Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Remaja dengan Kepribadian Dark Triad Berpotensi Melakukan Perundungan Siber
16 Juni 2020 13:30 WIB
Diperbarui 27 Maret 2021 15:51 WIB
Tulisan dari Mely Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memahami Sisi Kegelapan Manusia – Dark Triad, Explained
ADVERTISEMENT
Apa kesamaan Adolf Hitler, Joseph Stalin, Ted Bundy, atau bahkan karakter antagonis fiksi seperti Darth Vader dan Voldemort? Ya. Mereka adalah contoh terkenal dari potensi perilaku jahat manusia.
Setelah jatuh ke dalam sisi gelap Force, Anakin Skywalker yang sebelumnya adalah seorang pahlawan Jedi, menjadi sosok yang sangat berbeda. Matanya memancarkan isyarat bahwa ia adalah orang terpenting (The chosen one). Sepanjang film "Star Wars" kita dapat melihat bahwa dengan kekuatan tak terbatas dari sisi kegelapan Force, Anakin memiliki rasa superioritas yang tinggi, mendominasi, arogan, dan tak hentinya mengejar ego untuk menghancurkan Resistance. Ia bahkan tidak segan untuk menyerang siapapun termasuk anaknya, Luke Skywalker.
Sayangnya, kepribadian yang melekat dengan karakter fiksi Darth “Anakin” Vader di atas tidak hanya khusus untuknya. Sebagai manusia, kita semua punya potensi untuk melakukan hal jahat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita setidaknya pernah menjumpai orang yang melanggar norma-norma sosial dan nilai-nilai moral dengan terlibat dalam perilaku seperti berbohong, menipu, mencuri, atau bahkan melakukan perundungan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat lebih dekat, akan kita dapati bahwa ada tiga ciri kepribadian khusus yang dimiliki Darth Vader dari pemaparan singkat di atas; Narsisme, machiavellianism, dan psikopati. Vader bisa dikatakan narsis karena selalu memandang rendah Jedi atau orang lain. Ia juga merupakan seorang MACH (bentuk singkat dari machiavellianism) terbukti karena seringnya melakukan manipulasi. Tanpa perlu didebat, ia juga memiliki kepribadian psikopati.
Tiga fitur kepribadian ini dianggap memainkan peran kunci dalam banyak tindakan yang melanggar norma. Secara bersama, tiga kepribadian ini dalam psikologi disebut sebagai Dark Triad Personality (Kepribadian Tiga Serangkai Kegelapan).
“Dark Triad (DT) ini adalah tiga domain karakter yang banyak dikaitkan dengan kejahatan,” Fathul Lubabin Nuqul, doktor psikologi di Universitas Islam Negeri Malang menjelaskan melalui sambungan WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Masing-masing konsep kepribadian Dark Triad; narsisme, machiavellianism, dan psikopati, memiliki akar sejarah dan definisinya masing-masing. Istilah narsisme sendiri berakar dari tokoh Narcissus dalam cerita mitologi Yunani. Ia merupakan seorang pemburu muda yang terpesona oleh kecantikan dan keanggunan dirinya sendiri. Konsep narsisme dalam bidang sains selanjutnya dipopulerkan oleh Sigmund Freud melalui karyanya “Ego dan Hubungannya dengan Dunia Luar.” Apa yang dilakukan oleh Freud ini menjadi landasan tentang studi terkait narsisme baik dalam bidang psikiatri ataupun psikologi secara umum.
Terkait narsisme, dosen psikologi sosial yang akrab dipanggil Pak Lubab ini juga menjelaskan bahwa istilah tersebut berarti, “sejauh mana seseorang menilai bahwa dirinya paling hebat, paling penting, dan menganggap orang lain lebih rendah darinya.”
ADVERTISEMENT
Istilah kedua, machiavellianism, menurut Psychology Today , terlahir didasarkan pada tokoh filsuf, penulis, dan sejarawan renaisans Italia, Niccolo Machiavelli. Dalam bukunya, Il Principe (Sang Penguasa), Machiavelli mendorong, merekomendasikan, memanipulasi, atau bahkan mempersuasi para raja-raja untuk mengambil tindakan demi menyelamatkan kedudukan mereka melalui perencanaan yang sangat hati-hati. Jika perlu, bisa sampai melakukan tindakan kejam dan tidak bermoral seperti eksekusi lawan politik atau eksploitasi. Maka dari itu, jika para psikolog menyebut seseorang memiliki kepribadian “Mach Tinggi”, hal itu berarti mereka berperilaku sangat manipulatif.
Konsep ketiga, kepribadian psikopati berakar dari psikiatri. Pada awal-awal studi tentang psikopati, dokter melakukan pengamatan sistematis untuk memberikan karakter sekelompok pasien yang menunjukkan perilaku antisosial yang bertahan lama, berkurangnya empati dan penyesalan, dan perilaku berani dan tega. “Biasanya, [orang dengan kepribadian psikopati ini] disebut juga dengan raja tega,” ujar Lubab.
ADVERTISEMENT
Penelitian pertama yang dipublikasikan terkait kepribadian Dark Triad sendiri mengakar pada artikel Delroy Paulhus dan Kevin Williams pada tahun 2002. Dalam laporan penelitian yang diberi judul “The Dark Triad of Personality: Narcissism, Machiavellianism, and Psychopathy”, mereka mencoba mengukur interkorelasi antara kepribadian Dark Triad begitu juga korelasinya dengan beberapa variabel lain seperti Big Five, IQ, dan kemampuan kognitif. Visualisasi Dark Triad bisanya digambarkan menggunakan segitiga di mana setiap sisi adalah simbol dari kepribadian yang ada dalam Dark Triad tersebut.
Remaja Dengan Kepribadian Dark Triad Cenderung Melakukan Perundungan Siber
Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh Peter Muris, Harald Merckelbach, Henry Otgaar, dan Ewout Meijer, dalam salah satu hasilnya menemukan bahwa kepribadian Dark Triad berhubungan erat dengan perilaku psikososial negatif. Hasil penelitian ini menurut mereka hampir tidak mengejutkan karena Dark Triad itu sendiri sebagian didefinisikan oleh perilaku jahat dan antisosial.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut mendukung pernyataan Lubab yang menyebutkan keterkaitan Dark Triad dengan kejahatan. Dalam artikel penelitian (PDF ) yang diterbitkan di International Journal of Scientific & Technology Research Februari lalu, Lubab bersama beberapa peneliti lain mencoba membuktikan hal itu. Para peneliti mencoba menemukan peran Kepribadian Dark Triad ini dengan salah satu tindak kejahatan yang marak dilakukan; perundungan siber . Mereka mendapatkan data dari dari 2.407 remaja usia 12 hingga 18 tahun dari seluruh Indonesia. Pemilihan subjek remaja menurutnya adalah karena mereka merupakan mayoritas pengguna internet, khususnya sosial media.
Riset ini didasari pada banyak fenomena remaja yang menjadi korban atau pelaku perundungan. “Uniknya, mereka [para pelaku] tidak merasa bersalah akan perilaku cyberbullying,” ujar Lubab yang juga merupakan salah satu pengurus Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya juga, perundungan siber pada remaja setingkat SMP menjadi rentan karena beberapa hal. Remaja usia 12-18 tahun memiliki orientasi pada dunia sosial. Perasaan ingin diakui kelompok juga menjadi alasan lain bahwa perundungan siber mempunyai dampak kuat pada remaja. Selain itu, keinginan untuk diakui sering kali harus dilakukan dengan merundung orang lain guna mendapatkan predikat “hebat” dari teman yang lain. “Hal ini yang [ber]beda dengan orang dewasa yang usually bisa mengendalikan diri dan berperilaku tepat di lingkungan sosialnya,” terang Lubab.
Dalam hasilnya, mereka menjelaskan bahwa memang terdapat hubungan yang positif antara masing-masing komponen Kepribadian Dark Triad (narsisme, machiavellianism, dan psikopati) dengan perilaku perundungan siber. Mereka juga menemukan bahwa tipe machiavellianism terbukti menjadi prediktor yang paling berpengaruh pada perilaku perundungan siber. Dengan kata lain, machiavellianism merupakan tipe kepribadian yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan perundungan siber. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan statistik interkorelasi dan analisis multiple regression antar tipe kepribadian dengan variabel perundungan siber.
ADVERTISEMENT
Studi ini menjadi menarik karena hasilnya berbeda dengan beberapa riset yang telah dilakukan sebelumnya. Pada beberapa penelitian lain, ditemukan bahwa prediktor Kepribadian Dark Triad yang dominan melakukan perundungan siber atau kekerasan adalah mereka dengan psikopati atau narsisme (mereka yang berorientasi pada kekuasaan) dan bukan machiavellianism.
“Kami menduga bahwa hasil ini didasari karena cyberbullying yang berbasis internet menjadi pilihan mereka [pelaku perundungan] yang manipulatif untuk ‘mencelakai’ orang lain karena bisa menyembunyikan identitasnya. Sementara psikopat dan narsistik akan lebih banyak pada kekerasan atau bullying yang bersifat langsung.” pungkas Lubab dalam sambungan via WhatsApp tersebut.
Psikopati menduduki urutan kedua sebagai prediktor yang berpengaruh dalam hal kecenderungan remaja untuk melakukan perundungan siber disusul dengan variabel narsistik. Secara keseluruhan, semua tipe Kepribadian dalam Dark Triad berpengaruh dalam menentukan perilaku perundungan siber pada batas tertentu.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi diskusi pada artikel penelitian mereka, Lubab dengan peneliti lain sepakat bahwa remaja dengan Kepribadian Dark Triad lebih cenderung melakukan perundungan siber di media sosial. Selain itu, berdasarkan uji statistik yang mereka lakukan, mereka menyimpulkan bahwa Kepribadian Dark triad ini berperan dalam meningkatkan perilaku perundungan siber pada remaja.
Terkait kelemahan dari studi ini, para peneliti mengungkapkan bahwa dalam desain penelitian mereka, perundungan siber hanya diukur menggunakan satu pertanyaan dan bukan skala psikologis yang umumnya memuat berbagai pertanyaan terkait variabel. Selain itu, analisa lebih lanjut terkait data penelitian ini juga dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik demografi (jenis kelamin, usia spesifik, daerah, latar belakang pendidikan, dan lain sebagainya) terkait Kepribadian Dark Triad yang lebih dominan menentukan perilaku perundungan siber.
ADVERTISEMENT
Hasil studi ini perlu disoroti. Walau bukan dalam desain eksperimen, tetapi studi ini setidaknya berhasil mengungkapkan karakteristik kepribadian seperti apa yang cenderung dimiliki oleh para pelaku perundungan siber. Dengan demikian, para peneliti terkait bidang kekerasan, psikologi sosial, dan forensik dapat merancang sebuah intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi perilaku perundungan siber pada remaja yang cenderung manipulatif untuk menyembunyikan profil asli di media sosial.