Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ucapan Terakhir Kakek
22 Desember 2021 14:41 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Melda Widayanti Okta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Angin menyapa daun rimbun siang itu, udara terasa dingin meski cuaca panas, seperti biasa aku selalu memandang langit dekat jalan, sangat indah menenangkan. Setiap hari matahari menyinari bumi dengan penuh kehangatan, menyimpan kebahagiaan, begitu juga dengan udara yang memberikan nikmat di setiap hembusan, seperti ini caraku menikmati karunia Tuhan.
ADVERTISEMENT
Aku hidup dengan penuh kebahagiaan dan keabadian tidak heran banyak orang menyebutku "Arunika" betul namaku Arunika berarti cahaya matahari terbit dari timur, memang terdengar sangat indah memberi kehangatan bagi setiap jiwa yang kosong.
Tetapi hidup tidak seperti namaku, mungkin hal itu yang menyebabkan aku sangat suka memandang langit, sudah menjadi rutinitas sejak Sekolah Dasar, setiap hari terutama saat matahari terbit atau matahari terbenam terutama saat senja, aku melakukan tidak pernah bosan.
Terdengar suara jatuh tidak jauh dari tempat aku berdiri, tanpa berpikir lama tubuhku langsung merespons apa yang aku dengar dan segera menghampiri sumber suara dengan langkah sedikit tergesa. "Ya ampun, bagaimana ini bisa terjadi, siapa yang melakukan nya'' bertanya kebingungan, tidak percaya dengan apa yang aku lihat tanpa tersadar dengan penuh kepanikan darah merah pekat terus mengalir di tanganku seperti keran air. “Aku tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada siapa pun di sini”, diriku berkata seiring memanjatkan doa, semoga hal buruk tidak terjadi. Hampir 1 jam menunggu, hati bergetar setelah melihat orang yang ada di depanku, tidak bergerak sama sekali, aku makin panik.
ADVERTISEMENT
Air mata sudah membasahi wajah, akhirnya datang seorang laki-laki dengan mobil berwarna putih muncul, tanpa bertanya apa yang terjadi, dia langsung menghampiri diriku dan kakek yang sudah tidak bergerak tetapi masih ada hembusan napas tertinggal.
Seorang pria yang menolongku, akhirnya bersuara dan bertanya mengapa semua ini terjadi, namanya "sapardi" ternyata dia berasal dari kampung sebelah yang hendak pulang mengantarkan buah dagangan ke pasar tadi pagi. “ini mengapa dek?” ujarnya menanyakan kepastian. “Sepertinya kakek tertabrak lari pak”, jawab lirih dan tak tega. “sudah menghubungi keluarga, kamu dari mana?”, ''kampung sebelah pak," jawabku singkat.
***
Beberapa jam kemudian paman dan tante sudah berada di Rumah Sakit kota Depok, karena rumah sakit paling dekat selain di Bogor. kemudian paman bertanya, “Arunika mengapa Kakek bisa dibawa ke Rumah Sakit?" aku segera menjelaskan apa yang terjadi, “siang tadi aku berdiri sambil menikmati angin, dekat lapangan, aku mendengar suara jatuh yang kencang, ketika aku memastikan apa yang terjadi, ternyata itu kakek sedang terbaring lemah," penjelasan diriku membuat mereka berdua terkejut .
ADVERTISEMENT
Tante dan paman menangis, ketika memberi tahu informasi pada keluarga yang lain untuk segera datang ke Rumah Sakit. Anak, tetangga, terus berdatangan begitu juga dengan istrinya, Tidak tahu apa yang membuat nenek gelisah selama empat hari, semenjak suaminya tergeletak lemah ditemani ventilator, karena kakek mengalami benturan keras pada kepala dan mengalami pendarahan yang cukup serius.
Cuaca hari ini dan 4 hari terakhir tidak seperti biasanya, awan penuh kelabu, mengingat kakek adalah sosok yang baik, rajin ibadah, tidak pernah berlaku kasar terhadap istri. Karena sebab itu dia begitu menghormati wanita, perlakuan kakek itu berlaku kepada anak-anak nya. Terlebih waktu anak-anak aku yang sering ditinggal bapak dan ibu bekerja, selalu terlelap tidur di hadapan kakek, semua tidak bisa terlupakan dalam memori.
ADVERTISEMENT
Kakek tidak pernah meninggalkan ibadah, dia selalu salat apa pun keadaannya, sampai suatu ketika selepas salat kakek pernah berpesan kepada ku seperti ini, “Arunika, kesini nak!” kakek memanggil namaku dengan suara khas, aku segera mendekat sekaligus ingin tahu kalimat apa yang akan disampaikan. “Jaga dirimu dengan baik, jadilah perempuan yang menjaga nama baik ayahmu, jangan tinggalkan ibadah.” ucap nya beberapa bulan sebelum kecelakaan.
Aku hanya bisa terdiam, dan berpikir sekiranya ada apa tiba-tiba kakek mengucapkan kalimat itu, seolah dia akan pergi jauh meninggalkan ku dan tidak akan bertemu serta menjaga ku seperti dahulu, sungguh hati berkecamuk, dan air mata tak bisa terhenti ketika mengingat semua kenangan manis bersama Kakek, rasa bersalah ku juga menjadi-jadi saat diriku tak mampu membahagiakan nya. “bagaimana kalau kakek pergi meninggalkan aku dan kami semua dari dunia ini untuk selamanya?” ucapku dalam hati sangat menyesal.
ADVERTISEMENT
***
Hari ini adalah hari ke lima, sudah lama kakek tidak memberi tanda perubahan, kami menunggu dan berdoa untuk kesembuhan kakek agar dia dapat berkumpul kembali seperti biasa. ''Tidak seperti biasa hari ini gelap sekali, tidak ada sedikit cahaya matahari muncul”, aku melihat telepon sudah pukul 12.30. “oh iya, aku belum salat” tanpa berpikir panjang aku segera menuju masjid yang berada diluar rumah sakit, selepas salat selesai aku juga tak lupa mendoakan kakek agar cepat sadar.
Aku segera ke Rumah sakit tepat di mana Kakek dirawat, kemudian tepat pukul 15.30, dokter mengatakan kalau kakek makin memburuk dan tidak ada harapan untuk hidup lagi, napas nya juga sudah tidak beraturan. Seketika, aku ingin mengucapkan sesuatu tetapi susah untuk diucapkan karena sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Beberapa menit kemudian kakek terus memburuk, detak jantung nya makin melemah, “Tuhan jika engkau lebih sayang, maka ambillah saja dia, aku tidak sanggup jika kakek merasakan sakit dalam keadaan koma seperti ini” air mata langsung membasahi wajah.
Doa sudah kami panjatkan setiap saat, tenaga setiap dokter yang merawat juga sudah sangat baik. Apalah daya hari itu hari kelima kakek dirawat dengan keadaan koma dirumah sakit, tepat pukul 18.30. di bulan Ramadhan tahun 2019, di usia 70 tahun kakek meninggal dunia. Sampai hari ini tidak tahu siapa yang sudah menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut dan tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
“Kakek terima kasih akan semua kasih sayang dan kehangatan mu ketika aku kecil sampai detik ini, aku sangat beruntung bisa memiliki Kakek yang baik seperti mu,” ucapku lirih, besok pagi tepat hari ke 20 Ramadhan jenazah kakek segera dibawa pulang untuk dimandikan, dan disholatkan.
Kakek orang baik, semasa hidup dia tidak pernah marah sama istri, perlakuan sama tetangga juga begitu, ucap salah satu tetangga, betul aku mengakui itu, dengan segala ibadah yang kakek lakukan semasa hidup semoga diterima oleh Tuhan dan menjadi amal terindah. Setelah jenazah dimandikan, disholatkan, tepat pukul 11.20 jenazah kakek dimakamkan.
Air mata berjatuhan tiada henti, “aku ikhlas kek” aku yakin bahwa kehidupan di dunia tidaklah abadi dan bersifat sementara, semua yang lakukan tidaklah kekal. Dia telah mati, jasadnya telah terkubur lama, tetapi dia terus hidup dan hadir dalam perbincangan orang-orang. Jasadnya telah lama ditanam dalam tanah, namun namanya seperti bunga yang memberi keharuman.
ADVERTISEMENT