Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Karya Sastra Puisi Periode 80 (Orde Baru)
2 April 2022 14:38 WIB
Diperbarui 5 Juni 2022 14:47 WIB
Tulisan dari Muhamad Rafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PENDAHULUAN
Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Selain itu, puisi juga suatu karya sastra yang pemaparannya mengutamakan keindahan bahasa dan makna. Puisi merupakan sastra yang paling tua. Puisi sudah ada jauh sebelum masa Orde Baru muncul.
ADVERTISEMENT
Era Orde Baru muncul sejak tahun 1966-1998, saat itu Indonesia dipimpin oleh Soeharto. Orde Baru memiliki ciri bahwa semua keputusan mengacu pada presiden dan hak-hak bersuara sangat dibatasi. Karya sastra era Orde Baru atau angkatan 80 diwarnai dengan adanya berbagai aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan partai politik. Pada saat ada karya sastra yang dianggap sebagai provokasi, menyinggung, dan mengancam, Soeharto langsung menindaklanjuti hal tersebut.
Dengan begitu, alasan penulisan artikel ini adalah memberikan gambaran bagaimana karya sastra pada puisi di masa Orde Baru. Di mana sudah kita ketahui bahwa para sastrawan di era Orde Baru banyak yang membuat sebuah karya dengan tujuan untuk mengkritik pemerintah. Selain itu, di dalam artikel ini menyebutkan beberapa sastrawan pada era Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui karya sastra puisi di masa Orde Baru dan untuk mengetahui sastrawan pada masa Orde Baru atau di angkatan 80
Manfaat penulisan adalah menambah wawasan tentang bagaimana puisi pada masa Orde Baru serta menambah informasi terkait sastrawan yang ada pada masa Orde Baru.
PEMBAHASAN
Sastra era Orde Baru atau angkatan 80 sudah ada sejak Soeharto menjabat sebagai presiden Republik Indonesia dan beliau pernah juga memegang jabatan di militer, dapat dipastikan bahwa pada masa itu pemerintahan Soeharto sangat kokoh dengan berbagai perlindungan militer. Era Orde Baru memiliki ciri-ciri bahwa semua keputusan hanya tertuju pada presiden dan dibatasinya hak bersuara.
Penyair Indonesia banyak yang membuat puisi hanya untuk mengkritik pemerintah yang menjalankan tugasnya secara tidak adil. Para penyair tentu saja melihat ketidakadilan pemerintah dan dijadikannya sebuah tema dalam pembuatan puisinya.
ADVERTISEMENT
Pada kala itu, perkembangan sastra mendapatkan banyak ruang, banyak media cetak terutama koran yang menampung puisi, sehingga sastra begitu berkembang dengan cepat. Puisi memang ketika era Orde Baru bisa dikatakan dapat berkembang dengan pesat. Akan tetapi, para penulis merasa tidak bebas karena banyak penyair yang sudah membuat puisi untuk mengkritik pemerintah justru ditangkap dan dipenjara, disebabkan karena puisinya yang dinilai mengandung ejekan.
Para penyair mempunyai semangat, walaupun banyaknya aturan dalam pembuatan puisi tidak berkurangnya semangat untuk tetap mengkritik pemerintah. Penyair tidak ada sedikit rasa takut untuk mewakili tangisan rakyat dengan membuat puisi melalui media massa, seperti koran dan majalah. Di era itu hanya ada koran yang menjadi salah satu media terbaik untuk mencari informasi. Televisi dan radio pada saat itu belum berkembang dengan pesat.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya pada angkatan 80 atau di era Orde Baru bukan karya sastra puisi yang berkembang, melainkan banyak sastrawan yang menulis karyanya lewat novel, roman, film, dan sebagainya. Pada era Orde Baru, karya sastra selain puisi yang berkembang dengan pesat adalah film. Perfilman pada era itu banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat, misalnya film Gita Cinta SMA.
Sastrawan di Era Orde Baru atau Angkatan 80
Selain puisi, banyak karya sastra yang berkembang di era Orde Baru. Banyak para sastrawan yang berperan penting di dalam perkembangannya, di antaranya adalah:
1. Hilman Hariwijaya karya-karyanya Olga, Lulu, Keluarga Hantu, Vanya, Vladd, dan lain sebagainya.
2. Marga T. karya pertama yang berjudul Kamar 27, sedangkan buku pertamanya berjudul Rumahku Adalah Istanaku
ADVERTISEMENT
3. Ahmadun Yosi Herfanda karya-karyanya, yaitu puisi berjudul Sang Matahari, Sajak Penari, Fragmen-Fragmen Kekalahan, Sembahyang Rumputan. Selain itu, ada juga buku karya Ahmadun Yosi, yaitu Resonansi Indonesia (kumpulan puisi), Dialektika Antara Sastra, Kolusi (kumpulan cerita pendek).
4. Mira Widjaja karya-karyanya Benteng Kasih (cerita pendek), Dari Jendela SMP (novel), Saat Hati Telah Memilih (novel), Di sini Cinta Pertama Kali Bersemi (novel), dan lain sebagainya.
5. Nh. Dini karya-karyanya Pada Sebuah Kapal (novel), Namaku Hiroko (novel), Orang-Orang Tran (novel), Pertemuan Dua Hati (novel), Hati yang Damai (novel), dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Puisi merupakan karya sastra yang unik, keindahan makna dan bahasanya menjadi ciri khas tersendiri pada setiap baitnya. Puisi sudah lama muncul, bahkan sebelum adanya era Orde Baru. Perjalanan puisi begitu pesat di era Orde Baru. Pada era tersebut, Soeharto menjabat sebagai presiden Indonesia. Era 80 membuat para penyair Indonesia mengkritik pemerintah lewat karyanya yang berupa puisi.
ADVERTISEMENT
Namun, era itu justru membuat para penyair merasa tidak bebas. Tetapi hal tersebut, tidak membuat para penyair putus asa. Di era Orde Baru bukan hanya puisi saja yang berkembang, melainkan karya sastra yang lainnya pun juga berkembang, seperti novel, cerita pendek, dan perfilman.
Daftar Pustaka
Rismawati. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya Akademika. 2017.