Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
SANG GURU POLITIK
16 Januari 2018 17:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Melky Jakhin Pangemanan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini saya bersama Dr. Ferry Liando diundang oleh Smart FM menjadi Narasumber membahas topik "Plus Minus Presidential Threshold". Bahasan ini memang lagi panas dibicarakan pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
ADVERTISEMENT
Saya sedikit keluar dari bahasan Presidential Threshold dan ingin berbagi cerita tentang Guru Politik saya yang hari ini duduk bersama sebagai narasumber.
Ferry Liando, namanya sangat familiar di masyarakat Sulawesi Utara apalagi kalangan akademisi dan mahasiswa. Masa mudanya dikenal sebagai seorang aktivis mahasiswa dan sukses berkarier sebagai akademisi dan pengamat politik yang sangat disegani oleh semua kalangan tak terkecuali para praktisi karena kepakarannya.
Sosok satu ini, benar-benar membentuk saya saat mahasiswa dan karier saya di organisasi kepemudaan dan organisasi pelayanan gereja. Saya sebut beliau sebagai Guru Politik.
Pengalaman saya bersama dia, pertama kali menjadi seorang "Sopir". Bukan sopir yang digaji, maksudnya saya dipercayakan beliau untuk mengantarnya ketika hadir dalam forum-forum diskusi saat beliau diundang sebagai narasumber.
ADVERTISEMENT
Setelah itu saya mulai dipercaya sebagai "Fotografer" tapi tetap merangkap sebagai Sopir. (Hehehe). Saya harus mengabadikan setiap aktifitas sang guru saat menjadi narasumber. Rutinitas ini saya jalani dengan sepenuh hati dan menjadi bagian dari proses belajar serta ujian kerendahan hati.
Menjadi sopir dan fotografer membuat saya banyak menimbah ilmu dari beliau. Diskusi di mobil dan mendengarkan ceramahnya membuat saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan politik yang tak didapatkan di ruang kelas.
Saya bahkan hafal betul materi beliau ketika disampaikan ke peserta diskusi. Tanpa melihat teks saya bisa menguraikan materi tersebut. Paling sering yang beliau bawakan adalah materi pendidikan politik. Saya pun banyak diundang saat ini dengan membawakan materi Pendidikan politik.
ADVERTISEMENT
Kesibukan saya sebagai mahasiswa kala itu ditambah tanggung jawab yang diemban sebagai Ketua Senat Mahasiswa di FISIP Unsrat membuat saya melatih diri untuk belajar mengatur waktu, antara kuliah, pelayanan dan mengantar beliau dalam aktifitasnya yang sangat padat.
Selesai S1 Ilmu Politik, saya semakin mendapatkan kepercayaan oleh beliau untuk mengambil peran mengisi acara sebagai narasumber mendampinginya dan menggantikannya dalam forum-forum undangan pemerintah dan gerejawi bahkan sekarang rutin diundang untuk menjadi narasumber politik dan kepemimpinan.
Saya pun mendapatkan kesempatan dari beliau untuk menjadi asisten dosen di kelas sore S1 FISIP Unsrat dan menjadi dosen luar biasa di IPDN Kampus Sulawesi Utara. Kebanggaan saya di usia muda boleh mengajar dan berbagi ilmu dengan mahasiswa, padahal saya sendiri baru menyelesaikan studi S1 Ilmu Politik.
ADVERTISEMENT
Motivasi dan didikannya membuat saya memberanikan diri membentuk lembaga kajian politik dan demokrasi yakni Sulut Political Institute (SPI) untuk memberi kontribusi terkait pengembangan studi ilmu politik dan sebagai wadah pendidikan politik bagi masyarakat Sulawesi Utara.
Banyak pihak baik keluarga, sahabat, bahkan beliau sendiri mengharapkan saya untuk menjadi seorang akademisi atau dosen. Tapi akhirnya saya memilih menjadi seorang politisi dan masuk di Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Beliau pun mendukung langkah saya dengan harapan tetap menjadi sosok yang berani, konsisten, berintegritas dan jangan lelah untuk belajar.
Boleh bersanding bersamanya menjadi narasumber, merupakan kebanggaan tersendiri. Sudah banyak kali saya bersanding bersama beliau dan bagi saya, boleh hadir dan berani berbicara didepan banyak orang adalah hasil dari didikannya.
ADVERTISEMENT
Banyak anak muda yang tak mau melatih diri dan menikmati proses yang berat. Sehingga takut ketika diperhadapkan dengan banyak orang bahkan dalam hal pengambilan keputusan terkadang takut dan kurang percaya diri.
Hari ini pun saya tak pernah jenuh untuk terus belajar dari beliau. Bagi saya, semua manusia memiliki potensi yang sama untuk sukses, yang membedakan adalah seberapa efektif kita belajar untuk sukses.
Melky Pangemanan, S.IP., MAP., M.Si
(Ketua DPW PSI Sulawesi Utara)