Konten dari Pengguna

5 Fakta Menarik Omiai, Budaya Perjodohan di Jepang

Melinda Putri
Seorang mahasiswa Studi Kejepangan di Universitas Airlangga
8 Desember 2021 12:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Melinda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pernikahan Tradisional Jepang (from Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan Tradisional Jepang (from Pixabay)
ADVERTISEMENT
Menikah dengan orang yang dicinta memang menjadi cita-cita yang diimpikan semua orang. Membangun sebuah keluarga bahagia tanpa ada paksaan membuat kedua pasangan memiliki kebebasan dalam memutuskan banyak pilihan. Namun nyatanya di Jepang ada satu jenis pernikahan yang dilaksanakan dari budaya perjodohan yang eksis hingga saat ini. Budaya perjodohan tersebut disebut dengan Omiai.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri perjodohan dianggap sebagai sesuatu hal yang memaksakan kehendak. Yang kemudian dapat memberikan dampak buruk dari kedua belah pihak yang dijodohkan. Tapi siapa sangka, omiai atau budaya perjodohan di Jepang memiliki pandangan yang berbeda dan ada sisi menarik yang perlu kamu ketahui loh. Kira-kira apa ya? Yuk, simak!
1. Bertemu lewat nakodo atau informan
Sebelum melakukan omiai, calon pengantin harus mendaftar terlebih dahulu di bito jodoh. Kemudian Nakodo atau informan yang bertindak sebagai perantara dalam mengatur pengenalan kedua belah pihak akan membawa sebuah dokumen yang berisi foto-foto dari calon mempelai perempuan dan diperlihatkan kepada pihak laki-laki. Jika cocok dan setuju, maka kedua pihak akan dipertemukan dan membahas hal-hal yang bisa lebih mengenal keduanya satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Ketika pihak laki-laki benar-benar serius, bersama keluarga dia akan membawa hadiah dan cincin sebagai seserahan untuk melamar sang perempuan. Nakodo juga bertugas sebagai orang pertama yang berbicara di acara pernikahan dan mengucapkan selamat kepada pasangan tersebut.
2. Memberikan keuntungan
Berdasarkan analisa dari Japan Arranged Marriage Association, omiai ternyata memberikan beberapa keuntungan baik untuk calon pasangan itu sendiri maupun keluarga dari kedua belah pihak. Salah satunya yakni dapat lebih mengenali beberapa pasangan yang akan dilaluinya. Jika merasa tidak cocok, maka salah satu pihak dapat membatalkan perjodohan ini.
Perempuan juga dapat memilih pasangan sesuai dengan kriteria yang diinginkannya tanpa menyakiti perasaan calon pasangan karena tidak ada rasa cinta diantara keduanya.
3. Berasal dari inisiatif diri sendiri
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki angka pernikahan yang rendah, tetapi masih ada orang-orang yang memiliki keinginan untuk bisa mencari pasangan dan menikah. Mereka yang belum pernah menjalin hubungan dan menemukan tambatan hatinya hingga di usia matang untuk menikah kemudian mendaftarkan diri ke biro jodoh untuk menemukan pasangan hidupnya dengan perjodohan yang nanti akan direncanakan.
4. Tingkat perceraian lebih rendah
Tidak semua perjodohan itu berjalan mulus. Banyak orang yang berpendapat bahwa perjodohan yang dimana hanya mempertemukan kedua belah pihak dalam waktu singkat dapat menimbulkan hal-hal yang ternyata menunjukkan ketidakcocokan, walaupun keduanya saling tertarik di awal pertemuan. Hal ini menjadi salah satu alasan banyak kasus perceraian terjadi akibat perjodohan.
ADVERTISEMENT
Namun menariknya hal ini tidak terjadi pada pasangan yang menikah dengan cara ‘omiai’ di Jepang. Tingkat perceraian sedikit lebih rendah daripada pernikahan yang didasarkan rasa cinta karena cinta bisa saja berubah dan memudar seiring dengan waktu kebersamaan antara kedua pasangan.
5. Ada syarat khusus bagi laki-laki ketika mendaftar ke biro jodoh
Sebelum mendaftarkan diri ke biro jodoh, laki-laki memiliki syarat khusus yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi anggota dari agensi biro tersebut. Laki-laki diharuskan mempunyai penghasilan dengan minimun 400.000 yen per bulan. Jika tidak memenuhi minimum yang ditetapkan, dia tidak bisa menjadi anggota dan melanjutkan proses omiai.
Itulah beberapa fakta menarik dari omiai yang ada di Jepang. Sebenarnya tak ada salahnya sebuah perjodohan dilakukan selama dua orang bisa menikah dengan bahagia dan menjalani hidup harmonis. Keberhasilan sebuah perjodohan juga tergantung pada yang menjalaninya, kan?
ADVERTISEMENT