Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Pemalang (11/08) Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia membawa pengaruh pada segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Terhitung sejak Maret 2020 proses belajar mengajar dilakukan secara daring dengan mengandalkan smartphone dan jaringan internet.
Demikian halnya pada masa New Normal pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan menyangkut pelaksanaan tahun ajaran baru. Seperti dikutip dari halaman IDN Times bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menyampaikan, Kurikulum Darurat yang dipersiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan berlaku hingga akhir tahun ajaran 2020/2021, yakni Mei/Juni 2021.
Keputusan tersebut membawa dampak pada pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas di Indonesia yang melaksanakan KKN secara mandiri di desa masing-masing. Keputusan tersebut tentu membawa dampak bagi semua pihak, termasuk mahasiswa. Salah satu mahasiswa KKN Universitas Diponegoro di Desa Banglarangan, Meliana Puspasari Dewi membenarkan bahwa dengan KKN kondisi masyarakat lebih terlihat dari sebelumnya.
“Ketika saya memulai KKN di desa sendiri, awalnya sedikit mengeluh ya, karena saya tahu lingkungan tempat tinggal saya seperti apa. Setelah memulai, saya tahu sebenarnya kondisi desa sangat kacau, banyak sekali hal yang menurut saya disembunyikan dari masyarakat. Setelah berfikir lagi akhirnya saya memutuskan membuat program untuk anak-anak. Yang saya tahu anak-anak itu cenderung lebih bersahabat dari yang lainnya, dan benar saja mereka sangat antusias sekali,” Kata Meliana.
Salah satu hal yang dilalaikan masyarakat adalah bagaimana mendidik anak agar mau belajar walaupun di rumah. Salah satu permasalahannya adalah orang tua, entah itu karena sibuk atau kemampuan yang tidak memadai. Siswa mengaku malas belajar jika sendirian di rumah.
ADVERTISEMENT
“Ketika saya mengajak mereka (siswa SD) untuk belajar bersama, mereka sangat antusias. Setiap pagi selalu siap pada waktu yang telah ditentukan. Senang belajar bersama, bisa sekalian main daripada hanya bermain saja. Mereka bilang seperti itu,” kata mahasiswa jurusan Kimia tersebut. Lebih lanjut Meliana menambahkan proses belajar bersama tetap memerhatikan protokol kesehatan. "Kami cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah belajar."
Tidak semua masyarakat siap dengan metode pengajaran yang dilakukan secara online. Kondisi masyrakat perlu dipertimbangkan untuk memperoleh keputusan yang bijak. Jika diperhatiakan, waktu libur mahasiswa yang terbilang lama bisa digunakan untuk mengabdi, memberikan pengajaran kepada anak-anak yang membutuhkan. Pemerintah dapat membuat sks khusus mengajar untuk mahasiswa saat pandemi namun tetap dengan memerhatikan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Terus memikirkan materi yang akan saya sampaikan agar pembelajaran berjalan maksimal, ketika itu orang tua siswa menemui saya, beliau mengucapkan terima kasih karena telah membantu anaknya (ibu) belajar. Beliau yang tidak bisa mengajari anaknya karena keterbatasan yang dimiliki. Setelah itu saya berfikir apakah seharusnya ada sks untuk mahasiswa mengajar anak-anak ketika libur semester. Mungkin inilah cara Tuhan agar kita (mahasiswa) mengabdi, tidak melupakan lingkungan sendiri serta mengamalkan ilmu yang kita miliki,” kata Meliana.