Kompor Listrik Lebih Hemat dari LPG, Tapi Tak Terjangkau Orang Miskin

8 November 2017 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kompor listrik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kompor listrik (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan baru-baru ini melontarkan ide memperluas penggunaan kompor listrik untuk memangkas impor dan subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (kg).
ADVERTISEMENT
Jonan menyebut kompor listrik jauh lebih hemat dibanding kompor gas. Menurut hitungannya, biaya pemakaian kompor listrik hanya sekitar 50-60% kompor gas.
Menanggapi wacana tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengungkapkan bahwa memasak dengan kompor listrik memang relatif murah.
Tapi harga kompor listrik jauh lebih mahal dibanding kompor gas, sekitar Rp 600 ribu sampai kisaran Rp 1 juta. Sedangkan kompor gas harganya di bawah Rp 500 ribu.
"Dibanding pakai LPG memang lebih efisien. Tapi coba cari kompor listrik, harganya Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta-an. Kalau sasarannya orang miskin, mereka enggak bisa beli," ucap Fabby kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (8/11).
Selain itu, kompor listrik yang kualitasnya bagus membutuhkan daya 800 Watt sampai 1.600 Watt. Tentu hanya rumah-rumah yang berlangganan listrik di atas 1.300 VA yang bisa memakainya.
ADVERTISEMENT
Sementara pengguna LPG 3 kg umumnya adalah kelas menengah bawah dan miskin. Mereka adalah pelanggan listrik rumah tangga 450 VA atau 900 VA yang disubsidi.
"Biasanya kompor listrik butuh Watt tinggi. Memang ada yang 300-400 Watt, tapi yang bisa masak cepat 800-1.600 Watt," paparnya.
Pengguna LPG 3 kg juga bukan hanya rumah tangga saja, misalnya pedagang kaki lima (PKL). Tentu PKL yang berkeliling-keliling tak mungkin menggunakan kompor listrik.
Maka solusi terbaik memangkas subsidi LPG 3 kg bukan menggantinya dengan kompor listrik, tapi membuat subsidi LPG 3 kg benar-benar tepat sasaran untuk masyarakat miskin dan tidak mampu.