Menumbuhkan Kesadaran Manusia Lewat Pertunjukan Teater Karya Heru Kesawa Murti

Muhamad Rafi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2022 22:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Rafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Maret lalu tepatnya tanggal 17-19 Teater Syahid kembali menggelar pementasan dengan lakon yang berjudul "Dhemit" disutradarai oleh Hana Nur Annisa. Pementasan tersebut dilaksanakan di Aula Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lakon “Dhemit” ini diciptakan oleh salah satu seniman, yaitu Heru Kesawa Murti. Naskah tersebut menceritakan kaum dhemit yang merasa terancam karena lingkungan tempat tinggalnya dirusak oleh manusia.
Pementasan Dhemit di Youtube Teater Syahid. Sumber: tangkapan layar (dokumentasi pribadi)
Pementasan dengan lakon "Dhemit" ini diangkat dari masalah lingkungan yang terjadi di sekeliling kita, misalnya adanya penebangan hutan dan perebutan lahan yang dipakai untuk kepentingan pribadi atau kepentingan suatu proyek pembangunan. Isu yang diangkat pada lakon tersebut masih hangat untuk dibicarakan, mengingat pada saat itu sedang adanya berita tentang perampasan lahan yang terjadi di desa Wadas.
ADVERTISEMENT
Tokoh dalam pementasan "Dhemit" bisa terbilang cukup banyak. Tokoh utama pada lakon "Dhemit" itu adalah Rajegwesi dan Suli. Rajegwesi sebagai kontraktor, sedangkan Suli sebagai konsultannya. Tokoh Rajegwesi merupakan tokoh utama yang memiliki sifat serakah, egois, dan keras kepala. Rajegwesi ingin mengambil semua keuntungan dari proyek yang sedang direncanakan dan dia tidak peduli terhadap saran yang sudah diberikan dari Suli sebagai konsultannya dan sesepuh desa.
Hal tersebut terlihat dari beberapa dialog dan adegan Rajegwesi yang menggambarkan bahwa dirinya serakah, terutama pada adegan di mana Suli ditemukan oleh sesepuh desa, akan tetapi Rajegwesi ingkar janji. Ketika Suli sudah ditemukan akibat diculik dhemit, Rajegwesi justru meledakkan bom ke hutan. Akibatnya tanah di hutan itu longsor, sehingga Rajegwesi terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
Tokoh selanjutnya yang menjadi tokoh utama adalah Suli. Suli merupakan konsultan Rajegwesi, dia mempunyai sifat yang cerdas dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut dipertegas pada dialog Suli yang berbunyi pak Rajeg jangan hanya menyalahkan saya, pak Rajeg sudah mengetahui sendiri tanah di sini labil dan mudah longsor. Saya sudah pernah mengusulkan agar dibuat sistem terasering, tapi selalu diremehkan dan pada dialog bukan begitu, pak Rajeg. Kita sebagai orang baru di sini sebaiknya menghargai pemikiran penduduk ini.
Tokoh dhemit berjumlah enam orang, setiap dhemit memiliki sifat yang berbeda-beda. Dhemit 1 mempunyai sifat yang peduli terhadap kelima dhemit yang lainnya dan dia selalu membela para dhemit, hal itu dipertegas pada dialog kita ini baru terkena musibah teman-teman kita banyak yang menderita, ini keadaan darurat kamu masih saja bicara birokratis seperti itu. Dhemit 2 memiliki sifat yang keras kepala, hal itu terlihat ketika berdialog dengan Dhemit 1.
ADVERTISEMENT
Dhemit 3 memiliki sifat yang cerewet dan memiliki ciri khasnya sendiri, yaitu tertawa. Terlihat pada dialog kita ini lagi terdesak, kamu berdua tidak usah banyak bicara. Dhemit 4 memiliki sifat yang cerewet dan memiliki ciri khas dari bentuk tubuhnya. Dhemit 5 memiliki sifat yang keras kepala, terlihat pada adegan Suli diculik oleh dhemit 5 yang sebenarnya Lurahe sebagai ketua dhemit tidak menyuruhnya untuk menculik Suli, tetapi sifat lain yang ada pada dhemit 5 adalah lucu. Hal itu terlihat pada penggalan dialognya. Dhemit 6 memiliki sifat yang lucu dan lambat dalam berbicara atau gagap. Kelucuan dhemit 6 bisa mencairkan suasana di mana ketika adanya adegan yang serius tiba-tiba bisa membuat penonton tertawa.
ADVERTISEMENT
Tokoh Lurahe merupakan ketua dari para dhemit. Sebagaimana ketua Lurahe memiliki sifat yang kepemimpinan terhadap para dhemit. Selain itu juga, Lurahe memiliki sifat yang ambisius untuk memberikan pelajaran pada manusia yang serakah, seperti Rajegwesi. Tokoh sesepuh desa memiliki sifat yang empati dan baik hati terhadap sesama manusia.
Hal itu terlihat pada adegan sesepuh desa membantu Rajegwesi untuk menemukan Suli yang diculik dhemit. Tokoh pembantu sesepuh desa memiliki sifat yang pemarah dan pembantah, terlihat pada adegan saat sesepuh desa sedang beradu mulut dengan Rajegwesi, seperti pada dialog kamu salah yang ke-178 kali.
Pada tokoh pekerja hanyalah pembantu dari adegan yang ada, dalam artian tokoh pekerja hanya pengisi suasana saja. Tokoh warga desa memiliki sifat yang marah, artinya warga desa memiliki rasa kesal terhadap Rajegwesi yang sudah mengambil lahan pekerjaannya untuk dibuat proyek pembangunan.
ADVERTISEMENT
Latar tempat pada pementasan tersebut adalah di sebuah pedasaan yang dekat dengan perhutanan. Terlihat sangat jelas bahwa pementasan tersebut mengambil tema hutan yang digunakan para warga desa sebagai tempat untuk mencari nafkah. Hutan itu juga yang membuat Rajegwesi terkena musibah akibat keegoisannya dengan mendatangkan tanah longsor. Latar suasananya adalah menegangkan dan menyedihkan. Terlihat menegangkan ketika tokoh Rajegwesi tertimpa longsor dan pada saat warga desa marah kepada Rajegwesi. Terlihat menyedihkan pada saat warga desa yang merasa sedih lantaran hutannya ditebang, karena hutan tersebut merupakan sumber pencarian mereka. Latar waktu terjadi pada siang hari.
Pada pementasan lakon dhemit ini menggunakan alur maju mundur. Awalnya bagaimana para dhemit merencanakan sesuatu, sampai di pertengahan dhemit 1 menceritakan kembali apa yang sudah terjadi atau flashback kejadian yang pernah terjadi. Hingga pada alur terakhir menceritakan tentang adanya sebab dan akibat. Sudut pandang dari pementasan Dhemit menggunakan sudut pandang campuran.
ADVERTISEMENT
Dialog antar pemain menempatkan dirinya dari satu tokoh ke tokoh yang lainnya melalui sudut pandang yang berbeda-beda, misalnya aku, kamu, mereka, dia, dan sebagainya. Akan tetapi jika sudut pandang campuran biasanya penulis naskah bisa masuk ke dalam cerita tersebut, sedangkan pada pementasan tersebut penulis naskah tidak masuk ke dalam cerita tersebut.
Amanat dari pementasan dengan lakon tersebut adalah jangan bersifat serakah terhadap suatu hal. Manusia hidup di dunia ini tidak sendirian, walaupun terbilang kita berbeda dimensi dengan makhluk gaib tetapi kita tidak boleh sampai mengganggu kehidupan mereka dan kita sesama manusia juga tidak boleh serakah. Sangat jelas terlihat dalam pementasan Dhemit tersebut adanya seorang yang serakah, tidak mementingkan keselamatan sesama manusia maupun sesama makhluk gaib.
ADVERTISEMENT
Lakon dengan judul "Dhemit" merupakan naskah karya Heru Kesawa Murti. Beliau lahir di Yogyakarta, 9 Agustus 1957 dan meninggal pada 1 Agustus 2011 pada usia 54 tahun. Heru Kesawa Murti merupakan seorang penulis naskah dan aktor dalam teater di Indonesia. Peristiwa yang menjadi dasar naskah Heru Kesawa Murti menulis naskah ini adalah adanya masalah yang sering terjadi pada kehidupan sosial di masyarakat. Selain naskahnya yang berjudul "Dhemit" ada dua naskah lainnya yang berjudul "Sindhen" dan "Buruk Muka Cermin".
Pada naskah "Dhemit" Heru Kesawa Murti mengisahkan kisah seorang yang serakah, dengan keserakahannya itu dia menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkannya, salah satu caranya adalah menghancurkan hutan demi kepuasaan pribadinya.
Keadaan sosial yang terlihat pada pementasan tersebut adalah pada masyarakat pedesaan atau warga desa yang mata pencariannya bertitik fokus pada hutan. Terjadinya konflik antara manusia dengan dhemit, ditandai dengan hilangnya tokoh Suli akibat diculik dhemit. Keadaan sosial juga terlihat dari tokoh Rajegwesi yang begitu serakah. Beda halnya dengan nilai kepercayaan terhadap lakon tersebut. Nilai kepercayaan tergambar pada adegan sesepuh desa yang masih menggunakan sesajen sebagai alat bantu untuk berkomunikasi kepada para dhemit. Sesepuh desa dan warga desa masih mempercayai hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Lakon dengan judul Dhemit ini menghasilkan emosi, misalnya rasa marah, rasa senang atau bahagia, rasa kecewa, dan rasa kasihan. Rasa marah ditimbulkan ketika tokoh Rajegwesi yang serakah, dia tidak peduli sedikitpun terhadap warga desa. Rasa senang ditimbulkan dari salah satu dhemit yang memang memiliki karakter lucu.
Rasa kecewa ditimbulkan pada saat Rajegwesi ingkar janji kepada sesepuh desa, jika sesepuh desa berhasil mengembalikan Suli, maka warga desa akan diberi pekerjaan. Tapi tidak dengan Rajegwesi yang justru ingkar terhadap janjinya. Rasa kasihan timbul ketika warga desa sulit mencari pekerjaan akibat pohon yang ada di hutan ditebang untuk proyek pembangunan.
Pada saat menganalisis suatu karya sastra, pasti setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda terhadap kelebihan dan kekurangan dari karya tersebut. Pendapat penulis mengenai kelebihan dari pementasan dengan lakon berjudul "Dhemit" adalah dari secara keseluruhan pementasannya itu bagus, layak untuk ditonton. Selain itu, pementasan tersebut juga didukung dengan artistik, tata lampu, dan musik yang membuat penonton takjub dengan keindahan dari permainan panggungnya.
ADVERTISEMENT
Melihat dari masing-masing aktor atau pemain mempunyai kelebihan yang berbeda, akan tetapi secara keseluruhan para aktornya terlihat bagus, mulai dari segi vokal, respon terhadap pemain, kekuatan di atas panggung, dan lain sebagainya. Kekurangan dari pementasan tersebut menurut penulis terlihat pada masing-masing pemainnya. Tidak semua pemainnya itu melakukan hal yang sama, tetapi ada sebagian pemain yang terlihat dari segi vokal masih kurang. Lalu, adanya artikulasi yang kurang jelas. Terlihat ada salah satu pemain yang masih kurang terhadap respon yang terjadi antar pemain.