Sosok El Profesor Dalam Dunia Produksi Film

Midrar Yusya
Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Unpad yang sedang latihan nulis. impiannya sih jadi columnist buat Majalah The New Yorker dan The Economist #mimpiajadulu
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 5:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Midrar Yusya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan layar kuliah umum Salman Aristo pada 20 April 2021. (Dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar kuliah umum Salman Aristo pada 20 April 2021. (Dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Film La casa de Papel atau lebih dikenal dengan nama Money Heist, merupakan sebuah drama serial Neftlix asal Spanyol yang bercerita mengenai upaya sekelompok orang yang memiliki rencana untuk merampok badan percetakan uang Spanyol. Bagi kamu yang sudah pernah menonton atau setidaknya tahu alur dan karakter-karakter di film ini, pasti tidak asing dengan sosok El Profesor, sang profesor, yaitu si maestro dibalik seluruh rencana perampokan.
ADVERTISEMENT
El Profesor merupakan sosok di dalam film Money Heist yang menjadi tulang punggung rencana perampokan karena ialah orang yang memikirkan, menyiapkan, dan mengantisipasi setiap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. El Profesor juga merupakan orang yang “bermain di balik layar,” artinya ialah yang berperan untuk memastikan bahwa seluruh rencana berjalan dengan semestinya.
Dalam dunia produksi film, kita juga dapat menjumpai sosok “El Profesor,” yaitu seseorang yang menjadi sosok sentral dalam proses pembuatan sebuah film. Ia menjadi si maestro yang menyiapkan dan memikirkan segala hal agar proses pembuatan film berjalan lancar tanpa hambatan. Ialah orang yang bermain di balik layar. Setiap rencana, keputusan, dan perubahan, semuanya harus melalui tangan sang profesor karena ialah orang yang paling paham mengenai seperti apa film yang akan diproduksi.
ADVERTISEMENT
Kepada siapakah sosok El Profesor dalam dunia produksi film pantas disematkan? Seorang produser film.
Hal inilah yang disampaikan oleh Salman Aristo, seorang penulis naskah dan produser film Indonesia ketika mengisi sebuah kuliah umum Prodi Televisi dan Film Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad pada Selasa 20 April lalu. Pada kesempatan itu, Salman, yang saya anggap sebagai salah satu “El Profesor” dalam dunia produksi film Indonesia membagikan pengetahuan yang ia miliki mengenai proses penulisan naskah dan proses produksi film oleh seorang produser.
Poin terbesar Salman ketika memberikan materi yaitu upaya untuk mencoba meluruskan pemaknaan terhadap siapa itu produser film. Salman menyebutkan masih terdapat momen-momen miskonsepsi terhadap siapa produser dan apa kapabilitas yang dimiliki olehnya. Miskonsepsi yang paling sering ditemui Salman bahwa produser bukanlah seorang film-maker. Film-maker itu adalah sutradara, aktor, dll.
ADVERTISEMENT
Salman menyebutkan bahwa produser adalah otak dari sebuah film secara keseluruhan. Setiap keputusan, perubahan, persetujuan, semuanya diputuskan oleh seorang produser. Maka seorang produser film adalah seorang film maker, karena ia merupakan orang yang memiliki wewenang untuk mendikte akan seperti apa jalannya sebuah produksi film.
“Ini analogi yang sering gua pake. Arsenal nih. Eh gua minta maaf dulu kalo referensinya Arsenal, karena gua itu Gooners. Di Arsenal, produser itu si pelatih yaitu Arsene Wenger, sutradara itu kapten lapangan. Executive produser itu yang punya klub. Produser itu yang punya visi, yang ngaturnya, dan lain-lainnya itu ada di produser. Sutradara itu yang akan mengerjakan di lapangan, dia kapten lapangannya. Betul sutradara itu penting, tapi kalo ditanya visi besar kenapa sebuah film itu di produksi? ya jawabannya ada di produser,” ujar Salman.
ADVERTISEMENT
Maka ketika kita menonton sebuah film dan itu film yang jelek, misal karena alur ceritanya berantakan, aktingnya jelek, editing tidak mumpuni, Salman menyebutkan sebelum menyalahakan orang seperti sutradara dan aktor, salahkan dulu si produsernya. Kenapa? Karena si produser yang memegang kendali dari jalannya proses pembuatan film. Salah produser ketika film yang dia produksi jelek. Karena artinya dia sudah memberikan lampu hijau terhadap kesalahan-kesalahan tersebut untuk terjadi, seperti alur cerita berantakan dan akting yang jelek.
Poin lain yang disampaikan oleh Salman adalah mengenai beberapa elemen produksi yang harus dipikirkan dan di susun secara matang oleh seorang produsen film yaitu perimbangan seni dan bisnis, cerita yang memikat penonton, dan mencari talenta yang pas.
ADVERTISEMENT
Perimbangan seni dan bisnis, artinya seorang produser harus sadar bahwa sebuah film atau sebuah seni audiovisual memiliki unsur bisnis yang sangat kuat. Film, terutama film layar lebar pasti akan berurusan dengan mata rantai bisnis yang sangat besar, sebab film akan diarahkan kepada pasar massal atau industri dan diarahkan kepada publik.
Kemudian ketika berbicara soal masyarakat dan publik, seorang produser harus mampu memilih alur cerita yang memikat penonton. Film yang diproduksi oleh seorang produser untuk mampu bertahan dan ditonton oleh masyarakat harus memiliki tema, premis, karakter, dan plot yang kuat. Produser, harus setidaknya paham mengenai konsep-konsep ini dan konsep penulisan naskah.
“Sutradara itu tidak harus mampu menulis skenario, tapi ia harus bisa ‘membaca’. Artinya dia harus paham skenario yang dia baca itu apa, tapi harus ngerti skenario yang dia baca itu bagus atau enggak,” imbuh Salman.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ketika sudah menentukan seperti apa cerita yang ingin dibangun maka produser harus mencari ‘siapa’ yang akan menceritakan cerita tersebut. Salman percaya dengan konsep ‘voice’ bukan ‘noise’ dimana yang terpenting dari seorang aktor itu adalah kemampuan aktingnya, bukan ‘noise’ seperti jumlah follower instagramnya. Juga menentukan menentukan orang-orang yang akan menjadi ‘super team' yang akan menemani sang produser dalam proses pembuatan film karena seorang produser bukanlah ‘superman’ namun ia butuh sebuah ‘super team’.