Kisah Sarnata Sukses Ekspor Gula Aren

mhendrayani
Pranata Humas di BIRO HIP Kementan
Konten dari Pengguna
11 Desember 2023 9:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari mhendrayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gula aren. Foto: Meiliani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula aren. Foto: Meiliani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai anak petani, Sarnata (30) sadar betul bahwa pertanian adalah jalan hidupnya. Bahkan semasa kuliah di Universitas Tirtayasa, Serang, Banten jurusan agribisnis, kata-kata dosennya membekas begitu dalam.
ADVERTISEMENT
“kalian masuk di agribisnis disiapkan untuk menjadi praktisi pertanian, entah jadi pengusaha pertanian atau birokrat pertanian yang penting masuk ke dalam bidang pertanian, maka jadilah pengusaha pertanian," kata Sarnata.
Sarnata merasa tertantang. Dia merasa ini jadi beban moral. Sebagai anak petani, bapak hingga kakek adalah petani, kuliah dibidang pertanian serta didapuk jadi ketua himpunan agribisnis di kampus, maka pertanian sesungguhnya adalah jalan hidup bagi dia, Jika memilih bekerja di sektor lain, apa bedanya dengan kakak kelas, kuliah di bidang pertanian tetapi lebih memilih berkarier di sektor perbankan. Baginya ini bidang terjal yang harus dijalani.
“Mengapa dianggap terjal..”
“Saya bukan anak pengusaha, anak petani jadinya gak punya modal usaha, saya bisa kuliah saja karena ada beasiswa, dan ini sangat saya syukuri,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Tetapi menurutnya usaha itu harus dirintis sejak awal karena jika menunggu selesai kuliah, maka godaan bekerja di kantor akan jauh lebih besar.
“Sudah terbayang jika saya rintis setelah selesai kuliah, dan ketika satu dua tahun belum berjalan, maka saya tidak punya alasan untuk tidak kerja untuk mendukung usaha, pastinya saya akan memilih ngantor,” tambahnya.
“Lalu dari mana modal anda ketika memulainya.”
“Saya ikuti setiap kompetisi atau lomba yang ada hadiah uangnya, alhamdulillah juara II di kompetisi business plan yang diselenggarakan Bank Rakyat Indonesia, Banten hadiahnya 2 juta rupiah lumayan buat modal,” kata dia.
Sarnata punya motto untuk menekuni usaha yaitu tekad, business plan dan tekun. Diawali dengan mengikuti berbagai forum bisnis, dan googling potensi bisnis di sektor pertanian, akhirnya di tahun 2015 jelang akhir masa kuliah, dia putuskan menekuni bisnis gula aren.
ADVERTISEMENT
“Mengapa pilih gula aren,”
“Setelah saya googling ternyata Banten itu penghasil gula aren terbesar di Indonesia, jadi soal bahan baku bukan masalah, terus saya lihat pasarnya stabil, permintaan domestik dan pasar luar negeri tetap tinggi,” tutur Sarnata.
Sarnata pun mulai pelajari cara pengolahan gula aren dari youtube. Tak hanya sebatas menonton dia datangi rumah petani aren di sekitar Desa Munjul dan ikut terlibat dalam proses pengolahan gula aren.
“Saya datangi rumah rumah petani aren di sekitar Munjul, saya praktikkan, mulai ikut ke kebun, setelah dideras dari pohon aren, ikut rebus air nira, sekalian belajar sama2 dengan petani dari youtube cara bagaimana mengolah yang benar, setelah jadi gula aren saya beli langsung dari petani dan lanjut diolah di rumah,” jelas Sarnata.
Sarnata (kanan) bersama petani penderes nira di Munjul. (photo:hendra)
Ada hikmah di setiap kejadian, bisnis olahan gula aren Sarnata menanjak di saat pandemi covid-19. dia pun memberanikan diri membuat brand minuman jahe aren dengan nama Arenta (Aren Nusantara).
ADVERTISEMENT
“Gak saya pungkiri pada saat covid-19, produk olahan saya jahe aren dengan brand Arenta mengalami permintaan yang tinggi mulai dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan,” ujar dia.
Dari awalnya hanya dengan modal dan peralatan terbatas, kini Sarnata sudah memiliki toko display produk dan rumah produksi serta mempekerjakan 6 orang karyawan
Guna menjamin ketersediaan pasokan, Sarnata membentuk kelompok tani gula aren Mekarsari II dengan jumlah anggota sebanyak 64 orang petani. Dia aktif berikan bimbingan teknis kepada kelompok maupun individu tentang bagaimana pengolahan gula aren yang baik.
“Soal harga ke petani bagaimana,”
“Saya bentuk koperasi yang memiliki legalitas hukum agar ada perputaran asset, artinya koperasi ini menjamin kepastian harga dan pasar. Kepada petani saya sampaikan silakan produksi saya akan terima, soal harga saya sampaikan jika pembayaran dipenuhi dalam jangka waktu 3 hari dan ini selalu terpenuhi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Terkait soal pasar Sarnata menambahkan bahwa bisnis yang dijalankan lebih menitikberatkan pada kemitraan yaitu business to business.
“Pemasaran melalui medsos itu bagus, tetapi bagi saya ada semacam psikologi yang berbeda, apakah sebagai penjual atau produsen , Jika sebagai produsen, energi jangan dihabiskan untuk pasar, karena kita tidak mencari end user, tetapi yang kita cari Mitra yaitu B to B,jika posisi kita sebagai konsumen maka akan melihat ke marketplace tetapi jika sebagai penjual maka akan dicari pemilik dari produsen, karena ada jaminan pasokan produk, sedangkan marketplace adalah reseller,” jelas Sarnata.
Saat ini dengan produksi mencapai 4 ton perbulan, dan omzet 120 juta rupiah perbulan, produk gula aren Sarnata sudah masuk ke pasar Malaysia dan Singapura dan ini sudah berjalan sejak akhir tahun 2022.
ADVERTISEMENT