Konten dari Pengguna

Pemilihan Presiden di Indonesia dan Dampaknya terhadap Kebijakan Moneter

Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Malang melintang di dunia perbankan sejak tahun 1990, dan 15 tahun diantaranya bergabung dengan sebuah Bank Syariah terbesar di Indonesia yang merupakan grup perbankan papan atas, membuat Merza siap sharing knowledge dan experience-nya.
20 Februari 2024 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemilihan presiden di Indonesia telah menjadi sorotan utama dalam ranah politik dan ekonomi global. Namun, bagaimana dampaknya terhadap kebijakan moneter negara tersebut?
ADVERTISEMENT
Berbagai media asing, termasuk Reuters, US News, Nasdaq, CNA (Channel News Asia), SaltWire.com, Investing.com, dan lainnya, telah mencatat bahwa para ekonom melihat dampak pemilihan presiden terhadap kebijakan moneter sebagai terbatas.
Pertama-tama, Bank Indonesia (BI), lembaga moneter negara tersebut, telah memberikan sinyal kuat bahwa suku bunga kebijakan utama akan dipertahankan pada pertemuan 20-21 Februari. Keputusan ini didasarkan pada inflasi yang terkendali dan perbaikan prospek mata uang.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters juga memperkirakan bahwa penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada kuartal berikutnya, menunjukkan bahwa BI cenderung mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dalam jangka pendek.
Inflasi Indonesia telah tetap berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5%-3,5% sejak bulan Juli, menunjukkan efektivitas dari peningkatan suku bunga kumulatif sebesar 250 basis poin. Meskipun Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar pada tahun ini, kinerjanya relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang lainnya. Dengan inflasi terkendali, BI memiliki ruang untuk membiarkan kebijakannya tidak berubah dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 30 ekonom pada Februari lalu menunjukkan prediksi bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan pembelian kembali tujuh hari, dan membuka tab baru sebesar 6,00%. Perkiraan median menunjukkan suku bunga tetap bertahan hingga setidaknya akhir Maret, diikuti oleh penurunan sebesar 25 basis poin di setiap kuartal hingga akhir tahun.
Namun, lebih dari sekadar kebijakan moneter, hasil pemilihan presiden juga membawa implikasi yang lebih luas terhadap ekonomi Indonesia. Pasca-pemilihan, Indonesia memasuki fase penting dalam perkembangan ekonominya.
Kehadiran kepemimpinan yang stabil dan berkelanjutan dianggap penting untuk memperkuat kepercayaan investor dalam jangka panjang, sehingga mempengaruhi arah kebijakan moneter.
Selain itu, kebijakan fiskal juga memainkan peran penting dalam mendukung stabilitas ekonomi pasca-pemilihan presiden. Stimulus fiskal yang tepat waktu dan efektif dapat membantu merangsang pertumbuhan ekonomi dan mengurangi risiko perlambatan ekonomi yang berpotensi.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan peluang ekonomi juga menjadi perhatian penting. Ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas pasar keuangan adalah tantangan yang harus dihadapi, namun di tengah tantangan ini juga terdapat peluang, terutama dalam hal diversifikasi ekonomi dan peluang investasi di sektor-sektor yang berpotensi berkembang.
Dengan demikian, sambil mempertimbangkan dampak pemilihan presiden terhadap kebijakan moneter, penting juga untuk melihat gambaran keseluruhan kondisi ekonomi Indonesia pasca-pemilihan presiden, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Dengan keterbukaan dan transparansi dalam pengambilan keputusan kebijakan ekonomi, diharapkan Indonesia dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.