Konten dari Pengguna

Sifat Malas yang Tidak Berdampak Negatif

Mikail Rayyan Hernowo
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2024 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mikail Rayyan Hernowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalian pernah tidak, merasa malas untuk mengerjakan tugas kantor atau tugas sekolah, padahal deadlinenya sebentar lagi, dan kalian belum mulai sama sekali? Nah ini yang di sebuat sebagai procrastinating atau jika kita terjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, ya itu malas-malasan.
https://www.freepik.com/free-photo/photo-sad-young-caucasian-woman-looks-bewilderment-screen-modern-mobile-phone-has-dark-hair-combed-bun_11430557.htm#fromView=search&page=1&position=32&uuid=cadec8e8-9598-4056-a2f5-d2f1a966477c
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-photo/photo-sad-young-caucasian-woman-looks-bewilderment-screen-modern-mobile-phone-has-dark-hair-combed-bun_11430557.htm#fromView=search&page=1&position=32&uuid=cadec8e8-9598-4056-a2f5-d2f1a966477c
Aku yakin beberapa dari para pembaca sangat familiar dengan kata ini. karena menurut Harriott and Ferrari (1996) di dalam jurnal Chun Chu et al., (2005) mereka menjelaskan bahwa procrastination atau malas-malasan adalah fenomena yang mengefek sebagian besar populasi dunia, khususnya bagi kalian yang dewasa dan mahasiswa. Jelas sifat malas adalah karakteristik yang tidak di inginkan, di karenakan sifat ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Tapi apa benar karakteristik ini seluruhnya negatif? Menurut beberapa peneliti tidak loh! Karena sifat procrastinating sendiri terbagi menjadi dua bagian, ya itu Passive procrastinating dan Active procrastinating (Chun Chu et al., 2005) Passive procrastinating adalah karakteristik yang biasanya kita asosiasikan dengan kata ‘malas.’ Dimana di dalam jurnal Shang, Z et al., (2023) mereka mendeskripsikat procrastinating sebagai “irrational behavioural delay” atau perilaku menunda-nunda yang tidak rasional, dan mereka juga nemekankan sifat merugikanya bermalas-malas ini kepada diri sendiri. Sebaliknya Active procrastinating adalah sifat ‘malas’ yang di anggap tidak merugikan, karena seseorang yang memiliki karakteristik ini melakukan procrastinating bukan karena malas tapi karena mereka sadar akan kemampuan mereka sendiri. Berikut adalah beberapa contoh positif dari Active procrastinating:
ADVERTISEMENT
1. Memiliki Self-Efficacy yang baik Menurut Bandura (1986) di jurnal Chun Chu et al., (2005) mendeskripsikan Self-Efficacy sebagai kepercayaan diri atas kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan meraih tujuan. Bandura juga berhipotesis bahwa jika seseorang memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang cukup, Self-Efficacy akan mempengaruhi inisiasi tugas dan ketekunan seseorang. Dengan kata lain seseorang dengan karakteristik Active procrastinating akan memiliki keyakinan atas kemampuanya untuk meraih goal yang lebih tinggi. 2. Membantu mengelola stress Menutut Folkman & Lazarus (1980) di Chun Chu et al., (2005) ada beberapa cara untuk meredakan stress, contohnya ada Task-oriented coping strategies dimana strategi ini adalah cara seseorang mengendalikan stress dari tugas atau pekerjaan dengan berfokus mengerjakan tugas itu sendiri, dan yang kedua adalah avoidance-oriented coping strategies di mana seseorang yang menggunakan strategi ini akan menjauhkan pikiran mereka dengan pengalihan. Walaupun avoidance-oriented coping strategies terdengar buruk karena mereka menghindar dan berlari dari pekerjaan mereka. Namun seseorang yang memiliki karakteristik Active procrastinating bisa menggunakan strategi coping ini untuk meredakan stress yang mereka rasakan dan dengan turunnya tingkat stress, mereka bisa lebih efektif mengerjakan tugas yang mereka miliki. Walaupun secara garis besar malas adalah sifat yang harus kita hindari, namun kita juga tidak bisa menandai seseorang yang ‘malas’ sebagai orang yang tidak amanah akan kewajibanya. Setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk meraih tujuan yang mereka miliki, dan hanya karena cara yang mereka pilih untuk lakukan terlihat berbeda dari konsep ‘kerja keras’ yang konvensional, bukan berarti mereka tidak bekerja keras untuk meraih tujuan mereka. Referensi: Chun Chu, A. H., & Choi, J. N. (2005). Rethinking procrastination: Positive effects of" active" procrastination behavior on attitudes and performance. The Journal of social psychology, 145(3), 245-264. Shang, Z., Cao, Y., Cui, Z., & Zuo, C. (2023). Positive delay? The influence of perceived stress on active procrastination. South African Journal of Business Management, 54(1), 3988.
ADVERTISEMENT