Konten dari Pengguna

Apakah Benar Ada Praktek Melubangi Tengkorak untuk Sembuhkan Penyakit?

Muhammad Hanif Annabawi
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
1 Oktober 2024 18:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hanif Annabawi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
source: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahukah kalian bahwa terdapat praktek yang dilakukan manusia pada zaman dahulu untuk mengatasi penyakit jiwa. Bisa dikatakan praktek yang dilakukan sangatlah ekstrem dikarenakan praktek tersebut dilakukan dengan melubangi tempurung kepala kita dengan benda tajam. Nama dari praktek tersebut adalah Trepanasi.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini terdapat temuan tengkorak yang ditemukan di sebuah kota modern pada zamannya yang berada di Turki bagian tengah. Tengkorak tersebut meninggalkan bekas operasi pengeboran atau pelubangan di tengkorak pada masa lampau. Dalam tengkorak tersebut memiliki lubang berdiameter 2,5 sentimeter. Diketahui tengkorak ini sudah berusia sekitar 8.500 tahun.
Trepanasi sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu "Trypanon" yang artinya pembatas. Adapun dalam Bahasa Perancis, yaitu "Trefinasi" yang berarti melibatkan instrumen pemotong yang berputar di sekitar pusat.
Praktek dari Trepanasi sendiri telah ditemukan sejak zaman prasejarah dengan bukti ditemukannya tengkorak yang telah di Trepanasi ribuan tahun sebelum masehi di seluruh dunia. Bukti lain yaitu ditemukannya dokumen tua abad ke-17 SM yang bernama Papirus Edwin Smith dengan isinya yaitu berbagai jenis cedera kepala yang dilaporkan melalui sudut pandang medis. Di dalam buku ini terdapat 48 kasus, yang 27 antaranya terkait dengan trauma kepala dan semuanya menyebabkan fraktur tengkorak.
ADVERTISEMENT
Adapun 5 metode dari Trepanasi ini sendiri, yaitu:
ADVERTISEMENT
Banyak sekali temuan mengenai tengkorak yang telah di Trepanasi tetapi tetap belum bisa menjelaskan bahwa mengapa manusia pada zaman dahulu melakukan praktek ini. Awalnya Broca, seorang profesor patologi eksternal dan bedah klinis di Universitas Paris dan pendiri perkumpulan antropologi pertama, berpikir bahwa trepanasi dilakukan untuk semacam ritual keagamaan, tetapi ia menyimpulkan bahwa dalam beberapa kasus pasti memiliki tujuan terapeutik.
Adapun informasi tentang Trepanasi dalam pengobatan bangsa Barat yang sudah ada sejak abad kelima SM dan seterusnya serta mengenai Trepanasi dalam sistem medis non-Barat terkini dan kontemporer.
Ternyata praktek dari Trepanasi dalam tradisi medis di Eropa, selain untuk mengobati cedera kepala, praktek tersebut juga dilakukan untuk mengatasi epilepsi dan penyakit mental. Hal ini dibuktikan dengan adanya teks bedah abad ke-13 "Quattor Magistri" yang merekomendasikan pembukaan tengkorak penderita epilepsi sehingga "cairan dan udara dapat keluar dan menguap." Tetapi, pada abad ke-17 Trepanasi untuk mengatasi epilepsi mulai dikatakan ekstrem seperti dalam Riverius, "The Practice of Physick" (1655):
ADVERTISEMENT
Pada zaman sekarang Trepanasi sudah tidak digunakan dalam dunia bedah saraf untuk keperluan medis. Tetapi, prosedur lain, disebut kraniotomi, dilakukan dengan membuat lubang sementara di tengkorak untuk mengeluarkan cairan atau melepaskan tekanan, lalu menutup kembali lubang tersebut setelah jangka waktu tertentu.
Jadi, benar adanya praktek melubangi kepala pada zaman dahulu yang bernama Trepanasi. Bukti adanya praktek tersebut, yaitu banyak ditemukannya tengkorak dengan lubang di kepala mereka. Terdapat lima metode yang dipraktekkan untuk melakukan Trepanasi. Motivasi mereka dalam melakukan Trepanasi bisa jadi untuk alasan terapeutik. Dalam tradisi medis di Eropa ternyata bukan hanya untuk mengobati cedera kepala tetapi juga untuk mengobati epilepsi dan penyakit mental.
ADVERTISEMENT
Referensi:
https://thereader.mitpress.mit.edu/hole-in-the-head-trepanation/
https://en.wikipedia.org/wiki/Trepanning
https://www.medicinenet.com/what_is_the_purpose_of_trepanation/article.htm
Ditulis oleh:
Muhammad Hanif Annabawi