Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara: Dari Pena ke Pendidikan Bangsa
16 Februari 2025 8:41 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari michelle fransisca tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Bapak Pendidikan Indonesia, panggilannya. Lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ki Hadjar Dewantara adalah cucu dari Sri Paku Alam III dan anak dari GPH Soerjaningrat. Memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ia merupakan seorang pahlawan nasional yang termasuk tokoh penting dalam dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seseorang yang memiliki darah bangsawan, Ia memiliki banyak kesempatan dalam menimba ilmu. Ki Hadjar Dewantara memulai perjalanannya dengan menempuh pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School), sekolah dasar untuk anak-anak Eropa dan bangsawan di Indonesia. Setelah lulus dari ELS, Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sekolah kedokteran pertama di Indonesia. Akan tetapi, ia tidak menyelesaikannya karena kondisi kesehatan yang buruk.
Selanjutnya, Ia pun bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar setelah keluar dari STOVIA. Ia pernah bekerja untuk surat kabar Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya tulisan yang ia terapkan bersifat komunikatif dan halus tetapi tetap teguh. Ia juga tergolong sebagai seorang penulis yang dapat diandal pada masanya dan berhasil menjadi alat propaganda untuk membangkitkan semangat kemerdekaan masyarakat Indonesia. Salah satu tulisan fenomenalnya sendiri yang berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” (Seandainya Aku Seorang Belanda), sangatlah terkenal. Tetapi tulisan itu juga membuatnya diasingkan ke pulau Bangka.
ADVERTISEMENT
Tulisannya itu membuat pemerintah Belanda marah karena berisi mengenai sindiran kepada Belanda dikarenakan Belanda telah menyelenggarakan pesta untuk 100 tahun kemenangannya atas penjajahan Perancis di negeri yang telah mereka rebut kemerdekaannya, serta memakai uang dan sumber daya yang dijajah wilayahnya untuk merayakan pesta tersebut. Ia kemudian diasingkan ke pulau Bangka, bersama kedua temannya yang juga disingkirkan ke tempat yang berbeda akibat dianggap membantu tulisan tersebut.
Mereka kemudian mengusul kepada Belanda agar diasingkan ke Belanda untuk belajar banyak hal lain. Pada 1913 permintaan itu dikabulkan. Disana ia mengajar dan mendalami masalah pendidikan hingga memperoleh Europeeshe Akte, ijazah pendidikan Belanda. Ia kemudian kembali ke tanah air pada 1918 untuk meraih kemerdekaan dengan menbangun pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pada 13 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan nasional dengan teman-temannya dan dinamakan Perguruan Nasional Tamansiswa. Perguruan inilah yang mengajarkan rasa kebangsaan kepada muridnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia sering menuliskan tentang wawasan berkebangsaan, sampai sekarang tulisannya menjadi dasar dari pendidikan nasional Indonesia. Filosofinya yang terkenal "Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", menjadi pedoman utama dalam pendidikan Indonesia. Filosofi ini berarti, “Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan dorongan,” mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan dan pendidikan yang menginspirasi hingga kini.
Melalui Perguruan Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan konsep pendidikan yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan, moral, dan budaya lokal. Perguruan ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dari pemerintah kolonial Belanda yang berusaha membatasi kegiatan Tamansiswa melalui pemberlakuan Ordonansi Sekolah Liar pada tahun 1932. Namun, Ki Hadjar Dewantara bersama tokoh-tokoh Tamansiswa lainnya terus berjuang hingga akhirnya kebijakan tersebut dibatalkan.
ADVERTISEMENT
Peran besar Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan menjadikannya sebagai salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama Republik Indonesia pada tahun 1945. Jabatan ini memungkinkan beliau untuk memperkuat dasar-dasar pendidikan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal lahirnya, 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional. Gelar kehormatan "Bapak Pendidikan Indonesia" pun disematkan kepadanya atas kontribusinya yang luar biasa dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Jasa-jasanya dalam dunia pendidikan terus dikenang hingga kini. Nama dan pemikirannya abadi dalam sistem pendidikan Indonesia, menginspirasi generasi penerus untuk terus belajar dan berjuang demi masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT