Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Endang Sukses Tembus Pasar Ekspor Bersama Bubuk Cabai
4 Maret 2023 16:29 WIB
Tulisan dari mhendrayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : M.Hendrayani
Endang Prihatin (43) ibu dengan tiga orang anak, pendidikan lulusan Aliyah di Pondok Pesantren Al Muayyad Jalan. K.H Samanhudi, Solo, tidak pernah membayangkan berkat bubuk cabai, dia bisa melanglang buana ke mancanegara, mulai dari Malaysia, Singapura, Arab Saudi hingga Slowakia.
ADVERTISEMENT
Hal ini berawal ketika dia melihat masyarakat di desa Genengadal, kecamatan Taroh, Grobogan tempat dia tinggal, sangat menyukai sambal yang mereka sebut sambal bubukan atau sambal brambut, cabai yang dikeringkan di terik matahari dengan beralaskan tampah dan diletakan di genting rumah.
Bagi Endang, ini peluang !. Bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari yang berjumlah 20 orang, Endang mulai membeli hasil panen cabai dari kelompok tani disekitarnya.
Guna memperlacar bisnis, dia bentuk CV. Mak Endang Gemilang dengan produk unggulan bubuk cabai yang diberi merek Chilia.
”tekad saya bulat ingin fokus ke produk olahan, modalnya saya pinjam dari saudara saudara saya dan alhamdulillah mereka dukung, selanjutnya saya beli sebanyak banyaknya hasil panen dari petani,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Tidak takut busuk? jika ditimbun yang banyak?
“Gak, soalnya kami langsung jemur, dan setelah kering kami simpan dalam karung dan tempat penyimpanannya pun di ruangan khusus, disusun di rak rak dan tidak menyentuh lantai, ini bisa bertahan hingga 1 tahun tidak busuk”. ujar Endang.
Keuletan Endang rupanya mendapat perhatian dari Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto. Beliau yang mendorong Endang untuk mengembangkan produk olahan melalui bantuan alat pengolahan.
Untuk mengenalkan produknya, Endang pun harus berdarah darah, “pertama saya memasarkan dengan cara door to door, saya datang ke kantor kantor pemerintah untuk berjualan. Selain jual, saya juga minta pendapat mereka soal rasa, tujuannya agar rasa bubuk cabai saya bisa diterima.”. ujar dia.
ADVERTISEMENT
“saya juga ikut expo yang sering diselenggarakan setiap tahun, dan biasanya saya paling senang jika ada sesi business meeting, disitu saya punya kesempatan memperkenalkan produk bubuk cabai,”tambahnya.
Anda menjelaskan pakai bahasa inggris?
“iya, walau bahasa inggris saya medok jowo,” kata dia.
Tidak disangka, bubuk cabai chilia mendapat sambutan positif dimasyarakat. Setiap bulannya 50.000 botol cabai bubuk ukuran 40 gram laku terjual.
Rupanya keuletan Endang menarik minat eksportir, kesepakatan pun dicapai. Tahun 2019, bubuk cabai chilia berhasil ekspor ke Jepang, Maldives, Singapura, Malaysia dan Arab Saudi. Setiap bulan Endang mengekspor 100 dus karton ke masing masing negara, setiap dus berisi 50 botol ukuran 40 gram.
Sukses Endang bersama olahan bubuk cabai tidak selamanya adalah kisah indah. Endang bercerita bagaimana dia jatuh bangun ketika memulai usaha ini. Harga bahan baku yang melonjak, produk yang dikembalikan, hingga ditipu pelanggan.
ADVERTISEMENT
“awalnya pemesanan saya diberikan uang muka, setelah barang saya kirim, orangnya kabur” kata dia. Kejadian tersebut bagi Endang adalah romantika dan tantangan dalam berbisnis yang mengajarinya untuk lebih berhati hati.
Saat ini, Endang makin melebarkan sayap usahanya bersama bendera PT. Rempah Tani Indoraya yang dia bentuk pasca pandemi. Produknya tidak hanya sebatas bubuk cabai tetapi juga berbagai macam rempah yang diolah dan dikemas dengan merek Shefu.
“koq namanya Shefu? artinya apa?
“Shefu dari kata She beautiful”, ujar dia.