Jokowi: 35% Gerai Ritel di China Tutup Akibat Toko Online

23 Oktober 2017 21:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo di Acara Rembuk Nasional ke-3 (Foto: Yudhistira Arman/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di Acara Rembuk Nasional ke-3 (Foto: Yudhistira Arman/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya saat membuka acara Rembuk Nasional 2017 di JI Expo malam ini, Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan besar di dunia. Perkembangan teknologi sangat cepat, banyak kemudahan berkat kemajuan internet.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara besar harus bisa menyesuaikan diri, jangan sampai tertinggal oleh negara-negara lain.
"Ke depan semuanya basisnya kita digital. Sangat berbahaya sekali kalau tidak kita mulai. Ini kesempatan kita, kalau kita bisa ambil, kalau tak bisa ya ditinggal," kata Jokowi di JI Expo, Jakarta, Senin (23/10).
Salah satu dampak dari digitalisasi ekonomi ini adalah perubahan pola belanja masyarakat. Banyak orang yang kini lebih senang berbelanja online ketimbang pergi ke pusat-pusat belanja.
Akibatnya, banyak toko yang tutup. Di China misalnya, kurang lebih 35% gerai ritel sudah tutup karena banyak orang yang lebih memilih belanja di toko online.
"Di Tiongkok, saya dapat informasi 30-35% toko tutuo, karena ada pergeseran dari toko ke online. Ini namanya perubahan, dengan perubahan-perubahan ini akan terjadi landscape politik yang berubah, ekonomi, dan sosial yang berubah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Fenomena yang sama terjadi juga di Indonesia. Ramayana dan Matahari Department Store sudah menutup gerai-gerainya yang sepi. Lotus Department Store pun menutup seluruh gerainya akhir bulan ini.
"Ini yang harus diantisipasi. Kalau sudah berubah politik, politik nasional juga berubah, ekonomi berubah, ekonomi nasional kita berubah," tutupnya.