Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengangkat Isu Viral Kesenjangan Sosial di Media Sosial TikTok
30 April 2025 18:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari M Fahrezza Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Belakangan ini, media sosial, khususnya TikTok, sedang ramai dengan tren lelucon tentang kesenjangan sosial.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan sosial adalah kondisi di mana terdapat perbedaan yang signifikan dalam akses terhadap sumber daya, peluang, dan kesempatan di antara kelompok-kelompok masyarakat. Perbedaan ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Di TikTok, pengguna membuat tren di mana seorang individu menceritakan pengalaman terkait kesenjangan sosial ekonomi dan budaya. Biasanya, dalam konten tersebut, terdapat percakapan antarindividu dengan topik kesenjangan ekonomi dan budaya. Namun, di tengah percakapan, terungkap bahwa salah satu individu memiliki status sosial lebih tinggi.
Di Indonesia sendiri, persoalan kesenjangan sosial masih menjadi tantangan besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rasio Gini per September 2024 tercatat sebesar 0,388, meningkat dibandingkan Maret 2024 yang berada di angka 0,379. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antarpenduduk semakin melebar. Persentase penduduk miskin di Indonesia menurut BPS pada September 2024 adalah 8,57%. Sementara itu, berdasarkan data Bank Dunia, persentase penduduk yang tergolong miskin di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 60,3%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Banyak faktor yang menyebabkan kesenjangan sosial di Indonesia masih tinggi. Beberapa di antaranya adalah program bantuan yang belum merata, pembangunan infrastruktur yang belum menjangkau berbagai daerah, hingga praktik korupsi yang menguntungkan segelintir pihak. Salah satu alasan tren komedi bertema kesenjangan sosial ini diminati adalah karena faktor kedekatan pengalaman (relatability). Banyak orang merasa, "Wah, ini persis seperti yang saya alami" atau "Ternyata ada juga pengalaman seperti ini, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan."
Contoh nyata dapat dilihat dalam sebuah video TikTok:
Laki-laki: "Itu kamu video call di garasi?"
Perempuan: "Enggak kok, aku di ruang tamu."
Laki-laki: "Oh, soalnya ada motor di belakang kamu." (terdapat motor diparkir di ruang tamu)
ADVERTISEMENT
Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia juga menjadi salah satu faktor meningkatnya kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas kesenjangan sosial di Indonesia dan dampaknya. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan studi literatur untuk mengumpulkan data.
Masalah ini telah menjadi topik penting dalam pertimbangan kebijakan ekonomi di banyak negara. Kesenjangan sosial seringkali diperparah oleh kebijakan pembangunan yang seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi justru memperlebar ketimpangan.
Kesenjangan sosial merujuk pada perbedaan mencolok antarkelompok masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, layanan kesehatan, hingga akses teknologi. Contoh nyatanya dapat dilihat ketika sebagian orang dengan mudah mengakses fasilitas mewah, sementara sebagian lainnya masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
Fenomena ini membuka mata banyak generasi muda untuk lebih peduli dan sadar akan realitas sosial di sekitarnya. Kesadaran ini diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju perubahan sosial yang lebih adil dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Dengan viralnya topik ini, diperlukan solusi untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial. Salah satunya, pemerintah melakukan sensus penduduk di bidang sosial-ekonomi untuk meningkatkan akurasi data bantuan sosial dalam menanggulangi kemiskinan. Pemerintah juga menggalakkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong kewirausahaan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Airlangga Hartarto, mengatakan, "KUR diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui kegiatan usaha. Tidak hanya UMKM yang sudah eksis, masyarakat yang terdampak pandemi, seperti pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), juga dapat memanfaatkan program ini."