Konten dari Pengguna

Absurdisme: Jawaban atas Makna Kehidupan Sesungguhnya

Michelle Gabriela Candra
Siswa SMA Citra Berkat
18 Januari 2025 17:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Michelle Gabriela Candra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Foto Ilustrasi Mitologi Sisifus (Dokumen Penulis AI)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto Ilustrasi Mitologi Sisifus (Dokumen Penulis AI)
ADVERTISEMENT
Manusia tidak pernah lepas dari rasa penasaran, sehingga mendorongnya untuk mencari berbagai arti dan alasan dari semua hal yang ada. Terkadang, terlintas pertanyaan mengenai makna kehidupan yang sesungguhnya. Mengapa kita diciptakan, dan bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan yang tak menentu? Dalam proses mencari makna kehidupan, kita juga dihadapkan pada situasi di mana segala hal yang kita lakukan, usahakan, dan jalani tampak tidak memiliki arti yang sesungguhnya. Ketidakjelasan dan kekosongan makna inilah yang disebut absurditas.
ADVERTISEMENT
Absurditas atau absurdisme pertama kali dirumuskan oleh filsuf Albert Camus asal Prancis. Ia menulis bukunya yang berjudul Orang Asing sebagai bentuk eksplorasi absurditas dalam kehidupan sehari-hari. Idenya dalam menulis Orang Asing didasari oleh kondisi sosial pada masa Perang Dunia II (1939–1945). Masyarakat yang terlibat dalam penjajahan Prancis merasakan keputusasaan dan kehampaan sebagai respons terhadap masa perang dan ketidakpastian.
Novel Orang Asing mengangkat tema nihilisme dan absurdisme yang dialami oleh tokoh utama yang apatis, yakni Meursault. Meursault menghadapi berbagai kejadian menyengsarakan dalam hidupnya, mulai dari kematian ibunya, kehidupan monoton, hingga tragedi pembunuhan yang membuatnya dijatuhi hukuman mati. Tragedi dan masalah tersebut tidak dapat menyita perhatian Meursault; sebaliknya, hal itu membantunya menemukan makna hidupnya lebih dalam. Namun, poin utama dari novel ini adalah bagaimana Meursault merefleksikan kehidupan, kematian, serta absurditas yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Albert Camus dalam bukunya yang berjudul Mitos Sisifus mengatakan, “One must imagine Sisyphus happy." (Camus, 1942). Perkataan tersebut mengarah pada sebuah mitologi Yunani tentang Sisifus yang dijatuhi hukuman untuk mendorong batu besar ke atas bukit curam. Camus menggambarkan rutinitas manusia bagaikan sebuah batu besar yang harus didorong terus-menerus tanpa tujuan dan arah yang jelas. Meskipun begitu, Camus melihat dari perspektif berbeda: bahwa setidaknya kita membayangkan Sisifus bahagia. Dalam arti bahwa dalam proses tanpa ujung ini, penerimaan dan penciptaan makna secara subjektif adalah hal terpenting.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada absurditas yang tentunya membuat kita harus memilih bagaimana cara kita menghadapi situasi tersebut. Pertanyaan seperti mengapa kita melakukan hal-hal tertentu terus menghantui dan membuat kita terpisah dari realitas yang kita jalani demi menemukan arti sesungguhnya di balik kehidupan. Perasaan absurditas ini menghubungkan manusia dengan kematian. Rasa putus asa dan frustrasi akibat menyimpulkan bahwa hidup tidak memiliki arti mendorong manusia untuk mengakhiri hidupnya. Beberapa orang memutuskan untuk mengakhiri hidup, sedangkan sebagian lainnya memilih untuk menghindar. Mengakhiri hidup adalah solusi jangka pendek untuk masalah kompleks. “For it is just like solving a long term problem with a short term solution.” (Arinze dan Onwuatuegwu, 2020). Bagi Camus, bunuh diri merupakan pemikiran yang lemah dan tidak efisien.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara terbaik untuk menghadapi absurditas? Camus mengatakan bahwa absurditas tidak akan pernah memiliki solusi konkret; melainkan membutuhkan sebuah penerimaan. Menciptakan kebahagiaan dan makna subjektif dalam hidup adalah jawabannya. “If the descent is thus sometimes performed in sorrow, it can also take place in joy.” (Camus, 1942). Absurditas memungkinkan kita untuk menjalani kehidupan sebebas-bebasnya. Tidak ada definisi atau paradigma mengenai tujuan hidup manusia sesungguhnya; semua bergantung pada setiap individu dalam menghadapinya. Menciptakan makna hidup sendiri dapat memacu kita untuk menerima keadaan dan terus menjalani realitas tanpa memedulikan kesengsaraan yang dihadapi; melainkan menjadi kuat karena kesengsaraan tersebut.
Sumber referensi:
Arinze, T.A., Onwuatuegwu, I.N.(2020). The Problem of Absurdity and Its Solution in Albert Camus.
ADVERTISEMENT
London Journals Press, 15(20): 43-46.
Camus, Albert. “The Myth of Sisyphus and Other Essays”. Diterjemahkan oleh Justin O'Brien. 
New York: Vintage Books, 1991. Diakses pada 15 Januari 2025, dari https://www2.hawaii.edu/~freeman/courses/phil360/16.%20Myth%20of%20Sisyphus.pdf