Konten dari Pengguna

Mahasiswa Generasi Z di Persimpangan Antara FOMO dan Futurisme

Meylita Yurike
Mahasiswa Program Studi International Management, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
18 Desember 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Meylita Yurike tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Generasi Z, yang tumbuh di era digital, akrab dengan hiruk pikuk notifikasi dan tuntutan untuk selalu terhubung. Fear of Missing Out (FOMO) menjadi teman setia, mendorong mereka untuk terus mengejar konten terbaru dan interaksi sosial. Namun, di balik gemerlap dunia maya, muncul pertanyaan besar: Bagaimana FOMO membentuk masa depan generasi ini, khususnya para mahasiswa yang tengah merintis karier? Literasi digital menjadi kunci untuk menjawab tantangan ini.
ADVERTISEMENT
Fenomena FOMO: Ketika Segalanya Terlihat Lebih Baik di Layar
Menurut survei Global Digital Report 2023, rata-rata pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan lebih dari 3,5 jam sehari berselancar di platform seperti Instagram, TikTok, dan X. Generasi Z adalah kontributor utama angka ini. FOMO mendorong mahasiswa untuk terus mengecek notifikasi, takut ketinggalan kabar terkini atau acara keren yang dihadiri teman-teman. Unggahan liburan, prestasi, atau kehidupan "sempurna" di media sosial sering kali memunculkan perasaan tidak aman atau tidak cukup baik.
Contohnya, saat melihat teman berhasil lolos magang di perusahaan besar atau kuliah di luar negeri, sebagian mahasiswa merasa tertinggal. Alih-alih termotivasi, mereka malah tenggelam dalam kecemasan.
Tuntutan Futurisme: Siapkah Kita Hadapi Masa Depan?
ADVERTISEMENT
Di tengah tekanan FOMO, Generasi Z juga dihadapkan pada masa depan yang serba cepat dan penuh ketidakpastian. Banyak pekerjaan tradisional yang kini mulai tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Sebuah studi oleh World Economic Forum memperkirakan bahwa pada tahun 2025, lebih dari 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh mesin. Namun, di sisi lain, teknologi juga menciptakan 97 juta pekerjaan baru di bidang digital, data science, dan inovasi teknologi. Ini menjadi peluang bagi mahasiswa Generasi Z yang adaptif dan siap mempelajari keterampilan masa depan.
Contoh nyata adalah kebangkitan generasi kreator digital. Banyak mahasiswa sukses memanfaatkan teknologi untuk menjadi content creator, freelancer, atau wirausahawan melalui platform seperti YouTube, Instagram, hingga e-commerce. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan mereka tidak hanya mengejar viralitas sesaat tetapi membangun sesuatu yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Solusi: Menemukan Keseimbangan di Persimpangan
Generasi Z memiliki potensi besar, tetapi mereka perlu menyadari bahwa keseimbangan adalah kunci. Berikut beberapa langkah yang bisa membantu mahasiswa di era digital:
Generasi Z berada di posisi unik. Mereka adalah pengonsumsi teknologi paling aktif, tetapi juga calon pemimpin yang akan membawa perubahan besar di masa depan. Jika mereka mampu menyeimbangkan hidup di era digital dan mempersiapkan diri dengan keterampilan masa depan, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi game changer di dunia kerja, ekonomi, dan inovasi.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa Generasi Z, saatnya kita berhenti hanya mengejar validasi instan dan mulai membangun masa depan yang berkelanjutan. Karena di balik layar digital ini, ada peluang besar menanti kita di dunia nyata.