Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dampak Bahaya Uji Coba Nuklir di Kepulauan Mururoa, Pasifik bagian Selatan
18 Desember 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mikhael Ireno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Profil Kepulauan Mururoa Atoll
Mururoa Atoll adalah pulau yang terdiri dari terumbu karang yang muncul ke permukaan laut atau yang disebut dengan atol. Pulau ini terletak di bagian selatan Samudra Pasifik, dan merupakan bagian dari Kepulauan Tuamotu di Polinesia Prancis, sekitar 1.250 kilometer sebelah tenggara dari Tahiti. Atol ini memiliki luas sekitar 148 km² (57 mi²) di dalam laguna dan 15 km² (5.8 mi²) di atas permukaan air. Secara administratif, Mururoa adalah bagian dari komune Tureia, yang juga mencakup atol seperti Tureia, Fangataufa, Tematangi, dan Vanavana.
ADVERTISEMENT
Sejarah Mururoa pertama kali dikunjungi oleh Komodor Philip Carteret pada tahun 1767. Pada tahun 1966-1996, Prancis melakukan uji coba nuklir di Mururoa dan atol saudaranya, Fangataufa, yang menyebabkan protes internasional. Mururoa Atoll adalah salah satu lokasi uji coba nuklir terbesar di dunia, dengan Prancis melakukan 181 uji coba di sana. Meskipun uji coba ini berakhir pada tahun 1996, area ini masih dikelola oleh militer Prancis dan tidak boleh diakses oleh publik karena tingkat radioaktif yang masih cukup tinggi. Pada tahun 2023, Yachting New Zealand melaporkan bahwa "Para ilmuwan melaporkan sekitar setengah dari strontium-90 dan cesium-137 radioaktif serta seluruh plutonium masih tersisa di udara, air, dan tanah negara kepulauan tersebut".
Uji Coba Nuklir
ADVERTISEMENT
Selama periode tahun 1966 sampai 1996, Prancis melakukan uji coba nuklir sebanyak 181 di Mururoa Atoll. Uji coba ini juga menghasilkan ledakan di bawah tanah dan atmosfer, dengan sebagian ledakan memiliki kekuatan hingga 200 kali lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika di Hiroshima dan Nagasaki. Uji coba nuklir di Mururoa menggemparkan dan memicu protes internasional karena dampak lingkungan dan kesehatan yang sangat berbahaya. Studi oleh Greenpeace menunjukkan bahwa radiasi dari uji coba ini mencemari perairan di sekitar atol, bahkan hingga ke Peru dan Selandia Baru. Penduduk di Tahiti, yang juga berada di Polinesia Prancis, melaporkan dampak negatif dari radiasi tersebut.
Artinya, dampak yang dihasilkan dari uji coba nuklir ini sangat merugikan ekosistem dan manusia di Samudra Pasifik. Pada tahun 1996, Presiden Prancis Jacques Chirac akhirnya memutuskan untuk menghentikan uji coba nuklir di Mururoa dan melakukan pembongkaran fasilitas pengujian nuklir di pulau tersebut. Hingga saat ini, Mururoa masih dijaga oleh militer Prancis dan tidak boleh diakses oleh publik karena alasan keamanan.
ADVERTISEMENT
Dampak Uji Coba
Banyak sekali dampak negatif dari uji coba nuklir ini. Ekosistem menjadi hal utama yang terkena dampak negatif besar karena kontaminasi radiasi. Uji coba nuklir menyebabkan kontaminasi radiasi yang sangat tinggi di daerah sekitar Mururoa. Studi dari Greenpeace menunjukkan bahwa air di perairan sekitar atol, bahkan sampai ke Peru dan Selandia Baru, terkontaminasi dengan level radiasi yang signifikan.
Kerusakan pada ekosistem laut termasuk terumbu karang yang mengalami pemutihan dan kerusakan pada organisme laut lainnya. Dampak kesehatan terhadap manusia juga sangat tinggi, contohnya adalah penduduk di Polinesia Prancis, termasuk Tahiti, melaporkan dampak negatif dari radiasi yang berasal dari uji coba nuklir, termasuk peningkatan kasus kanker dan masalah kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Proses pemulihan yang sangat lama, meskipun sudah 50 tahun berlalu, menunjukkan bahwa radioaktif dari 181 uji coba tersebut masih sulit hilang. Meskipun uji coba nuklir telah dihentikan, dampak lingkungan dan kesehatan dari radiasi tersebut masih dapat dirasakan hingga saat ini. Protes dari dunia internasional, khususnya organisasi lingkungan seperti Greenpeace, juga membuat Prancis menjadi buruk di mata orang-orang yang peduli dengan lingkungan.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa senjata nuklir masih menjadi momok bagi umat manusia dan kehidupan di bumi ini. Dampak yang dihasilkan tidak hanya menghancurkan, tetapi kehancurannya berlangsung puluhan tahun. Kepedulian manusia sangat penting untuk menyuarakan anti uji coba nuklir, yang sekarang jumlahnya sudah sangat jarang berkat protes dunia internasional. Ekosistem yang sudah rusak akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih seperti semula.
ADVERTISEMENT