yang ada dibumi dapat tetap dijaga kelestariannya.
ADVERTISEMENT
Problem perubahan iklim terus membayangi berbagai lini kehidupan, termasuk hewan dan tumbuhan. Peneliti memberikan simpulan kondisi lewat batas akibat perubahan iklim terus terjadi. Dan tentunya akan menciptakan bentuk reaksi, seperti : perubahan siklus hidup, bertahan karena bantuan manusia atau yang paling tidak diinginkan yakni mengalami kepunahan.
Oleh karena itu, kepunahan perlu dihindari. Dibutuhkan data untuk mengetahui pola dan bagaimana tumbuhan mampu beradaptasi. Juga menyelidik hal yang menjadi sensitif bagi tanaman. Hal ini penting, karena dapat dijadikan prioritas pemilihan jenis sesuai dengan pelestarian nya. Adaptasi terhadap perubahan iklim berarti meminimalkan kerusakan yang diproyeksikan terjadi pada aspek bioekologi, sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh perubahan parameter iklim. Adaptasi dapat dilakukan pada perbaikan sistem pada objek yang terkena dampak atau melalui pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi dampak atau risiko yang mungkin terjadi.
Kegiatan penanaman pohon sebagai upaya dalam meredam efek pemanasan global. Foto Dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Studi kasus Terhadap Beberapa Taman Nasional
ADVERTISEMENT
Dampak kekeringan berimbas terhadap pertumbuhan, perubahan fisiologi maupun anatomi pada tanaman. Penyebabnya keterbatasan air yang menghambat pembesaran sel dan perubahan hormon. Riset pun telah dilakukan untuk mengamati reaksi perubahan iklim terutama kondisi kekeringan.
Dalam sebuah diskusi untuk memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, Dr. Yanto Rochmayanto peneliti pada Direktorat Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup, Kemaritman, Sumber Daya Alam dan Ketenaganukliran, mengamati pola adaptasi dan mitigasi puspa terhadap iklim yang berubah. “Akibat perubahan iklim menyebabkan tinggi air pasang laut pada Taman Nasional Baluran turun. Kondisi tersebut berdampak terhadap tumbuhan hutan. Khususnya wilayah hilir. Tanaman mangrove mengalami kecenderungan semakin berkembang menjorok ke daratan, namun luas area nya berkurang. Hal ini terjadi akibat pergeseran sebagian wilayah mangrove ditempati oleh ekosistem pantai”. Ungkap nya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, dijabarkan pula kasus lainnya yang terjadi pada Taman Nasional Bali Barat. Adanya perubahan iklim menunjukkan adanya kenaikan pasang air laut. Naiknya air ke daratan menyebabkan kecenderungan mangrove tumbuh hingga ke daratan, sehingga luas mangrove bertambah.
Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Fenologi Tumbuhan?
International Panel on Climate Change (IPCC) telah mengingatkan dunia akan dampak perubahan iklim. Peneliti bahkan menduga sekitar 20-30 persen puspa dan satwa akan meningkat risiko kepunahan nya jika temperatur global rata-rata di atas kisaran 11.5-2.5 0C. Sehingga diperlukan aksi nyata yang dapat memperkuat kapasitas penyesuaian dan pengurangan dampak perubahan iklim. Dan tentunya berkaitan dengan upaya konservasi ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Spektrum adaptasi tumbuhan terhadap perubahan iklim sangat lebar. Mulai dari tingkat spesies, habitat dan ekosistem. Bagi kepentingan konservasi, pemahaman pola fenologi seperti pola musim berbunga annual dan supra annual menjadi penting dalam pengelolaan spesies terancam.
ADVERTISEMENT
Studi yang dilakukan pada kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terhadap reaksi perbungaan mengalami pergeseran. Pola puncak berbunga dan berbuah terutama jenis Dipterocarpaceae sejak tahun 1998-2012 tidak memperlihatkan musim berbunga dan berbuah massal. Indikasi tersebut di duga akibat El Nino dan kebakaran besar pada tahun 1997-1998.
Peneliti mengungkap dinamika fenologi yang terjadi pada Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, terjadi akibat gabungan antara elemen iklim, jumlah jenis dan komposisi jenis Dipterocarpaceae. Dalam kurun waktu 15 tahun hanya empat kali mengalami periode perbungaan mayor. Periode tersebut terkait dengan waktu satu bulan musim kering sebelumnya.
Dalam menghadapi tekanan kering, tanaman tentunya akan menunjukkan reaksi dengan cara menghindari, toleran atau kebal. Kondisi kekeringan akan berpengaruh terhadap fisiologi maupun anatomi. Selain itu, pada kondisi kekeringan tanaman menjadi rentan terhadap hama dan penyakit.
ADVERTISEMENT
Kegiatan adaptasi terhadap jenis tanaman hutan sebagai bentuk antisipasi adanya perubahan iklim belum banyak dilakukan. Perubahan pada situasi berlebihan dapat mengancam berbagai kehidupan. Berbagai tindakan penyesuaian perlu solusi tepat. Agar kelestarian kehidupan terus berlangsung. Mempertahankan keanekaragaman hayati terbukti dapat menciptakan ekosistem tangguh. Tutupan vegetasi dengan variasi pohon memberikan banyak manfaat.
Bentuk adaptasi dan mitigasi yang dapat Dilakukan
Menentukan bentuk adaptasi yang efektif perlu dilakukan. Tujuannya mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan mengurangi risiko iklim, perbaikan kultivar, adaptasi berbasis masyarakat, diversifikasi lahan, lanskap dan pertanian.
Tindakan adaptasi hutan alam berupa tindakan konservasi, perlindungan dan restorasi. Sedangkan pada hutan tanaman dapat dilakukan upaya pengelolaan hutan lestari, diversifikasi dan penyesuaian komposisi spesies pohon, mengelola risiko hama penyakit serta mencegah kebakaran hutan.
Selain penelitian, kegiatan edukasi juga penting untuk meningkatkan kesadaran sejak dini. Foto Dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Salah satu prinsip dalam mitigasi perubahan iklim adalah common but differentiated responsibilities (kewajiban bersama tapi peranan berbeda-beda). Prinsip tersebut memungkinkan negara maju dan negara berkembang melakukan tugas yang sama dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, namun tergantung kondisi dan sumber daya nasional masing-masing atau national circumstances. (MKR)
ADVERTISEMENT