Konten dari Pengguna

Perpustakaan Ilmiah Kebun Raya Bogor Berawal dari 25 Buku

Melani Kurnia Riswati Riswati
Pranata Humas Ahli Muda-BRIN
27 Desember 2022 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Melani Kurnia Riswati Riswati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu koleksi buku lama perpustakaan yang tertulis tahun terbit 1909. Foto Dokumentasi : Eka Kusmayadi.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu koleksi buku lama perpustakaan yang tertulis tahun terbit 1909. Foto Dokumentasi : Eka Kusmayadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi penggemar buku, Pustaka bagai surga. Betapa tidak, aneka ragam buku tersedia terutama berkaitan dengan bidang biologi dan pertanian. Menyaksikan naskah tak biasa menjadi hal yang menakjubkan. Terbitan dari bahan kulit hewan, ukuran buku yang sangat besar bahkan cetakan setebal 2.000 halaman pun ada. Melihat karya kuno tersebut, bagai masuk dalam lorong waktu. Dan jadi terpikir, bagaimana buku-buku tersebut menjadi bagian dari sejarah ilmu pengetahuan Indonesia?.
ADVERTISEMENT
Sebagai perpustakaan, PUSTAKA pada awalnya merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Berdiri pada 18 Mei 1842 atas usulan Hasskarl yang kala itu menjabat sebagai asisten tukang kebun. Mengawali dengan membeli sejumlah kecil koleksi buku berjumlah 25 buah.
Tahun 1842 merupakan tonggak awal bagi kegiatan yang berlangsung dalam perpustakaan botani ini. Sebagai perpustakaan ilmiah tertua yang spesifik, fungsi awal menyiapkan referensi bagi kepentingan peneliti tamu dalam riset botani kawasan tropis. Tahun 1850 ruangan khusus disiapkan dalam gedung Herbarium yang saat ini menjadi Museum Sejarah Alam Nasional. Hingga tahun 1887, koleksi buku terus bertambah. Direktur Kebun Raya Bogor, mulai mengupayakan gedung khusus pada tahun 1898. Bahkan mulai mencetak katalog yang meliputi sekitar 4.000 karangan.
Koleksi berupa karya ilustrasi botani yang tertata apik. Foto Dokumentasi : Eka Kusmayadi.
Secara organisasi nya, perpustakaan ini terus mengalami perubahan. Pada tahun 1906, menjadi perpustakaan pusat dari Departemen Pertanian. Dan pada 1907, perpustakaan mulai dilengkapi dengan ruang baca. Selanjutnya berganti nama menjadi Departemen Perekonomian dan dipindahkan ke Jakarta tahun 1934, sebagian isi perpustakaan yang berkaitan dengan ekonomi turut pula dibawa ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Unik nya, kekhasan sebagai perpustakaan pusat dan ilmu pengetahuan alam murni dan terapan memiliki sifat yang hingga kini masih dipertahankan. Kegiatan penyelidikan ilmiah yang makin luas dan berkembang, turut pula membentuk banyak lembaga lainnya. Maka lembaga-lembaga itu mendapat perpustakaan cabang untuk lapangan atau bidang yang berkaitan erat dengan tugas masing-masing lembaga.
Sayangnya, tidak ditemukan data yang tepat terkait jumlah koleksi pustaka sampai akhir masa pemerintahan Belanda (1942). Apalagi saat perang dunia kedua, perpustakaan sempat tak terurus. Tahun 1947, upaya perbaikan kembali dilakukan. Katalog baru dan tempat penjilidan juga dibuat, termasuk menjalin hubungan lagi dengan negara-negara lainnya.
Keunikan PUSTAKA
Tak seperti perpustakaan pada umumnya, PUSTAKA menyimpan karya tak biasa. Pada salah satu ruang koleksi terdapat buku yang terbungkus kulit binatang. Selain itu, buku berukuran sangat besar dan tebal tersaji dengan apik. Pada salah satu naskah tertulis tahun terbit 1750.
Salah satu koleksi buku tua yang masih terawat baik. Foto Dokumentasi : Eka Kusmayadi.
Di kawasan Asia Tenggara, pada masanya bisa dikatakan Bibliotheca termasuk perpustakaan yang paling baik dalam bidang ilmu pengetahuan alam. Majalah ilmiah yang diterbitkan Kebun Raya Bogor bahkan telah menjadi bahan tukar menukar dengan terbitan ilmiah luar negeri.
ADVERTISEMENT
Konservasi Buku Tua
Sebagai perpustakaan yang telah berumur 100 tahun, tentu memiliki banyak buku tua dan langka. Usia terbitan sedikitnya telah berumur minimal 50 tahun. Dikatakan langka karena secara fisik buku golongan ini sudah tidak diterbitkan lagi.
Untuk menjamin kualitasnya, tentu perlu upaya khusus. Terutama dalam melestarikan koleksi baik cetak atau non cetak. Tujuannya agar buku tidak mudah rusak sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Kegiatan yang dilakukan antara lain : digitalisasi buku, memutihkan, laminasi dan penjilidan. Selain itu kegiatan seperti membersihkan dari debu, membasmi serangga, mengatur kelembapan dan pencahayaan ruangan menjadi bagian penting upaya pemeliharaan.
Saking unik nya, Keberadaan PUSTAKA tak hanya menghimpun informasi dan ilmu pengetahuan, namun sarat akan sejarah. Dan bukan hal mudah pula memiliki warisan buku-buku kuno. Tentu menjadi tantangan dalam merawat dan mempertahankan kondisinya. Buku yang telah berumur ratusan tahun tersebut pasti akan rapuh. Dan bila tidak ada perawatan khusus akan mudah rusak. Upaya penyelamatan bentuk fisik dan informasi yang ada terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Dalam rentang 100 tahun kiprah nya, kini telah menjelma menjadi perpustakaan besar bernama Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian atau PUSTAKA. Berawal dari 25 buku, ribuan buku kini jadi koleksi.
Seorang staf PUSTAKA menginformasikan, saat ini bahan pustaka yang telah terhimpun sebanyak 56.967 judul dengan jumlah eksemplar 83.399. Selain itu, memuat juga informasi lainnya berupa 113 informasi digital.
Untuk menampung koleksi sebanyak itu, tak heran bila sarana gedung terbagi 3 bagian. Gedung A memuat delapan lantai, gedung B dengan 9 lantai dan gedung C terdiri dari 4 lantai. Masing-masing gedung memiliki fungsi tersendiri.
Untuk memfasilitasi pengunjung, ruang baca yang nyaman akan dapat dirasakan. Selain itu, ruang khusus anak juga tersedia. Aneka buku dan material edukasi tentu disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung cilik.
Salah satu pojok anak untuk memfasilitasi kebutuhan pengunjung cilik. Foto Dokumentasi : Ridwan.
Saat ini perpustakaan yang sangat berharga ini berada dalam naungan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Semoga tetap jaya PUSTAKA. Jasa mu sangat berharga bagi kemajuan bangsa.(MKR/EK)
ADVERTISEMENT