Konten dari Pengguna

Miskin Disiplin Berkendara, Ancaman Saat Libur Nataru

mhendrayani
Pranata Humas di BIRO HIP Kementan
16 Desember 2022 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari mhendrayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : M. Hendrayani.
Pemerintah semakin sibuk membenahi akses jalan-jalan sambut libur akhir tahun atau sering disebut libur natal dan tahun baru. Salah satu pelayanan ekstra yang diberikan Pemerintah adalah di Pulau Jawa tempat lebih 50 persen penduduk Indonesia berada, dimana sudah ada akses jalan tol dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Beberapa ruas jalan tol baru bahkan telah siap untuk dapat dinikmati masyarakat diantaranya jalan tol Cisumdawu hingga Semarang menuju Demak sepanjang 16,1 KM.
ADVERTISEMENT
Di masa liburan saat ini transportasi darat adalah pilihan paling populer. Selain murah, berbagai lokasi saat ini mudah diakses melalui tol. Di sisi lain, ada faktor yang masih yang menjadi pekerjaan rumah oleh pemerintah maupun masyarakat, yakni perihal etika berkendara.
Tentunya persoalan keamanan dan keselamatan transportasi darat menjadi prioritas bagi pemerintah, terlebih masa liburan seperti saat ini. Data Kementerian Perhubungan pada tahun 2021, jumlah kecelakaan di darat 103.645 kasus dengan korban meninggal mencapai 25.266 jiwa, sedangkan pada tahun 2020 jumlah kasus kecelakaan mencapai 100.028 kasus. Adanya peningkatan sebanyak 3,6 % ini menjadi peringatan sangat serius betapa keamanan berkendara menjadi sektor yang perlu pembenahan.
Jika demikian apakah ini serta merta menjadi tanggung jawab Kementerian Perhubungan? masyarakat sebagai pengguna kendaraan juga turut serta memiliki andil sangat besar dalam meningkatnya kasus kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Kita harus berani jujur tentang budaya keselamatan dalam berkendara masih sangat rendah di masyarakat. Perilaku yang nyeleneh sering diperlihatkan para pengguna kendaraan roda empat misalnya, tak peduli kendaraannya dari yang kelas sederhana hingga premium, sering kita jumpa setiap hari penggunaan bahu jalan di tol saat ingin mendahului, padahal rambu dan keterangan sudah sangat jelas yaitu melarang menggunakan bahu jalan kecuali untuk kendaraan dalam keadaan darurat.
Kendaraan truk, bis atau mobil dengan kecepatan lebih rendah di sebelah kiri. Batas kecepatan pada beberapa titik jalur juga sudah ditetapkan, tetapi masih terlihat kendaraan melebihi batas kecepatan layaknya sedang beraksi di sirkuit Le Mans.
Tak heran sejumlah kecelakaan lalu lintas di jalan tol marak terjadi. Seolah rambu yang menunjukkan batas kecepatan maksimal hanya menjadi hiasan. Ini semakin diperparah minimnya petugas pengelola jalan tol yang jarang berpatroli guna menegur pengendara yang membahayakan pengendara lain. Ironisnya, masih sering terlihat kendaraan pribadi yang dikawal dengan iring iringan mobil berkecepatan tinggi dan menggunakan lampu strobo.
ADVERTISEMENT
Diluar tol, kita bisa menyaksikan pengendara roda dua pun setali tiga uang belum menerapkan etika berlalu lintas. Dimulai dari menerobos lampu merah, memotong jalur walau berlawanan arah, berhenti di zebra cross tepat di saat lampu lalu lintas nyala merah, hingga menerobos jalur khusus bis. Ini seolah menjadi biasa dan kurang gagah jika tidak menabrak aturan.
Kendaraan Roda dua yang melawan arah hanya untuk memersingkat waktu tetapi rawan kecelakaan. (sumber: hn/)
Selain kampanye budaya keselamatan berkendara, perlu digalakkan penegakan hukum yang tegas bagi setiap pelanggar, dan mungkin perlu di setiap pintu masuk tol dan perempatan jalan utama menggunakan “announcer” untuk mengingatkan kembali pentingnya keselamatan dalam berkendara. Mengenai narasi, serahkan saja kepada Kemenhub atau Korlantas Polri yang lebih paham.
Jangan lupa konsumsi buah buahan guna menjaga konsentrasi dalam berkendara. Selamat berlibur, jaga keselamatan.
ADVERTISEMENT