Konten dari Pengguna

Dampak FOMO pada Kaum Remaja

Michelle Audrey Yip
Mahasiswa DKV Universitas Pembangunan Jaya
13 Desember 2022 10:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Michelle Audrey Yip tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Lihat deh, ini postingan ig Lina pergi ke Bali bersama temannya. Kita pergi juga yuk!”
ADVERTISEMENT
Apa dari kalian ada yang merasa diri kalian tertinggal jauh dari teman-teman kalian? Padahal, mereka hanya mengunggah foto makanan? Bisa jadi kalian menderita gangguan FoMO!
Remaja zaman ini banyak yang mengalami FoMO. sumber ( https://www.freepik.com/free-vector/fear-missing-out-concept-with-man_9908279.htm)
FoMO merupakan sindrom kecemasan sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain (Przybylski, 2013). Sindrom ini membawa khususnya kaum milenial pada tempat di mana ada keharusan akan alat komunikasi. Orang yang mengalami gangguan kecemasan sosial ini, merasa rendah diri, depresi dan merasa hina takut dihakimi oleh orang lain.
Survei RSPH (Royal Society of Public Health, 2017) menyatakan bahwa 40% pengguna media sosial mengidap penyakit FoMO. Mereka yang mengalami FoMO di media sosial ternyata butuh kepuasan mood, dan kepuasan hidup yang rendah di kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sampel objek di bawah usia 30 tahun memiliki kecenderungan tertinggi mengalami FoMO. Selain itu, uniknya perempuan disebut lebih banyak mengalami FoMO daripada laki-laki. (Computers in Human Behaviour, 2013). Dari data ini, dapat ditarik bahwa gangguan kecemasan FoMO sudah merambat menuju setengah dari pengguna media sosial bagi remaja.

Banyak yang Kecanduan Sosial Media

Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness. Ketakutan kehilangan momen dapat terjadi pada pertemanan yang kurang dekat. Mereka tidak memiliki kedekatan yang cukup dengan teman atau sahabat untuk dapat diajak berbagi, bercerita, atau menghabiskan waktu bersama. Hal tersebut yang menjadi alasan seseorang mengalami ketakutan kehilangan momen. Mereka berupaya menghibur diri mereka dengan membuka media sosial dan mencari apa yang mereka sukai. Di media sosial, mereka merasa lebih melihat isi pikiran seseorang, dan itu membuat mereka merasa lebih dekat dengan teman.
ADVERTISEMENT

Merasa Insecure Serta Iri Dengan Teman

Teman yang up to date dengan tren akan lebih banyak tahu akan berita-berita terkini. Penderita FoMO akan merasa galau jika tidak tahu tentang berita terbaru atau bila ada teman yang bertanya mengapa ia tidak tahu soal berita tersebut. Mereka akan merasa negatif, iri hati, kesepian, dan muncul perasaan terbengkalai oleh teman-temannya.
Orang-orang memiliki perasaan negatif saat menggunakan sosial media karena melihat kehidupan teman-temannya yang tampak "sempurna" dibandingkan mereka sendiri. Mereka lebih cenderung menggunakan sosial media karena merasa perlu untuk "tetap terhubung" dengan dunia itu.

Perubahan Pola Hidup yang Konsumtif dan Hedon

FoMO dapat menimbulkan perasaan cemas dan khawatir sehingga membuat seseorang ingin bersaing dengan orang lain yang memiliki "lebih". Perasaan inilah yang nantinya akan menguras isi dompet dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, saat melihat seseorang mengunggah barang bermerek mahal di sosial media, mereka akan ikut membeli barang tersebut tanpa menghiraukan harganya.
ADVERTISEMENT
Mereka tak segan mencari segala cara untuk menghilangkan rasa gelisah. Niat seseorang yang rela mengambil pinjaman hanya untuk memenuhi keinginan tersier mereka, tanpa peduli bunganya tinggi.

Membahayakan Diri Akibat Kecanduan

Keterikatan dengan sosial media yang membuktikan bahwa FoMO menjadi sangat berbahaya karena setiap orang dapat berperilaku irasional untuk mengatasi gangguan kecemasan ini, contohnya dengan terus fokus pada smartphone untuk melihat media sosial saat berkendara.
Ada sebuah kasus tragis menimpa seorang siswa SMP akibat foto selfie di tahun 2016. Siswa tersebut jatuh dari ketinggian 5 lantai usai selfie di sebuah gedung kosong di Koja, Jakarta Utara. Demi sebuah foto yang akan diunggah ke media sosial, siswa tersebut kehilangan nyawanya. Hal ini membuktikan bahwa FoMO dapat mengurangi fokus terhadap keselamatan diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebelum adanya sosial media dan ponsel, orang bisa hanya tahu apa yang dilakukan teman-teman mereka dengan berada bersama mereka. Namun saat ini, orang lebih cenderung mencari apa yang mereka lewati dengan membuka smartphone.
Konsekuensi negatif dari FoMO termasuk masalah identitas diri, kesepian, kecemburuan, dan tidak mampu secara pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, kamu tidak harus sepenuhnya meninggalkan sosial media, tetap berkomunikasi dan terhubung dengan teman-teman juga penting. Kuncinya ada di pribadi kita sendiri dengan mengubah pola pikir masing-masing. Kita harus sadar bahwa fase kehidupan bukan hanya satu ukuran. Tidak semua ukuran akan cocok dengan kehidupan masing-masing kita. Intinya bagaimana kita sendiri menjalankan kehidupan dengan baik. Maka dari itu, mari secara bijak mengatur waktu di sosial media, dan perbanyak waktu untuk lebih mengembangkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT