Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Gastrodiplomacy : Memperkenalkan Identitas Negara Melalui Kuliner
14 April 2025 11:05 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Michely Jessica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini perkembangan dunia kuliner sangatlah melesat cepat. Adanya kemajuan zaman serta penyebaran arus globalisasi semakin mempengaruhi paradigma mengenai diplomasi, bila secara klasik diplomasi lebih menjurus serta dikenal dengan “hard power” dan instrumen instrumen pendukungnya. Namun saat ini diplomasi dengan bentuk “soft power” yang diperkenalkan oleh Joseph Nye cenderung lebih diterima karena pendekatannya yang tanpa paksaan dan bersifat persuasif.
ADVERTISEMENT
Salah satu instrumen dari soft power ialah kuliner. Karena melalui daya tarik kuliner kita dapat mempengaruhi pihak lain tanpa sifat koersi, yang dimana hal tersebut sejalan dengan strategi soft power untuk mempengaruhi melalui daya tarik budaya dan kebijakan publik. Perkembangan kuliner yang cepat ini dapat berperan sebagai media pertukaran budaya dalam diplomasi (Cohen E, 2008). Strategi pendekatan melalui kuliner ini dijuluki dengan “gastrodiplomasi.” Dengan gastrodiplomasi, kita dapat memanfaduniaatkan kekayaan kuliner sebagai cara untuk memperkenalkan kebudayaan serta makanan yang mencerminkan identitas nasional sebuag negara kepada masyarakat , gastrodiplomasi juga dapat meningkatkan citra nasional yang dapat memberi potensi untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara melalui investasi pada sektor kuliner

Sebagai negara dengan kekayaan serta keberagaman rempah, Indonesia memiliki banyak sekali resep tradisional khas nusantara yang dapat menjadi keunggulan dalam konteks gastrodiplomasi, oleh karena keunggulan tersebut maka gastrodiplomasi yang Indonesia lakukan dapat meningkatkan daya tarik wisata kuliner serta memperkuat identitas budaya melalui kuliner khas Indonesia di kancah global, yang dapat mempengaruhi juga perekonomian negara.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kuliner kuliner nasional khas Indonesia ini dapat meningkatkan pendapatan devisa negara melalui ekspor makanan olahan serta keberagaman rempah. Program gastrodiplomasi dalam bentuk event seperti “Indonesia Spice Up The World” atau ISUPTW dapat membuka akses pasar global bagi produk produk unggulan, yang juga mendukung sektor pertanian, logistik, industri pengolahan makanan, pengusaha kecil/UMKM dan lainnya. Festival kuliner, pameran, dan event gastronomi internasional ini dapat meningkatkan pula jumlah kunjungan wisatawan yang mempunyai ketertarikan untuk mencari pengalaman terhadap kuliner autentik. Selain daripada membuka pasar ekspor impor dan meningkatkan devisa, keberhasilan kampanye gastrodiplomasi dapat membuka peluang bagi para investor untuk menanam modal mereka di sektor Food and Beverages (F&B) dan dapat membukakan lapangan pekerjaan serta turut meningkatkan daya saing produk kuliner khas Indonesia di pasar global.
ADVERTISEMENT
Melalui gastrodiplomasi ini pula, negara negara dapat memperkuat diplomasi soft power dan nation branding terhadap negara mereka. Dalam konteks negara Indonesia, kuliner khas Indonesia yang kaya akan rempah dapat menjadi simbol identitas budaya yang kuat dan menjadi branding khas Indonesia. Restoran Indonesia di luar negeri dan event kuliner internasional dapat menjadi medium efektif untuk menyampaikan kebudayaan Indonesia melalui keunikan resep resep nusantara. Dapat kita jumpai restoran khas ayam lengkuas, rendang padang, nasi goreng, tempe dan banyak lagi kuliner khas Indonesia cenderung memiliki tinggi peminat di negara asing dan bahkan menjadi salah satu restoran unggulan yang banyak dicari. Melalui gastrodiplomasi ini, negara juga dapat mempererat hubungan bilateral melalui acara kuliner, pertukaran kuliner, dan kolaborsi antar chef yang mendukung strategi soft power dalam konteks meningkatkan kepercayaan investor dan memperluas jejaring kerjasama dalam kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Selain dari Indonesia, beberapa negara telah menjalankan aksi gastrodiplomasi dan tergolong cukup sukses, diantaranya ; Thailand yang sukses mengintegrasikan gastrodiplomasi mereka contohnya dalam program “Kitchen Of The World” serta kedalam kebijakan luar negeri melalui festival kuliner, program restoran internasional, dan kolaborasi dengan diaspora. Hal serupa terjadi juga pada Korea Selatan yang telah melakukan gastrodiplomasi mereka melalui inisiatif program “Global Hansik” serta kegiatan seperti festival kuliner, program restoran internasional, dll. Ditambah dengan naiknya arus “Korean Wave” atau “Hallyu” yang membuat penyebaran gastrodiplomasi oleh Korea Selatan semakin mudah diterima. Kemudian terdapat juga negara Jepang yang termasuk sukses menjalankan aksi gastrodiplomasi mereka melalui pengakuan Internasional UNESCO terhadap budaya makan yang disebut “Washoku” telah menjadikan masakan mereka sebagai simbol global. Hasil dari kegiatan gastrodiplomasi negara negara tersebut dapat terlihat dari peningkatan yang tergolong signifikan dalam kegiatan ekspor produk kuliner, kenaikan jumlah wisatawan, serta pembukaan lapangan kerja baru akibat kegiatan gastrodiplomasi. Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa gastrodiplomasi dapat menjadi katalis ekonomi global, karena gastrodiplomasi tidak hanya memperkenalkan kelezatan dari sebuah kuliner, namun juga dapat menjadi suatu alat yang efektif dalam meningkatkan perekonomian melalui peningkatan kegiatan ekspor impor, kegiatan gastrodiplomasi juga dapat membukakan kemungkinan dalam hal meningkatkan pendapatan devisa serta membuka peluang bagi para investor untuk menanamkan investasi mereka. Gastrodiplomasi juga dapat memberi pengaruh positif dalam hal pertumbuhan dalam sektor pariwisata, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan atau UMKM, serta dapat menguatkan nation branding yang khas dan baik dari suatu negara di mata masyarakat dunia.
ADVERTISEMENT