Resep Meraih Kebahagiaan Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali

Muhammad Sahal
MA Al-Hikmah, Siswa SMA/MA kelas 2
Konten dari Pengguna
12 Juni 2022 21:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Sahal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambaran kitab karya ulama salaf/ahlus sunnah wal jama'ah di Perpustakaan/Maktabah. Sumber : https://unsplash.com/s/photos/kitab-kuning
zoom-in-whitePerbesar
Gambaran kitab karya ulama salaf/ahlus sunnah wal jama'ah di Perpustakaan/Maktabah. Sumber : https://unsplash.com/s/photos/kitab-kuning
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bahagia. Satu kata dengan tarikan magnet yang luar biasa, bagi setiap insan berlomba-lomba mencarinya. Berbagai jalan ditempuh untuk mendapatkan, hanya sebagian orang menyangka bahagia ada di dalam harta. Kemudian mereka dengan gigihnya menimbun harta, dari siang sampai malam dihabiskan untuk mendapatkan harta. Padahal tidak sedikit orang yang berlimpah harta, untuk mengakhiri hidup secara mengenaskan.
ADVERTISEMENT
Ada juga menyangka bahagia ada di dalam pangkat dan jabatan, kemudian bersaing-saingan untuk mendapatkannya. Segala cara di halalkan yang penting menjadi orang terpandang dan berkedudukan tinggi, padahal betapa banyaknya pangkat dan jabatan hanya membawa seseorang ke jurang masalah.
Kelompok lain menyangka bahagia ada di dalam kepopuleran, kemudian mereka mengerahkan segala usaha untuk menjadi terkenal. Dalam benaknya, terkenal akan membuat banyak orang memujinya, mengikutinya dan membelanya. Padahal banyak orang terkenal justru merasakan sebaliknya, hidupnya tidak bebas. Bahkan setiap gerak geriknya diawasi setiap mata, salah sedikit akan menjadi berita besar bahkan mendunia.
Begitulah bahagia. Meski banyak jalan ditempuh, ternyata tidak semuanya menyampaikan seseorang kepada kebahagiaan. Lalu jalan manakah yang akan menyampaikan seseorang kepada kebahagiaan..? Seseorang ulama pembaharu (mujaddid) abad ke-5 H, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali coba memberitahukan jalan kebahagiaan. Melalui karyanya yang berjudul Kitab Kimiya' Al-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan), Al-Ghazali mengajak kita untuk menapaki jalan kebahagiaan itu. Ada sebuah ungkapan berbunyi, begini :
ADVERTISEMENT
Ungkapan ini mungkin cocok untuk karya Al-Ghazali ini. Meski tipis, kitab ini memuat isi yang sangat berbobot, gaya bahasanya yang begitu mendalam, pembahasannya sangat mendasar, membacanya memerlukan ketelitian, memahaminya membutuhkan keseriusan dan mengamalkannya membutuhkan keikhlasan. Itulah yang membedakan kitab ini dengan buku lainnya yang membahasa tentang kebahagiaan.
Menurut Al-Ghazali, jalan kebahagiaan yang hakiki adalah jalan mengikuti jalan kenabian. Beliau (Al-Ghazali) mengatakan :
ADVERTISEMENT
Maksud jalan kenabian disini adalah menyucikan diri dari akhlak-akhlak tercela dan sifat-sifat binatang serta mengisinya dengan ilmu dan hikmah untuk menapaki jalan kebahagiaan. Hal ini di jelaskan dalam firman Allah di dalam Al-Qur'an, yang berbunyi :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الجمعة : 2)
Terjemahannya :
Jalan kenabian adalah jalan yang terang karena berdasarkan wahyu, yang mengikuti jalan kenabian sama dengan menempuh jalan yang sangat jelas petunjuknya menuju kebahagiaan. Allah SWT sudah mengutus ribuan Nabi untuk menjadi petunjuk ke jalan kebahagiaan, jalan itu kemudian menjadi sempurna dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, tidak ada jalan kebahagiaan selain mengikuti jalan mereka.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, untuk menyesucikan diri manusia harus mengenali dirinya dengan segala sifat-sifatnya. Banyak orang yang belum mengenali hakikat dirinya, mereka mengira manusia hanyalah bagian yang tampak seperti kepala, tangan, kaki dan lainnya. Pandangan seperti ini tentu saja keliru. Sbab manusia bukan hanya aspek jasmani, tapi juga rohani. Inilah pentingnya setiap orang tahu, apa sebenarnya manusia, dari mana asalnya, untuk apa diciptakan, lalu dengan apa ia bisa meraih kebahagiaan.
Atas dasar itulah, Imam Al-Ghazali menyatakan :
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sifat-sifat ini ada pada diri manusia. Perihalnya, kebahagiaan seperti apakah yang diinginkan manusia..? Apakah seperti binatang jinak yang berbahagia ketika makan, minum, tidur, kawin dan sebagainya. Atau binatang buas yang bahagia, ketika menyerang dan melumpuhkan musuhnya. Atau malah seperti setan yang berbahagia, ketika menipu, berbuat makar dan kejahatan. Atau ingin merasakan kebahagiaan sebagaimana malaikat, yang bisa merasakan indahnya kehadiran di tengah kesakralan Tuhan.
Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali menyatakan :
ADVERTISEMENT
Sebagaimana karyanya yang lain, dalam kitab ini pun Al-Ghazali selalu menggunakan pendekatan analogis. Al-Ghazali kemudia membuat perumpamaan manusia seperti kota. Hati sebagai raja, akan sebagai menterinya, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnnya sebagai lahannya, kekuatan syahwat sebagai walikotanya dan amarah sebagai transportasinya. Setiap manusia harus memahami cara mengatur dirinya untuk mencapai kebahagiaan. Al-Ghazali mengingatkan :
ADVERTISEMENT
Pernyataan Al-Ghazali itu menegaskan bahwa hati memainkan peran penting dan sentral dalam mencapai kebahagiaan. Namun, dari semua kebahagiaan yang ada, menurut al-ghazali kebahagiaan yang terbesar dan hakiki adalah mengenal Allah SWT (Ma'rifatullah). Al-Ghazali menyatakan :
ADVERTISEMENT
Jalan untuk sampai pada tingkat ma'rifatullah itu adalah dengan mengenal dirinya terlebih dahulu, sebagaimana yang telah lalu. Menurut Al-Ghazali ialah
Inti Kitab Kimiya' Al-Sa'adah ialah jalan untuk membersihkan diri dari sifat-sifat tercela (takhalli) dan menghiasinya dengan sifat terpuji (tahalli). Keduanya itu adalah jalan yang pernah ditempuh oleh para nabi untuk mencapai kebahagiaan hakiki berupa ma'rifatullah.
Kedalaman ilmu Al-Ghazali memang membuat kandungan kitab menjadi tidak biasa, untuk memahminya dengan baik mungkin memerlukan beberapa kali membacanya. Oleh karena itu, sebagai pengantar memahami Kitab Kimiya' Al-Sa'adah ini sebaiknya kaum muslimin membaca dan mengkaji Kitab Bidayatul Hidayah (Permulaan Hidayah) terlebih dahulu. Tentunya di bawah bimbingan guru yang ahli dalam bidang tasawuf dan memahami pemikiran Al-Ghazali dengan baik dan penting untuk diperhatikan. Jika tidak, hasil kajiaannya bisa melahirkan pandangan yang berbeda terhadap sosok Hujjatul Islam ini.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, bisa dilanjutkan kajian yang lebih luas mengenai jalan-jalan menuju kebahagiaan lewat karya lain Al-Ghazali seperti Ihya 'Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) dan Mizan Al-'Amal (Neraca Amal).
Walhasil, melalui karyanya ini Imam Al-Ghazali ingin menyampaikan pesan kepada kita semua agar tidak tertipu dengan kebahagiaan semu. Kebahagiaan sejati bukan ada pada nikmatnya makan, minum, syahwat, harta, jabatan, popularitas dan sebagainya. Kebahagiaan hakiki adalah ketika hati semakin dekat dan mengenal penciptanya, yaitu Allah SWT. Kebahagiaan yang tidak akan pernah berakhir, yang akan dirasakan manisnya di dunia sampai ke akhirat.
Wallahu'alam Bish-shawaab