Konten dari Pengguna

Ketika Toleransi Menjadi Hadiah Terindah

Laurensius Matthew Pramudya Agung
Mahasiswa Jurnalistik yang bertekad menulis dengan prinsip kebenaran.
8 Desember 2024 19:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laurensius Matthew Pramudya Agung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Laurensius Matthew Pramudya Agung.
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Laurensius Matthew Pramudya Agung.
ADVERTISEMENT
Selamat hari Natal
Selamat hari Natal
Selamat hari Natal dan Tahun Baru
ADVERTISEMENT
Penggalan lagu “Selamat Hari Natal dan Tahun Baru” ciptaan Charles Hutagalung dapat menjadi pengingat bahwa sebentar lagi kita akan merayakan hari Natal. Jika dihitung dari 5 November 2024, dalam 50 hari lagi kita akan menyambut sebuah momen istimewa, yaitu hari Natal. Bagi masyarakat Indonesia, momen Natal bukan sekadar peristiwa keagamaan, melainkan momentum yang menggambarkan keindahan toleransi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, dari 278,7 juta penduduk Indonesia, sekitar 10,58 % atau sekitar 29,48 juta jiwa adalah penganut Kristen dan Katolik. Walaupun jumlah masyarakat yang menganut agama Kristen dan Katolik sedikit, mereka tetap mendapatkan dukungan dari pemeluk agama lain.
Tahun 2024 menjadi istimewa dalam konteks toleransi beragama di Indonesia. Salah satu peristiwa yang menggambarkan hal tersebut adalah pada saat Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mencium kepala Paus Fransiskus. Momen tersebut menggambarkan toleransi yang kuat antara pemimpin agama Islam di Indonesia dan pemimpin agama Katolik. Jika kita melihat data yang disajikan oleh Setara Institute pada 2023, terjadi penurunan kasus intoleransi sebesar 15% dibandingkan tahun sebelumnya. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan.
ADVERTISEMENT
Toleransi bukanlah sekadar kata-kata manis yang diekspos melalui media massa. Toleransi merupakan tindakan nyata yang kita saksikan setiap tahun menjelang Natal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Religious and Cross-cultural Studies UGM mencatat 500 praktik toleransi aktif yang terjadi di 34 provinsi Indonesia. Salah satu yang paling menonjol adalah tradisi penjagaan gereja oleh pemuda Muslim selama perayaan Natal. Di Yogyakarta, tercatat lebih dari 1.200 personel Banser Nahdlatul Ulama yang menjaga gereja pada saat perayaan ibadah Natal.
Keindahan toleransi beragama juga tercermin dalam tradisi Open House yang dilakukan oleh keluarga-keluarga Kristiani. Pada saat merayakan Natal biasanya para keluarga Kristiani membuka pintu rumah mereka untuk dikunjungi tetangga dan kerabat dari berbagai latar belakang agama. Menurut survei oleh Wahid Foundation pada tahun 2023, 87 % responden menyatakan bahwa tradisi Open House berkontribusi positif terhadap penguatan toleransi di masyarakat. Di Maluku juga terdapat tradisi bernama pela gandong. Pela Gandong sendiri merupakan perjanjian persaudaraan antar umat beragama. Wujud tradisi Pela Gandong adalah di saat masyarakat-masyarakat Muslim membantu masyarakat Kristen mempersiapkan ibadah. Sebaliknya, masyarakat-masyarakat Kristen akan membantu masyarakat Muslim di saat mereka hendak membangun masjid atau mengadakan acara-acara di masjid. Tradisi Pela Gandong merupakan tradisi balas budi yang dilakukan oleh masyarakat Maluku.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik cerita-cerita indah tersebut, masih ada tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Data dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mencatat bahwa pada 2023 terdapat 156 kasus pelanggaran kebebasan beragama. Jika dibandingkan data pada 2022, data tersebut memang menurun. Namun, masih memerlukan perhatian khusus dari semua elemen masyarakat. Indonesia sebenarnya dapat berbangga diri karena sesuai dengan data survei yang disajikan oleh World Values Survey pada 2023, Indonesia masuk dalam kategori negara dengan tingkat toleransi beragama tertinggi di dunia. Tentunya pencapaian tersebut tidak terlepas dari peran aktif semua elemen masyarakat.
Hari Natal seharusnya membawa pesan yang lebih dalam dari sekadar perayaan keagamaan. Momen Natal seharusnya menjadi sebuah pengingat bahwa toleransi adalah hadiah terindah. Sepanjang tahun 2023, Forum Kerukunan Umat Beragama mencatat terdapat peningkatan sebesar 25 % dalam dialog antarumat beragama di berbagai daerah. Data tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia semakin menyadari betapa pentingnya toleransi. Seharusnya masyarakat Indonesia menyadari bahwa toleransi merupakan pondasi dalam membangun kerukunan di tengah perbedaan. Kita dapat memperdalam toleransi dengan kata-kata mutiara yang disampaikan oleh Presiden Ke-4 Indonesia, "Tidak penting apa agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu." kalimat tersebut menunjukan bahwa berbuat baik kepada orang lain tidak perlu memandang suku maupun apa agama yang dimiliki oleh orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam menyambut hari Natal 2024, mari kita jadikan toleransi sebagai senjata untuk memerangi tindakan rasisme dan etnosentrisme. Marilah kita jadikan Indonesia seperti pohon Natal yang berdiri tegak dengan berbagai hiasan yang berbeda. Sebagai warga negara yang baik, kita seharusnya tetap memegang teguh semboyan Bhinneka Tunggal Ika karena perbedaan itu indah. Di dalam toleransi terdapat kekuatan yang mampu menyatukan perbedaan serta merobohkan tembok etnosentrisme. Merajut toleransi dalam keberagaman merupakan sebuah proses yang membutuhkan kesabaran dan komitmen. Ketika lonceng Natal berbunyi di penghujung tahun ini, haruslah kita sadari bahwa perbedaan merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada negeri ini. Di tengah dunia yang kian tercemar karena pengaruh globalisasi, Indonesia tetap berdiri seperti pohon Natal yang kokoh karena memiliki akar-akar toleransi yang kuat. Melalui perayaan Natal yang akan datang, sebagai warga negara yang baik, kita harus membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk membangun persaudaraan sejati. Sebaliknya, keberagaman justru menjadi mahkota yang memperindah wajah Indonesia. Pada akhirnya, mari kita jadikan hari Natal tahun ini sebagai kesempatan untuk memberikan hadiah toleransi kepada sesama.
ADVERTISEMENT