Konten dari Pengguna

Dibalik Deflasi dan Dampaknya pada Pasar Modal

Hanif Al Fatih
Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13 Oktober 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanif Al Fatih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Deflasi merupakan fenomena ekonomi yang masih kerapkali disalahpahami oleh masyarakat, deflasi adalah kondisi dimana harga produk dan jasa mengalami penurunan secara umum di suatu kawasan, dapat berupa daerah, negara bahkan global. Indonesia dalam 5 bulan terakhir mengalami deflasi secara konsisten, kenaikan sebesar 0,03% pada bulan Maret mengawali parade deflasi ini, disusul dengan tren deflasi yang meningkat, 0,08% pada bulan Juni dan 0,018% pada bulan Juli, namun pada bulan Agustus mengalami penurunan angka, kembali menyentuh angka 0,03%. Pada awal bulan September lalu masyarakat kembali disuguhkan dengan angka deflasi yang meningkat, mencapai 0,12% (mtm).
sumber: pixabay.com/Deflasi
Penurunan harga secara umum yang dianggap baik secara praktis, masyarakat menyambut baik hal tersebut karena harga yang mengalami penurunan berarti menghemat pengeluaran rumah tangga sehingga asumsi nya, rumah tangga dapat membelanjakan uangnya untuk keperluan lain. Namun apakah benar seperti itu? Prof.M. Nur Rianto Al Arif , kepala Prodi Program Doktoral Perbankan Syariah FEB UIN Jakarta, mengatakan “Deflasi ataupun Inflasi itu, it depends on the reason behind” beliau menegaskan baik Inflasi maupun deflasi memiliki konsukensi tergantung dengan faktor nya, Prof. Arif berpendapat bahwa deflasi yang sedang terjadi di Indonesia yang terjadi 5 bulan terakhir, dilatarbelakangi oleh penurunan daya beli masyarakat, atau dalam istilah ekonomi dipahami dengan permintaan agregat yang menurun.
ADVERTISEMENT
Segala konsekuensi memiliki hal yang menjadi sebabnya, namun sebab yang sama bisa memiliki konsekuensi yang berbeda pada tempat yang berbeda, inflasi yang naik dapat dijewahtakan dengan kenaikan permintaan agregat dan ini merupakan hal baik yang dialami oleh suatu negara, inflasi yang progresif dapat diartikan bahwa negara tersebut sedang bertumbuh perekonomian nya. Sedangkan Deflasi yang naik bisa diterjemahkan juga dengan permintaan agregat yang menurun, jika daya beli menurun maka produksi mengalami surplus, namun oleh korporasi, produksi yang sudah ada diharuskan habis terjual maka harga diturunkan menjadi lebih murah, agar barang yang sudah diproduksi dapat tetap terjual habis, inilah yang kemudian dilihat secara awam sebagai hal baik, padahal ini merupakan bom waktu yang bisa mengancam kondisi perekonomian kapan saja.
ADVERTISEMENT
Pasar modal sebagai tempat transaksi finansial terbesar di Indonesia, tentu tidak terlepas dari deflasi. IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan, menunjukan bahwa ada hubungan yang sejalan negatif dengan angka deflasi. Pada Agustus 2024, angka deflasi pertama kali mengendur sejak Mei, dan secara bersamaan IHSG atau Indeks Harga Konsumen mengalami bullish (kenaikan) untuk pertama kali sejak penurunan nya di awal masa deflasi pada tahun 2024. Ini artinya terdapat hubungan konsekuentif diantara keduanya. Deflasi dapat berakibat kolektif pada pasar modal, tidak hanya konsumen sebagai investor namun emiten sebagai penjual efek juga dapat terkena dampaknya. Berikut dampak yang dapat terjadi pada sektor pasar modal akibat deflasi.
1. Pihak emiten
• Pesimisme Profit perusahaan
ADVERTISEMENT
Daya beli yang menurun di masyarakat akan membuat perusahaan menurunkan harga jasa maupun barang, dengan asumsi harga produksi tetap, hal ini tentu tidak cukup untuk mempertahankan margin yang sama ketika masa sebelum deflasi, terutama perusahaan yang bergerak pada sektor yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat, seperti sektor property, otomotif dan konsumsi harian.
• Beban utang perusahaan meningkat
Ketika harga umum turun maka beban utang riil perusahaan akan meningkat, resiko gagal bayar yang dapat saja terjadi di masa depan, memungkinkan investor tidak menaruh kembali uang nya pada perusahaan.
2. Pihak Investor
• Penundaan investasi
Investor lebih berhati hati ketika harga sedang tidak pasti, wait and see sebuah sikap yang biasanya diterapkan investor, dengan ekspektasi jika harga terus mengalami penurunan maka investor bisa saja sewaktu waktu mengambil dananya.
ADVERTISEMENT
• Pergeseran preferensi investor
Ketidakpastian pasar membuat investor menggeser modal nya pada intrumen investasi yang lebih aman seperti emas, obligasi, dsb. Jika hal ini terjadi secara massif tentu akan berdampak buruk pada pasar modal dikarenakan aliran dana yang sangat besar keluar dari perputaran.
Pemerintah sebagai pihak yang berwenang terhadap segala sesuatu terkait fiskal dan moneter, dapat mengeluarkan kebijakan nya sewaktu waktu dalam rangka menjawab deflasi, Investor harus selalu mengawasi kebijakan-kebijakan yang ada, dan terdapat beberapa langkah yang dapat diambil investor dalam menanggapi deflasi yang berdampak pada pasar modal,
1) diversifikasi portofolio : manajemen resiko yang pertama kali dapat dilakukan adalah split- stock pada portofolio, sebagai bentuk tindakan preventif volatifitas pasar. Sebagai risk-split jika terdapat kerugian, harapan nya terdapat aset yang masih dalam kategori aman.
ADVERTISEMENT
2) Analisis fundamental yang mendalam : langkah ini sangat tepat dilakukan karena perusahaan dengan fundamental yang kuat akan menjadi pembeda ketika kondisi tidak stabil. Walaupun tetap ada pengaruh deflasi terhadap sektor terkait.
3) Konsultasi dengan Profesional : Konsultasi dengan financial advisor dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Deflasi dengan segala konsekuensinya, memang membawa tantangan bagi pasar modal Indonesia. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang dampak deflasi dan strategi investasi yang tepat, investor dan emiten dapat meminimalkan risiko dan bahkan meraih peluang di tengah kondisi pasar yang menantang. Di sisi lain pemerintah diharapkan terus mengupayakan perbaikan dalam negeri, dengan sehatnya kondisi perekonomian negara.