Konten dari Pengguna

Mindset Bertumbuh

Sekolah Merdeka Belajar
Membantu sekolah/madrasah melakukan pembelajaran merdeka belajar melalui pelatihan, pendampingan, dan kolaborasi.
28 April 2021 21:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sekolah Merdeka Belajar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Obrolan Pemimpin Merdeka Belajar, bersama narasumber Bapak Muhammad Yusuf dan Bapak Theodore Baswara, serta pemandu Ibu Marsaria (Pima) kali ini, membahas tentang Upaya Pemimpin dalam Membangun Mindset Bertumbuh di Masa Pandemi. Obrolan dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2021.
ADVERTISEMENT
Kondisi di awal pandemi
Obrolan dibuka dengan pertanyaan besar dari bu Pima ‘’Dilihat dari perspektif dalam situasi pandemi di sekolah, dengan murid dan guru yang pembelajarannya secara jarak jauh, bagaimana efek pandemi tersebut, terhadap mindset guru di sekolah atau SDM di perusahaan yang Bapak Pimpin?
Ilustrasi Guru yang Selalu Bilang Gak Bisa. Selengkapnya di Instagram @SekolahMerdekaBelajar.
Pak Theo menjawab bahwa di awal masa pandemi, ada kecenderungan mindset guru susah bertumbuh, karena perubahan yang terjadi sangat cepat. Rutinitas sehari-hari, tiba-tiba berubah, sehingga perlu ada perubahan mendasar. Misalnya masalah komunikasi dengan orang tua. Sebelum PJJ, komunikasi lebih mudah karena seringnya berinteraksi, namun pola komunikasi berubah ketika pandemi, karena kondisi juga berubah semua.
Pada masa pandemi, otomatis mindset guru harus berubah, karena kondisi yang memang berubah. RPP, strategi, metode, dan media juga harus berubah. PJJ tidak hanya memindahkan cara pembelajaran saja. Tapi banyak hal yang harus dipelajari secara cepat, baik oleh orang tua, guru dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Muhammad Yusuf dari BenQ menyatakan bahwa perusahaan telah membantu beberapa sekolah di masa PJJ. Namun dalam prosesnya, sekolah di Indonesia masih belum siap menghadapi distance learning, karena merupakan hal baru. Proses yang baru tersebut mengakibatkan kebingungan, sehingga perlu segera membuat perencanaan dan melakukan pelatihan untuk mengimbangi terjadinya perubahan tersebut. Perusahaan berusaha membantu sekolah dan perusahaan agar mampu menghadapi hal baru tersebut, dengan menyediakan teknologi atau fitur-fitur yang dapat digunakan dalam melaksanakan PJJ.
Apa tantangan yang ditemui?
Menurut Pak Yusuf, tantangan yang paling besar adalah beberapa guru yang susah menggunakan teknologi, misalnya video conference (vicon). Hambatannya, guru susah mengatur waktu untuk mempelajari teknologi tersebut dan waktu untuk mempersiapkan RPP. Sehingga diatasi dengan memberi pelatihan secara bimbingan khusus atau personal training. Karena kemampuan tiap orang untuk memahami cara menggunakan teknologi berbeda-beda. Maka perlu ada training intensif juga.
ADVERTISEMENT
Sebelum pandemi perubahan dunia sangat cepat, keputusan juga diambil secara cepat. Adanya smartphone dan social media mengakibatkan tidak adanya batasan waktu untuk membagikan informasi. Dalam prinsip knowledge based economic, segala sesuatu tersentral dari data, disaring menjadi informasi dan pengetahuan untuk manusia dalam segala hal. Tantangan terbesarnya adalah learn how to learn. Bagaimana cara belajar untuk menjadi efektif dan efisien.
Di masa pandemi, lingkungan bekerja berubah menjadi work from home atau learn from home. pemerintah menuntut blended learning atau blended working.
Pak Theo menyampaikan bahwa sekolah adalah partner orang tua dalam mendidik murid. Sebelum pandemi, minimnya keterlibatan orang tua adalah hal biasa. Pada masa pandemi, tuntutan kerjasama orang tua dengan pihak sekolah sangatlah tinggi, karena komunikasi harus lewat teknologi. Pandemi menyadarkan bahwa komunikasi antara orang tua dengan sekolah sangat penting. Hal ini pun menjadi tantangan besar bagi sekolah.
ADVERTISEMENT
Berbagai cara dilakukan
Pak Yusuf menyatakan bahwa pandemi adalah hal yang buruk, namun di satu sisi ada hikmahnya. Pandemi menyadarkan pentingnya interaksi, diskusi, dan komunikasi dengan tim untuk mencapai tujuan. Terdapat keterampilan yang diperlukan untuk sukses pekerjaan di era milenial, yaitu critical thinking, collaboration, problem solving, learnability, leadership, verbal and written communication. Apakah cara belajar yang dilakukan sudah cukup mewariskan keterampilan itu pada murid-murid kita? 6 skill tersebut harus dimiliki oleh murid saat ini. Harus kita ajarkan, hal itu disebut soft skill. Beberapa metode pembelajaran seperti STEAM dan PROJECT BASED LEARNING, memungkinkan 6 keterampilan tersebut bertumbuh. Ketika perusahaan berubah, maka sekolah pun juga harus berubah. Perusahaan berusaha menyajikan produk yang interaktif. Di dalam kelas, proses belajar mengajar dimudahkan untuk melakukan konferensi dengan layar besar. Beberapa skenario pembelajaran pun ditawarkan:
ADVERTISEMENT
Skenario 1. Distance learning of two system teacher system. Misal, seorang guru di dalam kelas sedang membahas tentang tumbuhan. Pada saat itu juga, kita dapat mendatangkan guru tamu untuk menjelaskan secara virtual dari luar kelas tersebut.
Skenario 2. One to one (1 to 1), distance learning at home. Diskusi mendalam dengan satu murid. Satu guru untuk satu murid.
Skenario 3. One to multiple, murid belajar secara berkelompok dalam kelompok diskusi. Misalnya pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan tipe permasalahan yang berbeda, sehingga guru dapat lebih efektif melakukan diskusi. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan memberi masalah, lalu dibentuk kelompok belajar yang mengelompokkan sesama murid, sampai pada hasil pengamatan atau hasil diskusi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya cara terkait pembelajaran guru, dalam hal komunikasi dengan orang tua, Pak Theo menyampaikan bahwa perlu menyamakan persepsi terkait hal yang bisa dilakukan dalam pendampingan belajar. Untuk murid PAUD, karena durasi pembelajaran tidak dapat lama, maka perlu komunikasi dengan orang tua agar persepsi menjadi sama. Pembelajaran pun tidak selalu pakai video, maka bisa pembelajaran lewat audio, modul, dan banyak cara yang dapat dilakukan dalam PJJ.
Kepala Sekolah perlu melakukan diagnosis terlebih dahulu pada orang tua, dengan menerapkan prinsip memanusiakan hubungan. Agar komunikasi guru dan orang tua dapat sepaham. Melakukan levelling pada respon orang tua, lalu mengelompokkannya.
Level 1, orang tua belum siap mendampingi belajar anak, orang tua tidak respon terhadap pembelajaran yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Level 2, orang tua mau berkomunikasi dengan guru, dan guru dapat mengkomunikasikan apa yang harus dilakukan orang tua.
Level 3, orang tua mengerjakan tugas, hanya untuk menuntaskan tugas saja.
Level 4. orang tua mau memberikan feedback dan melakukan pendampingan belajar dengan anaknya.
Dengan levelling ini, maka guru dapat menentukan cara komunikasi yang efektif. Guru selanjutnya dapat merefleksi bagaimana cara menghadapi kondisi orang tua yang berbeda-beda. Hal ini mendorong perubahan mindset guru. Dari awalnya guru selalu merasa tidak bisa, kini guru merasa mendapat pencerahan dan jalan keluar, hingga akhirnya merasa bahwa kerjasama dengan orang tua bisa dilakukan.
Hubungan Teknologi dengan Mindset Bertumbuh
Jika guru masih tidak mau mengadaptasi teknologi, maka itu menunjukkan bahwa guru belum memiliki mindset bertumbuh. Guru tidak boleh hanya berdasar asumsi, tapi harus melakukan diagnosis, dan pengamatan, agar mindset berubah. Skenario apapun akan berjalan dengan baik, bila guru tidak miskonsepsi lagi, melainkan guru perlu melakukan refleksi berdasar data yang didapat.
ADVERTISEMENT
Bu Pima menyatakan bahwa perubahan dalam memanfaatkan teknologi dapat terjadi, jika memiliki mindset bertumbuh.
Teknologi dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu yang mutlak. Murid pun harus menguasai teknologi agar mampu beradaptasi dengan kebutuhan industri.
Penekanan cara agar ada perubahan mindset
Pak Yusuf menyatakan bahwa di perusahaan, untuk menumbuhkan mindset bertumbuh. Perusahaan mengadakan intensive training, professional development program. Untuk memberikan kesempatan pada karyawan, untuk menambah pengetahuan karyawan. Selain itu untuk menumbuhkan mindset bertumbuh, harus membentuk kulturnya dulu. Semua mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri, secara rotasi, per divisi, untuk membagikan materi.
Di KGB dan JSMB, hal itu disebut berbagi praktik baik. Topiknya bebas, apa yang akan dipresentasikan. Untuk melatih kemampuan konseptual dan melatih kemampuan berbicara di depan umum. Selain itu juga membangun sikap percaya diri dalam berkomunikasi. Kesempatan bertumbuh ini efeknya kembali lagi pada organisasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pak Theo menyatakan bahwa di PAUD, untuk menerapkan growth mindset, maka pemimpin sekolah perlu menjadi pemimpin merdeka belajar, yang menciptakan lingkungan merdeka belajar. Keputusan tidak hanya bersifat top down, tapi juga memahami perspektif komunikasi antara guru dan murid. Pemimpin sekolah juga perlu memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi pada guru.
Bu Pima melengkapi dengan menyatakan bahwa dibutuhkan komitmen dari pemimpin sekolah untuk memberi ruang bagi guru mengembangkan mindsetnya.
Sesi tanya jawab
Diskusi hampir berakhir. Pada sesi tanya jawab, sebuah pertanyaan diajukan. Pertanyaannya adalah “Bagaimana cara memotivasi guru agar lebih kreatif dan mau memanfaatkan teknologi?” Narasumber menjawab bahwa sebelum menerapkan teknologi, harus diketahui dulu manfaat teknologinya. Pemimpin pembelajaran pun perlu memberi contoh bagaimana penggunaan teknologi tersebut dan meyakinkan bahwa teknologi tersebut mudah digunakan.
ADVERTISEMENT
Refleksi bersama
Sebagai pemimpin sekolah, yang dapat dilakukan adalah memberi ruang agar guru mengembangkan mindset-nya. Tidak hanya memberi contoh tapi juga menjadi contoh untuk selalu mengembangkan kemampuan dan menerima perubahan. Secara rotasi memberi kesempatan pada guru untuk sharing dan melakukan presentasi. Secara tidak langsung, hal ini akan membiasakan guru menggunakan teknologi dan meningkatkan profesionalismenya. Kini, apa Bapak/Ibu siap mengupayakan mindset bertumbuh di sekolah/madrasah? Mari upayakan bersama.
Oleh: Helmina Mauludiyah