Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Coffee Shop Akan Alami 'Zero Economic Profit' dalam Jangka Panjang
12 November 2020 14:44 WIB
Tulisan dari M Fathur Rohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bisnis kedai kopi (coffee shop) telah menjamur dalam beberapa tahun belakangan, hal ini dikarenakan behaviour anak muda zaman sekarang yang menganggap kopi bukan hanya sebagai kebutuhan saja, namun namun juga sebuah gengsi tersendiri.
ADVERTISEMENT
Tingginya permintaan kopi tentu ditanggapi dengan penawaran yang besar dari penyedia kopi itu sendiri, kedai kopi dengan berbagai macam konsep sudah menjamur bahkan hampir ke setiap sudut kota.
Pada awal munculnya memang hampir semua kedai kopi ramai pengunjung, berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh pemilik kedai seperti free wifi, stop kontak, lingkungan yang cozy, dan para pelayan yang rapi dan ramah membuat para millenial betah berlama-lama nongkrong di coffee shop.
Banyaknya pesaing masuk
fenomena larisnya kedai kopi di kalangan anak muda tentu semakin membuka peluang pebisnis baru untuk masuk, apalagi bisnis kopi bukanlah bisnis yang menciptakan produk unique, apalagi tidak ada retriction dari pemerintah untuk masuk ke pasar kopi, hal ini membuat pemain baru dengan mudah masuk pasar atau dalam ekonomi disebut free entry market.
ADVERTISEMENT
Pemain baru pada awal-awal masuk pasar tentu tidak mengganggu stabilitas profit dari pemain lama, justru kenaikan jumlah pemain baru pada awal mereka masuk pasar dapat menaikkan popularitas kedai kopi di kalangan masyarakat, hal ini akan menaikkan marginal revenue dari masing masing pemain baru ataupun pemain lama di pasar.
free entry market dalam jangka panjang
Jika dalam jangka pendek pasar cenderung diuntungkan, berbeda dengan jangka panjang, waktu yang dikatakan jangka panjang bisa selama setahun, dua tahun, tiga tahun atau puluhan tahun tergantung cepatnya pemain-pemain baru masuk pasar. Pemain baru yang masuk pasar tentu akan menyebabkan persaingan sempurna, hal ini disebabkan karena para pemain baru di pasar memiliki produk yang serupa dengan harga yang tak jauh berbeda.
kurva diatas menjelaskan dua kondisi pasar dan perusahaan, kurva di sebelah kiri memiliki titik pertemuan garis permintaan dan penawaran sehingga didapat Harga keseimbangan sebanyak Pe, namun ketika free entry market terjadi maka akan menggeser kurva S ke kanan menjadi S1, sehingga kondisi ini membuat harga keseimbangan turun ke P1. Turunnya harga di pasar tentu berimbas ke perusahaan, dapat dilihat di kurva sisi kanan di mana harga keseimbangan di pasar akan ikut turun ke P1 seiring dengan turunnya permintaan (D) dan marginal revenue ke MR1.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dampaknya terhadap profit perusahaan?
Kondisi persaingan sempurna menyebabkan pemain-pemain di pasar akan bebas keluar dan masuk, pada jangka waktu yang lama jumlah perusahaan yang masuk akan sama dengan yang keluar pasar. keadaan keluar masuknya pemain akan mengubah garis P=D=MR, ketika terjadi free entry firm maka P=D=MR akan turun ke kurva P1 sehingga harga turun, permintaan turun, dan pendapatan marginal juga turun, dikarenakan dalam jangka panjang jumlah pemain yang masuk akan sama dengan jumlah pemain yang keluar, maka akan terjadi exit firm setelah entry firm, sehingga P1 akan kembali naik ke posisi Pe=D=MR.
kurva Pe=D=MR yang berhimpit dengan titik pertemuan marginal cost (MC) dan average cost (AC) menyebabkan pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga profit perusahaan akan 0 (zero profit), kondisi ini yang akan membuat kedai kopi dalam jangka panjang tidak menerima pendapatan yang tinggi, bahkan pendapatannya akan sama dengan biaya yang dikeluarkan alias impas, untuk itu masing-masing pemain di pasar diharuskan untuk membuat produk yang unik sehingga daya tawarnya akan semakin meningkat di pasar dan tidak terjebak ke dalam pasar persaingan sempurna.
ADVERTISEMENT
--------------------------------------------------------------------
Penulis: M. Fathur Rohman (Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada) dan kepala bidang pendidikan, ikatan mahasiswa pendidikan ekonomi seluruh Indonesia(IMAPESI)