Psikologi Dalam Kebahagiaan Membawa Kesehatan

Melodyna Adhesiva
Mahasiswa Psikologi di Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
22 Desember 2020 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Melodyna Adhesiva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi beberapa orang mungkin istilah “hati yang gembira adalah obat” sudah bukan hal yang asing lagi. Hal tersebut mengistilahkan bahwa kegembiraan dan kebahagiaan membawa kesembuhan atau kesehatan. Pasti kita pernah membaca artikel yang menyatakan bahwa kebahagiaan benar-benar berdampak baik bagi kesehatan misalnya saja seperti jantung lebih sehat, tekanan darah stabil, daya tahan tubuh lebih baik, atau yang paling terkenal, kebahagiaan juga bisa turut memperpanjang usia kita.
ADVERTISEMENT
Tapi sebenarnya apa sih bahagia itu? Bagaimana ya proses terjadinya rasa bahagia di dalam otak kita?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia bisa didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Dengan kata lain, kebahagiaan adalah sebuah kesejahteraan (well-being) yang dirasakan seorang individu.
Semua emosi yang kita rasakan berasal dari neurotransmitter dari neuron yang dihasilkan otak. Neurotransmitter sendiri adalah senyawa kimiawi yang berfungsi sebagai pengantar sinyal di antara neuron atau antar neuron dan otot. Neurotransmitter yang bertanggung atas perasaan bahagia salah satunya adalah dopamine. Selain dopamine sebenarnya masih ada beberapa neurotransmitter yang berhubungan dengan pemberi rasa bahagia misalnya serotonin (mood neurotransmitter), endorfin (euphoria “painkiller” neurotransmitter), dan oksitosin (love and trust neurotransmitter).
ADVERTISEMENT
Bagaimana fenomena “hati yang gembira adalah obat” ini jika dipandang melalui sisi psikologi?
Psikologi yang mempelajari mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan dinamakan dengan Psikologi Positif. Studi mengenai Psikologi Positif sendiri baru mulai bermunculan di awal tahun 2000-an. Dengan perkembangan Psikologi Positif, kemudian juga diteliti lah hubungan antara kebahagiaan dengan kesehatan.
Sebuah meta-analisis yang dilakukan Martín-María et al. di tahun 2017 menyatakan bahwa orang dengan kesejahteraan lebih tinggi pada dasarnya menunjukan kebahagiaan yang berperan sebagai pelindung untuk semua hal yang berhubungan dengan penyebab kematian. Hal ini kemudian berhubungan dengan meta-analisis yang dilakukan Cohen & Rozanski di tahun 2016 yang menyatakan bahwa memiliki tujuan hidup lebih tinggi berkaitan dengan penurunan risiko semua hal yang berhubungan dengan penyebab kematian.
ADVERTISEMENT
Tapi kenapa kebahagiaan bisa terhubung dengan kesehatan, ya?
Ada indikasi yang menyatakan kondisi mental positif dapat melindungi diri dari kemungkinan penyakit. Hal ini didukung dengan penelitian di tahun 1987 yang dilakukan sebelum Psikologi Positif mulai berkembang di mana penelitian ini meneliti bagaimana suasana hati sehari-hari dapat mempengaruhi sistem imun atau antibodi dengan dasar hipotesis faktor psikologis seperti stress dapat berpengaruh buruk pada sistem imun. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa respon antibodi lebih rendah saat hari-hari dengan suasana hati negatif yang tinggi dibandingkan dengan hari-hari saat suasana hati negatif lebih rendah, dan sebaliknya, tanggapan sistem kekebalan sekretori lebih tinggi saat hari-hari dengan suasana hati positif tinggi dibandingkan dengan hari-hari saat suasana hati positif lebih rendah. Dengan kata lain, suasana hati yang bagus bisa berpengaruh terhadap kesehatan karena berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
Selain suasana hati yang bagus mempengaruhi kekebalan tubuh, ada beberapa hal lain yang menjadikan bahagia dapat terhubung dengan kesehatan. Seperti yang dirangkum dalam artikel jurnal Veenhoven (2007), beberapa penelitian menyatakan orang yang bahagia cenderung memiliki gaya hidup yang lebih sehat, misalnya lebih memperhatikan berat badan ideal, lebih tanggap terhadap gejala penyakit, lebih baik dalam menangani masalah, lebih sering berolahraga, dan menghindari merokok dan minum alkohol. Selain itu disebut juga orang yang bahagia juga cenderung membuat pilihan yang baik dalam hidup karena mereka lebih terbuka kepada dunia dan lebih percaya diri ditambah orang yang bahagia cenderung tidak menjadi korban pola pikir negatif yang menghambat pilihan baik dalam hidup.
Kemudian apakah itu artinya kebahagian memiliki hubungan langsung dengan kesehatan?
ADVERTISEMENT
Dengan bukti sepotong-sepotong seperti yang dipaparkan pada penjelasan di atas sebenarnya belum cukup membuktikan hubungan langsung antara kebahagiaan dan kesehatan. Memang benar kebahagiaan dapat melindungi dari kemungkinan penyakit dan secara tidak langsung meningkatkan kesehatan fisik namun belum dapat dipastikan hubungan langsung keduanya.
Steptoe (2019) menyatakan belum ada intervensi kebahagiaan yang terbukti secara langsung mencegah munculnya penyakit atau meningkatkan prognosis pada orang dengan penyakit fisik yang ada dalam penelitian yang kuat secara ilmiah, tetapi bidang ini masih relatif baru dan intervensi ini butuh jangka waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun dalam peningkatan kebahagiaannya agar terlihat berdampak bagi kesehatan.
Namun, meskipun kebahagiaan memang belum terbukti secara langsung memiliki hubungan dengan kesehatan, bukan berarti selama ini pernyataan mengenai berbagai manfaat kesehatan saat bahagia itu tidak valid. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kebahagiaan memiliki pengaruh pada individu yang secara tidak langsung turut meningkatkan kesehatan individu tersebut. Jadi, jangan lupa bahagia ya!
ADVERTISEMENT
Referensi:
Cohen, R., Bavishi, C., & Rozanski, A. (2016). Purpose in Life and Its Relationship to All-Cause Mortality and Cardiovascular Events. Psychosomatic Medicine, 78(2), 122–133. https://doi.org/10.1097/psy.0000000000000274
Martín-María, N., Miret, M., Caballero, F. F., Rico-Uribe, L. A., Steptoe, A., Chatterji, S., & Ayuso-Mateos, J. L. (2017). The Impact of Subjective Well-being on Mortality. Psychosomatic Medicine, 79(5), 565–575. https://doi.org/10.1097/psy.000000000000044
Steptoe, A. (2019). Happiness and Health. Annual Review of Public Health, 40(1). https://doi.org/10.1146/annurev-publhealth-040218-044150
Stone, A. A., Cox, D. S., Valdimarsdottir, H., Jandorf, L., & Neale, J. M. (1987). Evidence that secretory IgA antibody is associated with daily mood. Journal of Personality and Social Psychology, 52(5), 988–993. https://doi.org/10.1037/0022-3514.52.5.988
Veenhoven, R. (2007). Healthy happiness: effects of happiness on physical health and the consequences for preventive health care. Journal of Happiness Studies, 9(3), 449–469. https://doi.org/10.1007/s10902-006-9042-1
ADVERTISEMENT