Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Pelibatan Orang Tua di Sekolah? Memang Bisa?
25 Mei 2021 17:43 WIB
Tulisan dari Sekolah Merdeka Belajar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Pelibatan orang tua di sekolah? Ga mungkin deh."
Sabtu sore (17/4/2021), saatnya pemimpin sekolah ngabuburit. Obrolan kali ini berkaitan dengan pelibatan orang tua di sekolah, dengan mengusung judul, ”Ingin Orang Tua Terlibat di Sekolah? Begini Caranya.”
ADVERTISEMENT
Pandemi yang tak kunjung usai, membuat orang tua sadar pentingnya pelibatan orangtua dalam pembelajaran. Semula orang tua terlibat di sekolah hanya ketika anaknya bermasalah atau ketika ada kegiatan rutin. Berbeda kondisinya saat ini orang tua dituntut mendampingi anak belajar dan hasil pendampingannya. Perubahan ini menuntut jurus jitu bagaimana melibatkan orang tua.
Obrolan sore itu diawali dengan cerita Ibu Nadia dari Sekolah Islam Umar Harun tentang bagaimana pola hubungan sekolah dengan orang tua pada awalnya. Sekolah Islam Umar Harun selalu berupaya mengadakan kegiatan dengan melibatkan orang tua. Misalnya pada saat penerimaan rapor, orangtua diundang untuk berdiskusi tentang perkembangan anaknya. Orangtua juga dilibatkan dalam kegiatan sekolah, seperti menjadi panitia bersama dan berperan sebagai komite sekolah.
ADVERTISEMENT
Hubungan tersebut ternyata belum terjalin dengan kuat. Setiap kali ada masukan dan usul permintaan dari orang tua, sekolah menghadapinya sebagai tuntutan yang harus dipenuhi. Sekolah merasa terbebani karena harus memenuhi semua keinginan orang tua yang beragam. Kebutuhan murid yang seharusnya menjadi prioritas utama terabaikan demi memenuhi keinginan orang tua.
Hubungan seolah transaksional. Orang tua telah membayar biaya pendidikan, sehingga sekolah harus memenuhi keinginan orang tua. Jika ada permasalahan, sekolah merasa disalahkan. Akibatnya, kebijakan sekolah ditetapkan hanya demi memenuhi kebutuhan orang tua. Misalnya jam kepulangan sekolah diubah untuk memenuhi keinginan orang tua yang sibuk bekerja. Akhirnya sekolah kewalahan memenuhi kebutuhan orang tua yang beragam.
“Rumit memang. Bahkan menjadi dilema,” ujar Ibu Nadia sambil menghela napas panjang, mengingat perjalanan melibatkan orang tua di sekolahnya. Orang tua menuntut terpenuhinya keinginan mereka.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Ibu Nadia menceritakan terkadang orang tua membuat guru dan pihak sekolah kewalahan. Kebijakan sekolah diintervensi oleh orang tua. Kemauan orang tua dijadikan kebijakan dan aturan sekolah. Haruskah ini terjadi?
Kurangnya komunikasi dan belum adanya kesepahaman antara orang tua dan pihak sekolah, terkait tujuan pendidikan dan tujuan sekolah menjadi faktor penyebabnya. Orang tua tidak paham tujuan dan cara yang dilakukan, sehingga sering sekolah disalahkan.
Bu Nadia menceritakan dampak sebuah kebijakan yang diterapkan tanpa berkomunikasi terlebih dahulu. Dia menceritakan, pada pertengahan Maret 2020, ketika ada instruksi pembelajaran jarak jauh sekolah langsung menerapkan tanpa berkomunikasi terlebih dahulu. Akibatnya orang tua langsung memprotes kebijakan tersebut. Bahkan mengancam akan memindahkan anaknya ke sekolah lain. Jumlah murid pun menurun. Akibat kurangnya komunikasi pihak sekolah dengan orang tua tentang kebijakan yang ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Kesulitan pendampingan belajar muncul karena orang tua hanya diminta mendampingi dan melaporkan, tanpa membicarakan tujuan pembelajaran. Manfaat atau apa yang ingin dicapai dari pembelajaran tidak pernah disampaikan.
Tidak adanya pembicaraan dan komunikasi yang baik dengan orang tua, terutama percakapan tentang tujuan, menyebabkan komunikasi tidak terjalin dengan baik. Hal ini mendorong dilakukannya refleksi tentang cara melibatkan orang tua. Disadari atau tidak,keterlibatan orang tua di sekolah memegang peranan penting untuk kemajuan belajar murid dan sekolah, terutama masa pandemi ini.
Tanpa dukungan dan kerjasama orang tua, proses pembelajaran tidak maksimal, karena orang tua adalah orang yang banyak membantu proses pembelajaran di rumah dan mengetahui profil anak. Guru dapat memahami anak karena adanya informasi dari orang tua, guru dapat mengumpulkan data dan informasi tentang muridnya, sehingga dapat dibuat peta profil anak.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara melibatkan orang tua di sekolah? Berikut jurus ampuh yang dapat dilakukan:
1. Membangun kesepahaman tentang visi dan misi, value, tujuan sekolah, dan tujuan pembelajaran. Adanya kesepahaman tujuan antara orang tua dengan sekolah akan memudahkan sekolah menjalankan program dan kebijakan.
2. Melakukan percakapan.
Percakapan dapat dilakukan dalam dua cara.
Percakapan harian di grup. Guru atau wali kelas melakukan percakapan positif di grup untuk mengetahui perkembangan anak, baik secara akademis maupun nonakademis.
Percakapan orang tua (program kelas orang tua). Setiap orang tua bisa menjadi narasumber, dengan memaparkan praktik baik yang sudah dilakukan dalam pengasuhan atau pembelajaran.
3. Menumbuhkan empati
Kepedulian orang tua terhadap kemajuan anak ditumbuhkan dengan menjalin komunikasi dua arah yang memanusiakan hubungan. Orang tua diajak berdaya dalam peningkatan pembelajaran anak.
ADVERTISEMENT
Membangun empati dan kemampuan memahami orang lain dan tidak berdasarkan sudut pandang kita sendiri sangat perlu dilatih dan dikembangkan terus menerus.
4. Belajar bareng
Guru dan orang tua belajar bersama tentang pengasuhan anak. Orang tua dan guru diberikan buku panduan pengasuhan untuk membantu orang tua.
Mengomunikasikan kepada orang tua tentang peluang dan capaian, lalu dibahas dalam refleksi rutin di sekolah. Setelah memahami orang tua, muncul rasa empati kepada orang tua. Sekolah pun lebih terbuka terhadap orang tua, sehingga muncul solusi bersama.
Jika ada masukan dari orang tua, perlu dipikirkan lagi, apakah selaras dengan prioritas kebutuhan murid atau tidak. Sekolah tidak langsung menanggapi keluhan orang tua, tapi dikomunikasikan lagi dengan orang tua, lalu dibahas lagi dalam kegiatan refleksi.
ADVERTISEMENT
5. Refleksi
Melakukan refleksi sebagai upaya untuk mengetahui pencapaian yang sudah didapat dan belum didapat, serta pemetaan kekuatan dan kebutuhan. Refleksi dilakukan secara berkala dengan pimpinan, guru, dan orang tua. Pimpinan mendengar keluhan tentang pembelajaran jarak jauh, baik dari guru atau orang tua. Saat refleksi ditemukan beberapa hal. Permasalahan anak dan pembelajaran dipetakan Hasil pemetaan akan menjadi kekuatan dan kebutuhan. Jika belum teratasi dicari solusinya. Pembelajaran jarak jauh membuka hubungan antara orang tua dan murid untuk berkomunikasi secara terus menerus.
Obrolan tersebut berlanjut pada sesi tanya jawab. Ainin Ainiyah bertanya, “Apakah ada cara jitu dalam penyampaian pembelajaran tanpa kenal kata susah, sulit, atau beban, seperti yang telah banyak dialami oleh banyak masyarakat sekitar yang belum-belum sudah mengeluh? Apakah ada jurus jitu untuk menghadapi orang tua yang banyak mengeluh?”
ADVERTISEMENT
Bu Nadia menjelaskan bahwa sekolah perlu berempati kepada orang tua. Mereka diajak untuk menemukan solusi atas permasalahan anak, sehingga orang tua merasa berdaya. Solusi lahir dari orang tua sendiri.
Selanjutnya, pertanyaan dilontarkan oleh Dayah. “Ketika menyampaikan atau mengkomunikasikan tujuan belajar kepada orang tua, apakah seluruh orang tua langsung menyatakan kesepahaman tujuan atau ada yang belum siap untuk mengikuti tujuan?”.
Bu Nadia menjelaskan jawabannya, bahwa tujuan belajar harian yang mengacu kompetensi dasar (KD) dari pemerintah menggunakan bahasa baku yang sifatnya akademis. Sehingga orang tua tidak paham. Solusinya adalah menyederhanakan bahasa tujuan pembelajaran.
Bernandus bertanya, ”Bagaimana jurus supaya dapat meningkatkan kesadaran orang tua dari keluarga yang ekonominya kelas bawah agar peduli pendidikan?”
ADVERTISEMENT
Terkait permasalahan tersebut, Ibu Nadia menjelaskan bahwa Sekolah Islam Umar Harun turut membantu pengelolaan keuangan keluarga tersebut. Pihak sekolah memberi saran dan masukan, mana yang prioritas dan mana yang gaya hidup.
Bu Nadia membagikan kiat ampuh lainnya. Bagi murid baru, agar sekolah melakukan asesmen diagnosis tidak hanya dilakukan kepada murid juga kepada orang tua. Asesmen diagnosis orang tua dilakukan dengan cara pemetaan. Setelah itu, orang tua diberikan dokumen profil sekolah. Mereka diminta untuk membaca dan memahaminya. Pemahaman terhadap visi, misi, value, metode belajar, dan biaya dibicarakan di awal. Hal ini penting agar orang tua siap untuk terlibat sepenuhnya dengan sekolah.
Di akhir, Pak Rudi sebagai pemandu obrolan, meminta quotes kepada narasumber. Bu Nadia menyatakan, “Perubahan baik atau menggerakkan perubahan baik tidak hanya dapat dilakukan melalui tulisan atau lisan. Ternyata percakapan atau obrolan dapat menggerakan perubahan yang baik dan luas pula”.
ADVERTISEMENT
Apakah pemimpin Indonesia siap melibatkan orang tua? Jika siap, lakukan perubahan dan ikuti jurus jitu yang terbukti ampuh melibatkan orang tua dalam pendidikan.
Oleh: Helmina Mauludiyah