Makna Kebersamaan bagi Warga Maroko

Muhammad Hartantyo
Part-time traveller, full-time daydreamer
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2020 21:51 WIB
comment
35
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hartantyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maroko.
Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar kata Maroko? Mungkin gurun pasir, iklim panas, nuansa Arab, dan syariat Islam. Ya, sebagian wilayah Maroko memang berada di Gurun Sahara. Tapi Maroko memiliki iklim subtropis. Artinya, negara ini memiliki empat musim, tidak hanya panas dan sangat panas. Memiliki populasi 99% muslim tidak menjadikan negara ini menganut syariat Islam secara kaku.
Taman di pusat Kota Rabat. (foto: koleksi pribadi)
Bahkan, karena berbatasan dengan Spanyol dan sempat dijajah Prancis, selain budaya suku asli Berber, Maroko juga menganut nilai-nilai budaya Eropa. Tapi saya tidak mau banyak cerita tentang semua itu. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi tentang sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan bisa saya pelajari di sebuah negara nun jauh di ujung Utara Afrika.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang diplomat di Kementerian Luar Negeri RI, saya berkesempatan untuk bepergian ke negara lain, melihat dunia dan berbagai keunikannya. Pada 2014-2017, saya ditempatkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Rabat, Maroko.
Selama tiga tahun merantau di negara orang, banyak hal yang bisa saya petik dan pelajari, terutama tentang bagaimana orang-orang Maroko begitu menghargai kebersamaan.
Saya menginjakkan kaki di bumi Al Maghreb pada pertengahan bulan suci Ramadhan tahun 2014. Bertepatan pula dengan musim panas yang saat itu “sedang lucu-lucunya”.
Selama empat kali bulan Ramadhan pula saya berpuasa di cuaca yang cukup panas selama 16 sampai 17 jam sehari. Alhamdulillah, itu semua tidak menjadi penghalang kami, warga negara Indonesia yang beragama Islam di Maroko untuk menyelesaikan ibadah puasa kami.
ADVERTISEMENT
Berbuka puasa di rumah
Suasana Ramadhan di Rabat cukup berbeda dengan apa yang biasa saya temui di tanah air. Tak ada restoran atau kafe yang buka saat siang hari, kecuali restoran cepat saji dan yang biasa dikunjungi wisatawan.
Di siang hari, kota Rabat cukup sepi. Menjelang saat berbuka puasa, suasana lebih sepi lagi bagaikan kota mati. Toko, restoran, hingga pusat perbelanjaan tutup.
Kota Rabat cukup sepi di siang hari saat bulan Ramadhan. (foto: koleksi pribadi)
Tak ada tradisi buka puasa bersama di mal ataupun restoran layaknya kita di Indonesia. Warga Maroko lebih memilih berbuka puasa di rumah bersama keluarga.
Sama seperti halnya Muslim di Indonesia, warga Maroko juga menjadikan bulan Ramadhan sebagai momen untuk berkumpul dengan sanak keluarga dan sahabat. Bedanya, hampir semua kegiatan berbuka puasa bersama dilakukan di rumah.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang pertama kali saya perhatikan betapa warga Maroko sangat menghargai kebersamaan bersama keluarganya. Kegiatan berbuka puasa di rumah merupakan bentuk rasa syukur terhadap momen berharga bersama keluarga. Selain itu, juga sebagai bentuk penghormatan terhadap ibadah di bulan suci Ramadhan sehingga ibadah-ibadah lain bisa dikerjakan lebih khusyuk dan tepat waktu.
Baru tiga hari di Rabat, saya diundang berbuka puasa di rumah seorang rekan dari Maroko. Foto hidangan buka puasa dan makan malam khas Maroko (foto: koleksi pribadi).
Setelah salat Tarawih, kota Rabat kembali hidup. Berbeda dengan siang hari yang sepi, di malam hari suasana jauh lebih ramai. Warga lokal menggunakan kesempatan ini bersama keluarga dan teman-temannya berkumpul hingga larut malam. Toko-toko buka sampai tengah malam. Bahkan anak-anak juga masih bermain di luar hingga larut.
Saya pun ikut beradaptasi dengan kebiasaan setempat, keluar rumah selepas tarawih untuk sekedar mencuci mata atau ngopi dan makan es krim bersama keluarga sampai menjelang tengah malam.
ADVERTISEMENT
Makan siang Jumat di rumah
Tidak hanya di bulan Ramadhan, kebiasaan lain warga Maroko yang menujukkan pentingnya keluarga bagi mereka adalah adanya kebiasaan makan siang bersama di hari Jumat. Meskipun hari Jumat di Maroko bukan hari libur seperti di negara-negara Arab, tapi mereka menjadikan hari Jumat sebagai hari yang spesial untuk keluarga.
Selepas ibadah shalat Jumat, warga akan kembali ke rumah masing-masing untuk makan siang bersama keluarganya. Kantor-kantor juga memberikan waktu istirahat siang yang lebih panjang kepada para pegawainya di hari Jumat. Hidangan yang dimakan di hari Jumat itu juga spesial, yaitu couscous. Di berbagai restoran, couscous juga hanya disajikan di hari Jumat.
Couscous adalah butiran gandum yang dikukus dan diberi pelengkap di atasnya seperti sayur-sayuran dan daging (biasanya daging sapi atau domba). Tak lupa disediakan kuah kaldu terpisah yang bisa disiram di atas couscous sewaktu akan dimakan.
ADVERTISEMENT
Couscous dihidangkan dalam piring atau pinggan besar, dan diletakkan di tengah meja makan. Peserta makan siang duduk mengelilingi meja makan, sembari menikmati hidangan.
Couscous sayur dan daging sapi. Daging sapinya terbenam dibawah tumpukan sayur dan gandum. (foto: koleksi pribadi)
Couscous sendiri bukanlah makanan mewah, dan bagi warga lokal cukup mudah membuat hidangan ini. Tapi menyantapnya bersama-sama itulah yang menjadikannya istimewa.
Makan bersama bisa menjadi perekat keluarga. Bisa menjadi ajang saling bertukar kabar dan cerita tentang apa yang sudah dialami seminggu belakangan. Tradisi yang cukup sederhana, tapi tradisi makan bersama keluarga seperti ini bisa mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Kita bisa meniru kebiasaan makan bersama keluarga dan menjadikan momen ini sebagai momen untuk bercerita, berbagi dan saling mendukung. Kurang-kurangi makan diluar. Selain lebih ringan di kantong, makan di rumah mendekatkan kita pada keluarga.
ADVERTISEMENT
Bagi anak-anak, manfaatkanlah waktu bersama orang tua selagi mereka masih ada. Bagi orang tua, sering-seringlah berkumpul dengan anak-anak. Jangan sampai kita melewatkan masa tumbuh kembang mereka. Dengarkan cerita dan kesulitan mereka. Beri dukungan dan semangat, serta cinta yang membuat mereka tumbuh bahagia dan penuh percaya diri.