Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
'Bahasa Anak Jaksel' di Kalangan Milenial dan Mengapa Bisa Terjadi?
9 Mei 2021 9:56 WIB
Tulisan dari Merlyn Andriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir semua negara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Karena itu tidak heran bahasa Inggris begitu mendunia dan dianggap sebagai sebuah bahasa yang relatif mudah untuk dipelajari.
ADVERTISEMENT
Tidak terkecuali di Indonesia tentunya, bahkan bahasa Inggris dijadikan sebagai pelajaran wajib yang harus dipelajari semua siswa di hampir semua tingkatan sekolah bahkan sampai perguruan tinggi kita masih menemui pelajaran bahasa Inggris. Namun apa jadinya bila bahasa Inggris tercampur dengan bahasa Indonesia?
Menyangkut hal tersebut, kita dapat melihat beberapa negara yang melakukan hal serupa. Contohnya adalah negara tetangga kita yaitu Malaysia, hal ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah serapan kata dalam bahasa Melayu yang umum digunakan banyak dipengaruhi oleh bahasa Inggris dan mengingat sejarah negara Malaysia yang pernah dijajah oleh Inggris meninggalkan pengaruh dalam kebahasaan.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri tidak ada catatatan dijajah Inggris, tapi fenomena mencapur bahasa ada Indonesia lho. Fenomena ini baru terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Anak-anak muda atau yang biasa kita sebut sebagai milenial menggunakan bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa Inggris dalam kesehariannya, bahkan beberapa orang menyebutnya dengan 'bahasa anak Jaksel'.
ADVERTISEMENT
"Mengapa Jaksel? Kenapa bukan Jaktim?"
Sebenarnya model penggunaan bahasa yang seperti itu tidak hanya terjadi pada mereka yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Namun, di bagian Jakarta yang lain, bahkan luar daerah seperti Surabaya juga terjadi penggunaan bahasa seperti ini. Namun, entah apa yang terjadi Anak Jaksel-lah yang pada akhirnya dilekatkan dengan fenomena ini. Kalau menurut saya sendiri, anak Jaksel sering dijadikan sebagai trend model para milenial mulai dari fashion hingga cara berbicara. Bahkan beberapa teman saya juga dari Jaksel mulai berbicara dengan bahasa yang tercampur-campur. Apakah sebuah kebetulan?
Mengapa bisa terjadi bahasa yang tercampur?
1. Ingin berbeda
Komunikasi yang menggunakan lebih dari satu bahasa dalam satu kalimat dilakukan untuk membedakan diri dengan lingkungan dan orang lain. Terutama di kalangan milenial, beberapa di antara mereka memiliki pemikiran bahwa hal tersebut keren dan gaul. Saya sendiri merasa lebih keren jika menggunakan bahasa Inggris karena mungkin saya akan dianggap orang yang fasih dalam berbahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
2. Tingkat sosial masyarakat
Pencampuran bahasa ini juga terjadi karena ada faktor jarak kekuasaan atau dalam istilah komunikasi dikenal dengan power distance. Budaya dan masyarakat Indonesia menganggap bahasa Inggris merupakan bahasa yang lebih tinggi.
3. Terbawa lingkungan pertemanan
Pada saat seseorang melakukan sosialisasi, pasti akan membawa beberapa perubahan. Milenial menjadi sangat cepat dalam perubahan dikarenakan pada usia-usia tersebut sedang mencari jati diri. Ketika mereka mungkin terbiasa dengan gaya bahasa temannya, lalu mulai mencoba mencampur-campur bahasa yang digunakan. Saya sendiri merasakan ini ketika lingkungan pertemanan saya menggunakan 'bahasa anak Jaksel', rasanya seperti jika saya tidak mengikutinya maka saya akan tertinggal.
4. Kewajaran
Penggunaan kalimat yang melibatkan lebih dari satu bahasa merupakan sesuatu yang wajar dan sudah biasa terjadi dalam dunia linguistik. Hal itu biasanya terjadi karena seseorang sedang mempelajari sebuah bahasa baru sehingga belum menguasai seluruh kosakata dalam bahasa itu. Contohnya dalam pembelajaran bahasa asing, saya juga masih sering menggunakan kata bahasa Indonesia saat berbicara bahasa Inggris karena ada beberapa kosa kata yang belum saya ketahui.
ADVERTISEMENT
Namun kita sebagai seorang milenial, bisa berbahasa Inggris dengan baik memang jadi nilai lebih, tetapi akan lebih baik kita juga jangan sampai merusak bahasa Indonesia sendiri, jangan sampai karena kebiasaan mencampur adukkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa Ibu kita lama-lama tergerus dan terlupakan.