Konten dari Pengguna

Peran Ibu dalam Mewujudkan Masa Depan Anak

Muhammad Habibullah
Seorang Mahasiswa UIN Jakarta
17 Juli 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Habibullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Ron Lach : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-masyarakat-rakyat-manusia-8540374/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Ron Lach : https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-masyarakat-rakyat-manusia-8540374/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya memiliki masa depan yang cerah, baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun keluarga kelak setelah berumah tangga. Dari sekian banyak keinginan yang diharapkan untuk anak-anaknya, ibu memiliki peran penting dalam pemetaannya.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, pola harapan yang dibangun untuk masa depan anak tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manusia. Meski demikian, harapan tersebut tetap digantungkan pada anak, terlepas dari rintangan yang dihadapi dalam prosesnya. Banyak yang telah mencapai keberhasilan dan dapat dijadikan pelajaran bagi para orang tua yang menginginkan hal serupa.
Bentuk harapan orang tua terhadap anak biasanya diwujudkan melalui pendidikan. Anak diajari sejak dini untuk membentuk karakter, kecerdasan emosional, dan tata krama. Pendidikan formal atau pesantren menjadi tahap lanjutan untuk mengembangkan apa yang telah diajarkan orang tua sejak kecil.
Mewujudkan harapan keluarga seakan menjadi kewajiban bagi anak. Keluarga dengan latar belakang agama akan senantiasa berdoa bahkan tidak segan mengadakan syukuran dengan harapan anaknya sukses dan diberi kemudahan dalam belajar. Cara lain dilakukan oleh orang tua dengan latar belakang berbeda, seperti usaha nyata melalui bimbingan belajar atau edukasi lapangan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dua macam latar keluarga berbeda ini menanggapi harapannya yang tidak sejalan dengan takdir atau tidak terwujud? Keluarga dengan latar belakang kurang mampu biasanya menganggap hal tersebut sebagai ujian yang harus dihadapi dengan doa dan sholat malam. Sementara itu, keluarga dengan latar belakang berbeda, menengah ke atas akan mencari jalan lain untuk mewujudkan harapan mereka, dengan harapan jalan tersebut akan membawa keberhasilan bagi anaknya.
Foto oleh Artem Podrez: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-orang-masyarakat-rakyat-6941450/
Namun, tidak bisa dikatakan secara mutlak bahwa kalangan menengah ke atas tidak memerhatikan spiritualitas dan sesi-sesi keagamaan, sementara kalangan kurang mampu justru melakukannya dengan giat dan lapang dada. Terlepas dari latar belakang, semua yang terjadi tergantung pada pola pikir masing-masing orang tua. Meskipun kebanyakan yang tampak memang demikian, ada banyak faktor lain yang memengaruhi bagaimana orang tua menghadapi harapan yang tidak terwujud.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penting untuk memahami bahwa setiap keluarga memiliki cara unik dalam mendukung dan memotivasi anak-anaknya. Pendidikan, dukungan emosional, dan bimbingan spiritual semuanya memainkan peran penting dalam membentuk masa depan anak, terlepas dari latar belakang ekonomi atau sosial keluarga tersebut.
Pada dasarnya, berbagai cara akan ditempuh demi kesuksesan anak. Namun, hal ini menjadi berbeda ketika kita membandingkan keluarga dari kalangan kaya dan miskin. Kedua kasta ini menghasilkan karakter anak yang berbeda. Anak yang terlahir dalam keluarga kaya memiliki lebih banyak waktu untuk belajar tanpa harus memikirkan masalah lain, sedangkan anak dari keluarga dengan keterbatasan finansial harus membagi fokus mereka untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan oleh anak dari keluarga kaya, duit misalnya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, tidak semua anak yang pintar dan berprestasi berasal dari kalangan orang kaya. Banyak juga anak dari kalangan ekonomi bawah yang berprestasi. Latar belakang keluarga kaya hanyalah salah satu faktor. Tapi, usaha dan hasil yang didapat akan berbeda, seperti pepatah yang mengatakan, "tidak ada ikan yang mati kehausan di tengah lautan," artinya selama anak dikelilingi oleh pendidikan yang memadai, mereka akan tetap berpengetahuan meskipun dengan keterbatasan.