Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Transformasi Ekonomi Tiongkok
9 Januari 2025 11:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Michael Dries tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari Model Pertumbuhan Berbasis Ekspor ke Inovasi dan Konsumsi Domestik
ADVERTISEMENT
Tiongkok, sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, sering kali dikenal dengan model pertumbuhan yang mengandalkan ekspor dan investasi infrastruktur. Namun, ada aspek lain dari ekonomi Tiongkok yang jarang diketahui oleh banyak orang, yaitu pergeseran dari model pertumbuhan berbasis ekspor menuju inovasi dan konsumsi domestik. Pergeseran ini tidak hanya mengubah wajah ekonomi Tiongkok, tetapi juga memiliki dampak signifikan bagi ekonomi global, termasuk Indonesia.
Pandangan Lama: Ekonomi Berbasis Ekspor
Selama beberapa dekade, Tiongkok dikenal sebagai "pabrik dunia" berkat kebijakan ekonomi yang berfokus pada produksi massal dan ekspor. Sejak reformasi ekonomi yang dimulai pada akhir 1970-an, Tiongkok menarik investasi asing dan mengembangkan sektor manufaktur yang kuat. Model ini terbukti efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat, mengangkat ratusan juta orang dari kemiskinan, dan menjadikan Tiongkok sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, model ini juga memiliki kelemahan. Ketergantungan pada ekspor membuat Tiongkok rentan terhadap fluktuasi permintaan global. Krisis keuangan global 2008, misalnya, menunjukkan betapa rapuhnya ekonomi yang terlalu bergantung pada pasar luar negeri. Ketika permintaan global menurun, Tiongkok mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan. Selain itu, masalah lingkungan dan ketidakmerataan pendapatan menjadi tantangan serius yang harus dihadapi. Banyak daerah di Tiongkok mengalami polusi yang parah dan ketidakadilan sosial akibat pertumbuhan yang tidak merata. Ketidakpuasan sosial ini sering kali memicu protes dan ketegangan di berbagai wilayah, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak selalu diiringi dengan kesejahteraan yang merata.
Pandangan Baru: Inovasi dan Konsumsi Domestik
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah mulai beralih dari model pertumbuhan berbasis ekspor ke model yang lebih berkelanjutan, yang menekankan inovasi dan konsumsi domestik. Rencana "Made in China 2025" adalah salah satu contoh nyata dari upaya ini, di mana Tiongkok berusaha untuk menjadi pemimpin dalam teknologi tinggi dan industri inovatif. Pemerintah Tiongkok berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan, serta mendukung perusahaan-perusahaan dalam menciptakan produk-produk bernilai tambah.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh nyata dari inovasi ini adalah perkembangan teknologi digital dan e-commerce di Tiongkok. Perusahaan-perusahaan seperti Alibaba dan Tencent telah mengubah cara orang berbelanja dan berinteraksi. E-commerce di Tiongkok tidak hanya menjadi saluran penjualan, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung berbagai layanan, mulai dari pembayaran digital hingga logistik. Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada menciptakan nilai tambah melalui inovasi.
Selain itu, Tiongkok juga berusaha untuk meningkatkan daya beli masyarakatnya. Dengan meningkatnya kelas menengah, konsumsi domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Tiongkok kini berfokus pada pengembangan sektor jasa, e-commerce, dan teknologi informasi, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Menurut laporan McKinsey, pada tahun 2030, sekitar 75% dari pertumbuhan konsumsi global akan berasal dari Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya bertransformasi dalam hal produksi, tetapi juga dalam hal pola konsumsi yang lebih berorientasi pada kebutuhan domestik.
ADVERTISEMENT
Relevansi bagi Ekonomi Indonesia dan Dunia
Pergeseran ini memiliki relevansi yang signifikan bagi ekonomi Indonesia. Sebagai salah satu mitra dagang terbesar Tiongkok, Indonesia perlu memahami perubahan ini untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan meningkatnya konsumsi domestik di Tiongkok, Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar Tiongkok, seperti produk pertanian, makanan, dan barang konsumsi.
Selain itu, Tiongkok yang berfokus pada inovasi membuka peluang bagi Indonesia untuk berkolaborasi dalam bidang teknologi dan penelitian. Investasi Tiongkok dalam infrastruktur di Indonesia, seperti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, juga mencerminkan komitmen Tiongkok untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Di tingkat global, pergeseran Tiongkok menuju inovasi dan konsumsi domestik dapat mempengaruhi dinamika perdagangan internasional. Negara-negara lain mungkin perlu menyesuaikan strategi mereka untuk bersaing dengan produk-produk Tiongkok yang semakin berkualitas tinggi. Selain itu, fokus Tiongkok pada keberlanjutan dan teknologi hijau dapat mendorong negara-negara lain untuk mengikuti jejak yang sama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Transformasi ekonomi Tiongkok dari model berbasis ekspor ke inovasi dan konsumsi domestik adalah perubahan yang signifikan dan jarang diketahui oleh banyak orang. Pergeseran ini tidak hanya mengubah cara Tiongkok beroperasi di pasar global, tetapi juga memberikan peluang dan tantangan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dengan memahami dinamika ini, kita dapat lebih siap untuk menghadapi masa depan ekonomi yang semakin terintegrasi dan saling bergantung.
Michael Dries Dietrich Adhivagenata, Mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.